Lembar 30: Kehidupan Itu Aneh Dan Kedatangan Seseorang

369 48 12
                                    

Enjoy~

Lembar 30

"Pompa terus," Perintah seorang perawat wanita kepada temannya sembari tetap mendorong sebuah ranjang dari samping. Terdapat satu perawat pria dan dua perawat wanita yang bergerak cepat namun tetap tenang. Mereka dengan raut serius mendorong ranjang beroda di atas ubin rumah sakit. Dari benda berputar itu terdengar bunyi berderik yang memantul sepanjang lorong yang dilaluinya.

Seorang wanita berambut panjang terlihat tak sadarkan diri dengan ambu bag yang terus di pompa oleh perawat tadi. Wajahnya agak kotor dengan keringat tipis di keningnya.

Alvin yang melihat mereka pun terkejut lalu menepi ketika mereka melalui dirinya, ia menatap pasien itu sampai mereka menghilang saat berbelok. Ketika lorong kembali sunyi, ia berjalan ke arah kaca yang menampilkan langit cerah dengan jalanan di bawah. Alvin menumpuhkan kedua lengannya di penggangan besi kaca itu. Wajah Alvin terlihat lelah, tak ada fokus yang menentu di mata cokelat itu. Ia hanya tenggelam dalam pikiran dengan padangan melamun.

Tak berapa saat, tangan Alvin merogoh kantong depan jeans birunya dan mengeluarkan handphonenya. Dari hidung, ia mengembuskan napas saat melihat melihat tanggal yang tertera di layar.

1 Februari. Sudah satu minggu. Pikir Alvin.

Tujuh hari setelah kejadian malam itu. Ketika semua menjadi kacau karena kebodohannya mempercayai Ega. Ia tak bisa mempercayai bahwa dirinya sendiri sudah meninggalkan Nabila dengan Ega yang ternyata adalah Nora. Semua menjadi masuk akal. Mengapa ia seperti mengenal wajah Ega.

Ega adalah Nora yang menyamar menjadi Laras, kakaknya sendiri. Alvin merasa agak kasihan, bahkan Nora memanfaatkan kakaknya sendiri.

Selama tujuh hari itu Alvin selalu menyalahkan dirinya sendiri atas semua kejadian ini. Ia sangat marah pada dirinya. Bagaimana ia bisa begitu bodoh? Tetapi selama tujuh hari ini, semua menjadi tenang. Nora menghilang entah kemana, tak pernah memperlihatkan wujudnya dimana pun. Roh Nabila sudah kembali ke tubuhnya dan setiap hari Alvin berdoa agar perempuan itu bisa bangun dari komanya.

Alvin memasukkan kembali handphonenya, kemudian berjalan masuk menuju sebuah kamar rumah sakit. Dan di situlah seseorang yang ia tunggu sedang terbaring. Kelopak mata sang pemiliknya tertutup rapat. Sebuah selang dimasukkan ke mulut untuk menjaga pernapasannya. Bunyi monitor jantung yang selalu stabil terdengar tipis di udara. Alvin selalu menganggap bunyi itu sebagai suara Nabila. Perempuan yang mengambil hati Alvin dan membawanya tidur dalam koma.

Alvin berdiri di samping Nabila, menyentuhkan ujung jarinya pada tangan Nabila di pinggir ranjang. Terkadang semua ini terasa tidak nyata bagi Alvin. Ia baru saja mengalami suatu hal yang sangat aneh. Yaitu melihat, bertemu, dan menyentuh roh. Terasa seperti ia menyaksikan perjalanan seorang roh yang kembali ke tubuhnya. Dan laki-laki itu merasa bersyukur karena ia membantu dan menemani perjalanan roh itu.

"Hidup itu sangat aneh." Ujar Alvin. Kata-kata itu tak ditujukan untuk siapa-siapa, melainkan untuk kehidupan ini. Ia selalu membenci kemampuan berinteraksi dengan hantu yang dimilikinya, tapi suatu ketika ia bersyukur. Berkat itu, ia bisa bertemu dengan Nabila.

Kehidupan itu rumit, kadang aneh, tapi di satu titik bisa diambil sebuah makna.

"Ah, kamu datang lagi." Suara Yuna menganggetkan Alvin. Ia bahkan tak mendengar suara pintu yang terbuka.

Alvin berbalik dan melihat Yuna bersama si kembar Marwati dan Lusiati dalam balutan baju kasual dengan membawa tote bag. Yuna tampak tak terkejut melihat Alvin, namun wajah Marwati dan Lusiati terlihat tidak senang.

Nan KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang