Lembar 14: Nora Dan Hantu Wanita Berpakaian Adat Tradisional

995 80 7
                                    

AN: Weeeeey wasap mamennn akhirnya bisa lanjut juga setelah sebulan hahaha, maap yak soalnya kemaren sangat sibuk dan ampe sakit 2 minggu :(( ini cerita ga aku baca lagi, jadi maap kalo rumpang, udah bodo amat dah aku wkwk, yang penting lanjoottt kan revisi belakangan :p

enjoy~

vomment!

*folow ig ku donk :* @jihanmiles sama @koalamerah.id

-km

==========================================================================

Lembar 14

Perjalanan pulang terasa lebih cepat ketimbang saat berangkat menurutku. Dalam perjalanan aku menjelaskan semua yang terjadi saat Alvin tidak ada. Bagaimana aku bertemu Ega, masa lalu Ega, dan bagaimana mengerikan hantu yang kutemui di parkiran tadi. Jujur, melihat ekspresi Alvin yang tidak sedikit pun takut dengan deskripsiku mengenai hantu parkiran tadi membuatku frustasi.

Alvin juga menanyaiku tentang Ega, mungkin mencocokan ciri-ciri fisiknya dengan hantu yang ia temui di masa lampau. Dari raut wajahnya aku memastikan bahwa Ega dan hantu masa lalu Alvin merupakan orang yang berbeda. Makin ke sini aku semakin penasaran dengan si hantu tersebut. Mungkinkah dia penyebab Alvin menjauh dari kehidupan sosial SMA?

"Alvin, aku ingin bertanya... Siapa hantu yang hampir membuatmu terbunuh?" aku bertanya saat sudah sampai di apartemennya.

Alvin meletakkan kantong belanjaanya di meja dapur, suara gemerisik plastik timbul dari benda tipis berwarna putih itu. Lalu ia menaruh kunci mobilnya di samping belanjaanya.

Selama tiga detik aku hanya ditampakkan oleh punggungnya, kemudian ia berbalik dengan ekspresi berpikirnya.

"Apa kamu nggak tahu mengapa aku disebut anak aneh di sekolah?" tanyanya, menatap lurus kepadaku.

"Em, iya, kan kamu bisa melihat hantu," aku mengatakan jawaban yang aku tahu. Agak bingung saat Alvin tak mengiyakan pendapatku.

"Memang aku bisa melihat hantu, tapi bukan itu yang membuatku dijauhi satu sekolah." Katanya. "Apa kau benar-benar nggak tahu? Kalau dulu saat kelas 10 ada seorang siswa yang melukai belasan siswa lain dan disebut-sebut kalau dia memiliki gangguan mental?"

Informasi Alvin tersebut membuatku sedikit terkejut. Aku pernah mendengar berita itu dari Marwati, tapi aku tak menghiraukannya karena pada saat kejadian itu aku sakit hampir dua minggu lamanya. Dan pada saat aku sembuh, tak ada yang membicarakannya lagi.

"Siapa?" aku bertanya.

"Aku," jawab Alvin.

Selang beberapa saat aku terdiam, layaknya perkataan Alvin baru tersangkut di telinga dan belum sampai ke otak. Mataku melebar, "Beneran?" ucapku terkejut.

Alvin hanya mengangguk. "Sebenarnya bukan karena aku gangguan mental atau apa. Tapi karena ada seorang hantu yang selalu meminjam tubuhku dan aku hampir selalu tak bisa mengambil alih tubuhku karena ia lebih kuat. Jadi saat di sekolah dulu ia memakai tubuhku tanpa memperdulikan aku, saat itu dia sangat kecewa dan tersesat karena ia tak bisa menyelamatkan kakaknya yang meninggal dalam kebakaran bersamanya.

Namanya adalah Nora, dia itu meninggal sekitar tiga tahun lalu. Tepat saat kita kelas 10 SMA dulu. Awalnya dia meminta bantuanku, karena dia sangat sedih tak bisa menyelamatkan kakaknya dari kebakaran. Tentu aku tak menerima permintaanya langsung, karena aku sangat menghindari berhubungan dengan masalah hantu-hantu. Tapi perlahan dia semakin hilang jati diri atau mulai melupakan bahwa dulu dia merupakan manusia." Alvin memberi jeda sebentar.

"Aku mulai membantunya sedikit. Ia mulai memintaku untuk meminjami tubuhku untuk mencari apakah kakaknya masih hidup di suatu tempat, tetapi hasilnya nihil. Lalu kami mencari apakah kakaknya itu menjadi hantu juga sepertinya atau tidak. Tapi kami tak menemukan apa pun, mungkin hanya Nora yang ditakdirkan menjadi hantu. Aku rasa saat itu emosinya sangat bercampur hebat.

Ia sangat kecewa, sedih, dan marah. Mulai dari situ, ia mengambil kontrol tubuhku. Hingga saat di sekolah Nora melampiaskan semuanya dengan melukai teman-teman sekolah. Setelah itu Nora tak bisa melepaskan tubuhku, aku hampir mati karena rohku berpisah dari tubuh dalam waktu yang lama. Jadi aku meminta bantuan orang indigo lain agar bisa menjauhkan dia dariku sampai sekarang." Ia menyelesaikan ceritanya.

"Jadi begitulah, mengapa aku bisa disebut anak aneh karena Nora lah yang mengambil tubuhku saat kelas 10."

Ah... Sekarang aku paham. Tak heran pada awal-awal Alvin sangat menolak permintaanku, mungkin takut bahwa aku akan mengambil kontrol tubuhnya. Tapi yang membuatku takut adalah apakah aku akan menjadi seperti Nora ke depannya nanti?

Bel apartemen tiba-tiba bersuara, mengalihkan semua pikiran kami ke arah pintu. Alvin kemudian berjalan ke arah pintu lalu membukanya. Nampak seorang wanita yang terlihat lebih tua beberapa tahun dari Alvin.

Rambutnya dicat cokelat sebahu, memakai blouse biru muda serta jeans. Tangan kirinya memegangi tangan seorang anak kecil laki-laki yang mungkin berumur enam tahun. Anak itu memakai kaos bergaris-garis horizontal berwarna oranye-hitam dengan celana selutut. Di salah satu tangannya ia membawa mainan bus Tayo berwarna biru.

"Ada apa Mbak Tasya?" tanya Alvin.

Siapa itu? Aku bertanya-tanya.

"Mama nyuruh aku nginep di tempet kamu dulu sama Ciko, soalnya mama sama papa keluar kota. Terus air di rumah bocor, belum diperbaikin. Nggak apa-apa kan?" Wanita yang bernama Tasya itu menambahkan senyuman di akhir ucapannya.

"Kok tante nggak ngasih tahu aku dulu?" Alvin memberi jalan kepada Tasya dan Ciko agar masuk ke dalam.

Wanita berperawakan tinggi dan kurus itu pun mengangkat tas ransel abu-abu dan sebuah plastik berisi kotak dari lantai yang tak sempat kuperhatikan tadi sebelum memasuki apartemen.

"Loh, bukannya mama udah nelfonin kamu dari tadi siang?" tanya Tasya menaruh barang-barangnya di dekat sofa.

Sesuatu hal tiba-tiba membuatku panas dingin, karena seorang hantu wanita berpakaian adat tradisional memasuki apartemen. Melewati Alvin yang seolah-olah tak melihat sosok wanita itu masuk sebelum ia menutup pintu.

"Oh ya? Kayaknya handphoneku aku silent," Aku mendengar Alvin menjawab pertanyaan Tasya.

Sedangkan aku tak bisa fokus karena sangat tertekan saat ada hantu lain yang berada di ruangan ini. Di dalam hati aku berdoa semoga aku selamat kali ini.

Nan KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang