Lembar 19: Energi Dan Mimpi

719 83 6
                                    

AN: Enjoy~ btw Casting Membernya udah completed.... btw aku ngerjain sebagian chapter ini di SIANG hari. hebat banget nggak? wkwk

ig: @jihanmiles

VOmment EAaaaakKK

-km

Lembar 19

Aku merasakan sebuah tangan mengelus telungkup leherku yang ternyata milik Ega. Jari-jarinya membentuk lingkaran halus di atas kulitku. Sentuhannya tak membakar seperti ketika tangan Alvin saat terasuki yang mencekikku.

Tetapi perlahan jari telunjuknya mengarah ke tali kalung yang hampir aku lupakan keberadaannya di leherku. Dengan reflek aku menghindar dari sentuhannya. Detik ini aku sudah memastikan bahwa semua hantu yang mengejarku hanya menginginkan kalung berliontin di leherku. Dan aku belum mengetahui mengapa liontion ini terbawa bersamaku ketika menjadi hantu.

"Kenapa?" Ekspresi Ega kebingungan karena aku menjauh dari sentuhannya.

"Ng-Nggak apa-apa, cuman kaget." Aku berbohong, menambahan senyuman yang bergetar akibat menangis. Lalu menyeka mata bekas menangis dengan punggung tanganku.

Suara pintu di bawah membuatku dan Ega mengalihkan perhatian. Aku segera pergi ke bawah, melihat ayahku dengan setelah kemeja putih dan celana hitam sedang melepas sepatu di dekat rak sepatu. Pria beralis tebal dengan bibir tipis itu kemudian berjalan menuju sofa lalu duduk sambil mengeluarkan handphonenya.

Aku mendekat dan berdiri tepat di hadapannya. Menatap raut lelah darinya saat ia menghela napas berat dengan mata yang fokus ke layar bercahaya di tangannya. Beberapa saat kemudian ayahku menutup handphone dan mengusap wajah dengan tangan besarnya. Aku sangat merindukan tangan besar dan kasar miliknya. Aku sangat merindukan tangan besar dan kasar miliknya.

Aku melihat Ega memperhatikanku dan ayahku. "Bagaimana cara agar aku bisa memperlihatkan diri ke ayahku?" aku bertanya.

"Cukup kerahkan energimu ke seluruh tubuh lalu bayangkan untuk memperlihatkan wujudmu." jawabnya.

Aku melakukan apa yang ia katakan. Aku mengerahkan semua energiku ke seluruh tubuh dan memfokuskan diri untuk bisa menampakkan wujud ke ayahku. Tubuhku terasa mempunyai tenaga dan dorongan dalam waktu bersamaan. Aku bisa merasakan energi tak kasat mata menyelimuti tubuhku, membuat semua terasa beda. Seperti manusia.

"Ayah." Panggilku. Membuatnya sontak menatapku dengan ketidak percayaan namun aku bisa melihat kilatan harapan di irisnya. Ia memejamkan kedua kelopak matanya dengan paksa. Ayahku pasti mengira ini tidak nyata, hanya ilusinya belaka. Namun aku nyata, berdiri di hadapannya dengan wujud hantuku.

"Ya Tuhan, Nabila... anak semata wayangku." Ia tersendu. Hanya dari suaranya aku bisa merasakan ada gumpalan yang memenuhi tenggorokanku serta sengatan perih di pelupuk. Tapi aku menolak untuk menangis lagi.

Tak berselang lama, aku kehilangan fokus untuk mempertahankan energi di tubuhku. Tubuhku gontai ke depan, rasanya seperti setengah energiku terkuras dengan cepat.

"Apa kamu nggak apa-apa?" Ega memegangi tubuhku yang agak lunglai.

"Kok bisa energiku cepat terkuras walaupun ini hanya beberapa detik?" kataku melempar tanda tanya ke Ega.

"Karena setiap hantu mempunyai wadah dan limit energi masing-masing. Mungkin karena kamu baru menjadi hantu jadi energimu masih sedikit." Jelas Ega.

"Apa yang terjadi kalau aku mehabiskan energiku sampai tak bersisa?" aku menatap matanya yang pucat.

"Yang terjadi kamu akan menghilang." Kata Ega.

Nan KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang