Lembar 4: Alvin?

1.4K 150 24
                                    

Lembar 4

Pagi harinya si pemilik apartemen bersiap untuk sekolah. Aku di sofa hanya diam sambil melihat gerak-geriknya dari mulai memasak sarapan hingga akan pergi ke sekolah. Aku telah memantapkan hati untuk mengikuti ia pergi, walaupun aku sebenarnya takut menghadapi dunia hantu ini. Tapi bagaimana lagi aku tak punya kesibukan apapun dan aku tak ingin ditinggal di sini sendirian.

Hantu tak tidur. Bantinku ketika teringat aku yang hanya menuntup mata semalaman penuh, namun sesekali hanya memandangi langit-langit apartemen.

Ketika sampai di parkiran apartemen, aku melihatnya menaiki sebuah motor vespa keluaran terbaru berwarna biru. Rasanya aku pernah melihat motor itu di sebuah tempat, batinku.

Tapi tak berfikir panjang untuk duduk di kursi belakang vespanya sebelum ia melaju.

Hantu ternyata bisa naik di motor juga.

Tak lama kemudian, kami sampai di sebuah gerbang SMA yang sangat ku kenali. SMA ku sendiri. Siswa-siswa pada berjalan memasuki area sekolah, beberapa anak yang bermotor terlihat mengendarai kendaraaannya masuk menuju parkiran yang terletak di dalam sekolah.

Ada taman dengan kolam ikan di depan gedung utama sekolah ini. Pagar cokelat yang berdiri di depan trotoar, plakat nama sekolah dengan logo angsa menyambut semua siswa di sini.

Aku hampir melompat dari kursi vespa kalau tidak menyadari bahwa aku seorang hantu yang tak terlihat oleh mata biasa. Walaupun tubuh hantuku ini masih dalam balutan seragam SMA berserta jaket yang kupakai terakhir kali sebelum aku meninggal. Semua ini terasa layaknya aku masih hidup.

Ketika sudah sampai di parkiran sekolah, aku turun dan segera mengikuti si pemilik apartemen dari belakang. Agak menundukan kepala ketika melihat atau berpapasan dengan beberapa hantu di sini.

Shit. Hantu-hantu yang menjadi legenda di sekolah ini benar adanya. Cuman lebih mengerikan dan menyeramkan dari yang kubayangkan

Bila kuceritakan, ada hantu siswa yang gantung diri di sekolah ini. Tali masih terikat di lehernya yang patah. Ada juga sosok berambut panjang yang menutupi wajahnya dan tubuhnya sangat besar hingga menutupi pintu lab computer. Ada juga beberapa hantu anak kecil yang bergelayutan di langit-langit lorong yang kulewati.

Aku merinding dan dibuat takut saat melewati sosok-sosok itu. Tapi aku terus menguatkan hatiku dan tak lupa aku mamasukin liontinku ke dalam seragam sebelum memasuki area sekolah tadi. Anggap saja ini tindakan pencegahan, karena aku tak ingin berurusan dengan mereka sekalipun mereka baik.

Sekarang lupakan soal hantu, bicara tentang si pemilik apartemen, ia di hadang sekelompok anak yang sangat aku kenal. Seantero sekolah tahu gerombolan ini dan lebih baik menghindar dari pada berurusan dengan mereka. Tapi bodohnya aku malah berpacaran dengan salah satu di antara mereka. Untungnya, orang tersebut sedang tak berada di sini.

Seseorang dari gerombolan Bima maju menghadang si pemilik apatemen dengan wajah mengejek. Teman-temannya pun terkekeh sambari menatap si pemilik apartemen dari atas hingga ke bawah. Aku tak tahu apa masalah si pemilik apartemen dengan gerombolan Bima, tapi jika aku jadi si pemilik apartemen, aku akan langsung menonjok wajah teman Bima ini. Tipe muka-muka minta ditonjok.

Si pemilik apartemen hanya berjalan menghindar lalu langsung masuk ke kelasnya.

Ketika sudah memasuki ruang kelasnya, aku menyadari hanya dia yang tak mempunyai teman sebangku dan duduk paling pojok belakang seperti terasingkan. Tapi untungnya di sini aku tak melihat sosok apapun selain diriku. Dalam hati aku menghembuskan napas lega.

"Hey, siapa namamu?" tanyaku ketika aku sudah mulai bosan dengan suasana kelas saat pelajaran.

Tapi orang yang duduk di sebelahku hanya terfokus pada papan tulis sambil memutar pulpen di ujung jarinya.

Tak pernah aku melihatnya tersenyum atau raut marah sekali pun. Hanya muka datar. Mungkin saraf wajahnya ada yang putus?

"Alvin? Apa kau memperhatikan?" Ibu guru yang berada di depan bertanya, semua mata tertuju padanya.

Si pemilik apartemen merespon dengan anggukan telat. Lalu Ibu guru dan siswa lain lanjut fokus belajar.

Tunggu.

Alvin? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu.

Jika aku bukan hantu, meja di hadapanku bisa aku gebrak saking kagetnya diriku.

Alvin? Yang kata seantero sekolah ini dia orang aneh itu?

Dan ketika aku menolehkan wajah ke arahnya. Aku sudah ditatap oleh dirinya.

=============================================

AN: Ya Allah maapin  banget vakum nulis berbulan2.... soalnya sibuk banget hehe... mulai sekarang aku mau rajin nulis kok, ingetin aku lanjut nulis ya :D

Eh bagi kalian yang belom tau, Buku pertamaku (Beneath The Sapphire Eyes) bakal terbit Januari 2018 :D Tunggu yaaa, ikut PO juga lohh.. 

ig: @jihanmiles

  -km  

Nan KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang