Lembar 18: Rumah Dan Kenangan Yang Tersimpan

803 90 11
                                    

AN: Enjoy~ Vomment! btw aku mungkin aku bakal ganti sebutan mama di chapter2 awal jadi ibu aja... gimana menurut kalian?

ig: @jihanmiles

-km

========================================================================

Lembar 18

Setelah peringatan yang kuterima oleh hantu penjaga kakak sepupu Alvin, aku kemudian pergi ke SD di jalan Diponogoro. Berharap aku dapat bertemu dengan Ega dan hanya ingin mengobrol dengan hantu yang tidak menyeramkan seperti hantu-hantu lain.

Ini baru pukul sepuluh pagi saat jam istirahat dimana anak-anak SD bekeliaran keluar kelas untuk bermain dan jajan di kantin. Aku melihat ke sekitar hanya melihat sekelompok hantu anak kecil yang ikut bermain di dekat kelas 3. Selang beberapa saat mencari sosok Ega, akhirnya aku menemukannya sedang berdiri di dekat perpustakaan dengan tatapan kosong. Aneh.

Aku berusaha menghiraukan hal tersebut lalu menghampirinya.

"Ega," panggilku dengan senyuman.

Ega yang semula tak menyadari keberadaanku kaget lalu ia tersenyum balik saat melihatku. "Nabila! Akhirnya kita bertemu lagi." Ucapnya menghadap ke arahku.

"Kenapa kamu ke sini?" tanyanya.

Aku menatap mata Ega dengan kelopak yang agak hitam. "Aku nggak tahu mau ngapain jadinya aku ke sini." Jawabku simpel. "Apa yang biasanya kamu lakukan?" tanyaku penasaran.

Ega hanya menaikkan bahu. "Biasanya hanya seperti ini." bibirnya tersenyum sedih. "Tapi kadang aku menjahili anak-anak."

"Menjahili anak-anak?" alisku berkerut.

"Iya, mau aku tunjukin?" belum sempat aku menjawab, Ega pergi ke depan sebuah kelas mendekati beberapa anak yang sedang berdiri di dekat pintu tertutup.

Tangannya kemudian menggenggam gagang pintu, lalu menaikkan dan menurunkannya dengan cepat. Suara gertakan pintu yang tiba-tiba membuat anak-anak itu lari ketakutan sambil berteriak 'ada hantu!'. Ega yang melihat mereka kabur pun hanya tertawa. Tapi aku tak bisa mendapati apa yang lucu dari hal tadi. Sebaliknya aku memasang wajah bingung dan sejujurnya aku tak suka dengan ide menakuti seseorang.

Ketika Ega melihat wajahku, tawanya langsung menjadi hening. "Ini lucu loh." Ia memberikan wajah 'kenapa kamu nggak tertawa?'.

Aku menggeleng ringan. "Membuat takut seseorang tanpa alasan menurutku nggak lucu." Tanpa sadar aku blak-blakan di depannya.

"Tapi hal apa lagi yang bisa kita lakukan?" katanya. Aku lega dia tak tersinggung dengan perkataanku tadi.

Aku terdiam beberapa saat tak bisa menjawab pertanyannya. "Tadi gimana caranya kamu bisa menggerakkan gagang pintu tadi?" aku bertanya.

"Oh, itu simpel. Cukup kerahkan energi di tanganmu lalu gerakkan gagangnya seperti yang kamu mau." Ucap Ega sambil memperagakan.

Mataku memperhatikan tangannya yang dengan mudah menggerakkan gagang pintu itu ke bawah. Aku menatap tanganku ingin mencoba. Perlahan aku mendekati pintu lalu berusaha mengerahkan sebuah energi ke tangan. Telapak tangaku bisa merasakan sensasi memegang dan menggerakkan gagang pintu. Dan benar saja, aku telah menggerakkan gagang itu. Simpel seperti yang Ega katakan.

"Energi di tubuhlah yang membuat kita bisa menggerakkan benda, menampakkan tubuh ke orang yang tidak peka, dan juga merasuki seseorang." Terang Ega. Itu menjawab mengapa aku kelelahan setelah merasuki Alvin.

"Tak bisakah kita mengerahkan energi kita untuk ke alam baka?" tanyaku. Yang dijawab dengan gelengan kepala dengan senyuman sedih.

"Tapi aku merasa bahwa aku akan bisa pergi ke alam baka suatu saat. Apa benar kita terjebak karena ada urusan di dunia yang belum terselesaikan atau yang belum bisa kita ikhlaskan?" aku bertanya kembali.

"Mungkin." Jawabnya. "Jujur aku masih dendam dengan perbuatan a- pamanku. Mungkin karena itu aku masih terjebak di sini."

Aku mengangguk, tak ingin melanjutkan topik sensitif ini. Sekarang aku sangat rindu dengan orang tua serta teman-temanku. Aku tak ingin meninggalkan mereka semua, tapi aku juga tak ingin terus-terusan terjebak di sini. Rasanya hidupku terlalu cepat untuk meninggalkan mereka. Terutama orang tuaku. Saat inilah aku berharap kalau aku punya saudara, jadi mereka masih mempunyai anak di kehidupan mereka.

Ega dan aku kemudian mulai bercerita tentang kehidupan masing-masing. Mulai dari aku menceritakan saat aku waktu kecil jatuh dari sepeda karena mencoba melepas tangan dari stang, Ega yang bercerita tentang pengalamannya mencoba sate biawak, dan sampai kita mengomentari anak-anak SD yang bermain tik-tok dengan sangat menjijikan di mata kami.

Kami tertawa geli saat anak-anak itu bermain tik-tok dengan musik dangdut dengan sangat gagal. Ada-ada saja kelakuan anak SD negara berkembang ini.

Menjelang sore, aku terpikir untuk mengunjungi rumahku. Mungkin sudah saatnya aku memberanikan diri. Aku hanya berharap tak menangis sampai air mataku terkuras habis.

"Ega, kamu mau tidak menemani aku ke rumahku?" aku meminta.

"Tentu saja."

***

Perutku terasa berputar saat rumahku terlihat. Perlahan aku berhenti saat di depan rumahku. Rumah berlantai dua dengan cat putih, terdapat halaman kecil dan garasi yang kulihat kosong tak ada mobil ayahku.

Aku kemudian memasuki rumah dengan Ega yang mengikutiku dari belakang sambil melihat ke sekitar. Dadaku terasa diremas dengan hanya melihat pemandangan dalam rumah yang telah aku tempati seumur hidup.

Mataku melihat ke sekitar ruang tamu yang sepi dengan tumpukkan kaset milik ayahku di samping tv, kamar tidur orang tuaku yang tertutup, lalu dapur bersih dan rapi oleh ibuku. Aku naik ke atas, tempat kekuasaanku dulu berada. Pintu kamarku dalam keadaan tertutup dengan papan namaku yang kubuat sejak kecil masih tertempel di papan putih itu.

Dengan lambat aku memasuki kamarku sendiri, menatap kamarku yang masih utuh dengan barang-barangku namun lebih rapi dan bersih. Kakiku membawaku ke sebuah meja, di mana aku menaruh buku-buku dan di mana dinding yang penuh dengan foto serta kartu ucapan berada.

Aku membaca sticky notes yang kutempel. 'Positive vibes only', 'Love u bitch -Marwati & Lusiati', 'Belajar, jangan jadi orang bego terus. -Yuna', 'Dilemesin aja shay -Helena',

'Anak ayah sama ibu yang paling cantik -Ayah & Ibu <3'

Mataku menelusuri dari atas. Mulai dari foto saat aku masih TK, foto selfie saat SMP dengan wajah culun, foto wisuda SMP bersama orang tuaku, sampai foto aku yang dirangkul oleh teman-temanku dengan orang tuaku yang tersenyum lebar di belakangku. Foto itu diambil kala aku ulang tahun yang kemarin.

Mataku yang dari tadi berair tak kuasa menahan tangis. Lalu aku menangis sekuat tenaga, menyalahkan diri sendiri karena mati di usia muda dengan meninggalkan orang-orang yang sangat aku sayangi.

Nan KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang