Lembar 28: Pernyataan Nabila Dan Alvin Serta Kebenaran Yang Tak Masuk Akal

464 73 7
                                    

AN: wow sudah dua bulan tidak update :") gausah ditanya lagi kenapa aku jarang update. 1200an kata, enjoy~

Lembar 28

                "Tadi Nora juga di rumah sakit, dia tahu kalau aku koma." Ujarku menatap Alvin yang mengepalkan tangan di bibirnya.

                "Benarkah?" responnya. Matanya masih menatap lurus ke tembok. Ia sedang duduk di sofa apartemennya sedangkan aku bediri di depan sisi kanannya.

                "Itu mengapa ada benjolan di kepalamu, aku minta maaf." Aku dengan diam menunggu reaksinya. Apa pun itu. Jari Alvin menelusuri kulit kepalanya, ia terlihat baru menyadari benjolan di sisi kepalanya itu. Kemudian ia menjadi diam lagi.

                Aku berjalan ke depan Alvin dan memanggil namanya, "Alvin."

                Matanya tetap tidak mau mengalihkan perhatiannya.

                Aku berlutut di hadapannya. "Alvin, kenapa?" aku sungguh tak mengetahui apa yang sedang ia pikirkan.

                Baru lah matanya mau menatapku, tapi dengan cepat ia berdiri dan menghidar dariku beberapa kaki.

                "Aku sangat bodoh dan berengsek." Ujarnya dengan kesal. "Kenapa aku tak menyadari kalau kamu masih hidup? Aku mengejek kalau dirimu sudah mati di depan pacarmu, astaga." Perkataanya menggebu, seperti ia ingin menampar dirinya dengan ucapannya sendiri.

                Jelas ia sedang membenci dirinya sendiri saat ini. Tapi untuk apa?

                "Alvin, tidak apa-apa... Aku yang ceroboh karena aku berprasangka buruk saat aku di rumah sakit dulu. Aku menyimpulkan sendiri kalau aku sudah mati, padahal tak tahu kalau aku sedang koma... Dan Bima, bukan pacarku lagi." Kataku mengkoreksi.

                "Aku juga membiarkanmu berkali-kali diteror oleh Nora, ya Tuhan." Ia kurang lebih menutupi wajahnya dengan tangan.

                Aku ragu kalau ia mendengarkan perkataanku tadi atau tidak. Ia terus-terusan mencari kesalahan yang bukan karenanya.

                "Alvin, kamu kenapa?" aku mendekatinya, menempatkan tanganku di kedua bahunya. Walau terlihat agak menembus baju yang ia kenakan.

                Tangannya tak lagi menyembunyikan wajahnya. Ia sekarang terlihat seperti... anak anjing yang lucu. Aku hampir tertawa karena pikiran itu.

"Kamu masih hidup." Kata Alvin.

"Apakah kamu tahu rasanya jatuh cinta pada seseorang yang sudah mati?" Alvin melanjutkan.

Apa ia sedang membicarakan Nora? Aku menurunkan tanganku dari bahunya saat merasakan moodku juga turun. Rusukku terasa sesak hanya karena memikirkan Alvin yang jatuh cinta pada Nora.

Aku menggeleng.

"Apa kamu tahu rasanya menahan diri setiap hari agar tidak semakin jatuh cinta pada seseorang yang bahkan tak kasat mata pada orang lain?"

Aku kembali menggeleng.

"Apa kamu mau tahu seperti apa rasanya mengetahui bahwa orang yang kamu cintai itu ternyata masih hidup?"

Kemudian aku tersadar, bahwa Alvin sedang membicarakan tentang diriku.

"Aku merasa bodoh tak mengetahui kalau kamu masih hidup selama ini, aku merasa gagal karena tak bisa menjagamu dan malah menyeret Nora karenaku." Sedangkan Alvin masih menyalahkan dirinya sendiri, aku di sisi lain sudah terbang ke tujuh langit. Kalau aku tidak dalam bentuk roh, pasti wajahku sudah merah padam dengan jantung berdegup kencang.

Nan KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang