Lembar 6: Sial, Sial, dan Sial

1.3K 120 10
                                    

Lembar 6

Sorry for a long long long ass update. Happy reading y'all beeches~

Vomment!

*nggak saya baca ulang!! jadi gatau kalo ada salah

=========================================================

Aku melihat wajah Bima masih merah karena amarah, kedua tangannya masih tetap mengepal keras walaupun lengannya sudah ditahan oleh kedua temannya. Matanya masih menatap tajam Alvin yang telah tersungkur di lantai dengan beberapa murid yang berdiri sama membekunya seperti aku. Tak berani membantu namun tak tega.

Shit! Aku harus bagaimana?!

Pikiranku seperti dipenuhi kabut tebal, aku tak bisa berpikir dan tak tahu aku harus berbuat apa sebagai hantu yang tak terlihat.

Alvin dengan perlahan bangkit, lalu pergi dengan cepat walau langkahnya tertatih menembus murid-murid yang membentuk benteng setengah lingkaran. Aku tercekat, antara ingin mengikuti Alvin tapi di satu sisi aku tak mau meninggalkan Bima. Ingin rasanya aku memeluknya dan memberi tahunya bahwa aku masih di sini. Tapi aku tak bisa.

Dengan cepat aku menembus beberapa murid, mengejar Alvin yang sudah cukup jauh dari pandangku.

"Hey!" panggilku. Tak peduli jika ada hantu lain yang melirikku karena aku berteriak.

"Hey! Aku tahu kamu bisa melihatku!" aku mengejarnya, terpikir saat ia sempat melirikku tajam sebelum ia melemparkan kata-kata yang menohok semua orang. Bahwa aku sudah mati. Hatiku terasa teriris saat mendengar kata-kata tersebut.

"Alvin!" panggilku kembali saat sudah cukup dekat dengannya yang tak berhenti berjalan ke arah parkiran.

"Terus kenapa?" ia tiba-tiba menoleh ke padaku, menatap aku dengan rasa tergganggu.

Mataku melebar, terkejut dengan sikapnya yang tiba-tiba. Jadi dia bisa melihatku selama ini?

"Terus kenapa? Hah?" ia mengulangi kembali pertanyaannya ke padaku.

"Um- a..." aku terbata dengan pertanyaan tiba-tiba itu.

"Kalau begitu, berhenti menggangguku." Katanya dengan ketus. Lalu pergi menuju motornya kemudian pergi meninggalkanku.

"Tunggu! Alvin!" aku ingin mengejarnya kembali, namun aku memilih berhenti dan menatap saat ia hilang dari penglihatanku. Tanganku memegangi kepalaku yang tak kasat mata, sambil menerka ulang apa yang terjadi.

Apa yang harus aku lakukan sekarang?

***

Sial.

Mungkin itu adalah satu kata yang menggambarkan hidupku sekarang ini. Eh, tapi aku kan sudah mati. Coret itu. Sial adalah satu kata yang menggambarkan kematianku ini. Sudah mati tapi terjebak di dua dunia ini, mengikuti seseorang tapi aku malah tertipu olehnya. Harus apa aku sekarang? Jika aku masih hidup, aku akan pergi ke Indomart lalu beli es krim Glico untuk menenangkan pikiran. Sayang, aku sudah mati. Hm, aku penasaran apa ada minimarket khusus hantu di dunia hantu ini. Mungkin tidak ada.

Sinar matahari sangat terang namun aku tak bisa merasakan panasnya iblis itu. Tapi tetap tak mebuatku lega karena menyadarkanku bahwa aku adalah hantu. Berjalan di trotoar tanpa ada bayangan yang mengikutiku terkadang membuatku hampa. Rasanya hanya aku saja yang di dunia ini. Yah, beserta hantu-hantu lain aku rasa.

Bicara tentang hantu lain, mereka terlihat jarang di luar sini. Hanya beberpa yang keluar pada siang hari ini. Aku tak tahu mengapa tapi merasa bersyukur ada matahari di luar sana.

Nan KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang