4.

169K 6.6K 69
                                    

Satu minggu berjalan dengan sempurna karena kepergian Maxi ke Amerika. Selama satu minggu pula Anna menjalani aktifitasnya tanpa merasa ada gangguan jantung atau serangan gugup mendadak. Anna benar-benar menikmati harinya. Ia juga melakukan pemotretan majalah seperti yang diminta oleh Ara dengan Ara yang menemaninya.

Maxi menjalani harinya berbanding terbalik dengan Anna. Ia pergi ke Amerika dengan emosi yang tertahan. Sebelum kepergiannya bersama Rixi, ia dikejutkan dengan pertunangan adiknya yang dilakukan secara mendadak oleh orang tuanya. Pasalnya calon suami adiknya adalah laki-laki player yang sering bermalam diclubnya. Ia tahu persis bagaimana laki-laki itu setiap ia datang ke club miliknya bersama pasangannya atau mencari wanita malam diclubnya.

Maxi membereskan pekerjaannya secepat mungkin karena mendengar kabar dari adiknya yang benar-benar membuatnya semakin kesal. Ia pergi dari Amerika bersama Rixi dengan perasaan kesal. Padahal kerja sama berhasil terjalin, tapi bukannya senang ia malah menjadi kesal. Pernikahan Ara dipercepat dan tanpa bisa melakukan apa-apa,  Ara terpaksa menyetujuinya. Itulah yang membuatnya kesal.

'Sial! Apa-apaan ini?' Batin Maxi.

Maxi dan Rixi benar-benar jengah sesampainya dirumah melihat kedua orang tuanya benar-benar antusias dengan pernikahan adiknya. Tapi mereka tak bisa melakukan apa-apa karena keputusan orang tuanya adalah mutlak.

Maxi pergi kekantor dengan wajah dinginnya seperti biasa. Ia meminta Rixi memantau Zac, calon suami adiknya, kalau-kalau ia masih melakukan sex diluar sana, maka ia bisa membatalkan pernikahan adiknya. Maxi melewati meja Anna dan tak meliriknya sama sekali karena ia tak sempat memikirkan hal itu.

Anna heran melihat Maxi yang masuk keruangan bosnya dengan kesal. Maxi bahkan melewatinya bagitu saja, biasanya dia akan melirik dan tersenyum tipis pada Anna.

Ceklek

"Ara..are you ok?" Tanya Maxi to the point saat sudah didalam ruangan adiknya.

Ara yang sedang melihat-lihat foto hasil jepretan Anna tersentak kaget. Ia tak tahu kalau kakaknya sudah ada di Indonesia.

"Kakak? Kapan pulang? Aku baik-baik saja." Ucap Ara yang kegat.

"Kamu yakin dengan pernikahan ini? Ini pernikahan Ara, kamu tidak bisa main-main." Ucap Maxi frustasi.

"Aku sih nggak mau, tapi mau bagaimana? Nggak bisa ditolak juga kan? Ya sudah lah dijalani aja. Lagian juga kami sama-sama tidak menginginkan ini, kami juga sudah memiliki kesepakatan kalau kami tidak akan mengusik urusan masing-masing kak. Udah lah, aku nggak mau bahas itu kak. Oh ya, ini hasil foto dengan perusahaan Blitza. Aku udah pilih yang mana yang bagus untuk di cetak ke majalah." Ucap Ara mengalihkan pembicaraan.

Maxi menghembuskan nafas lega. Ia merasa sedikit tenang karena Ara baik-baik saja.

'Kalau Ara tidak merasa sedih ataupun kesal, aku akan diam. Tapi kalau adikku sampai mengeluh, awas saja laki-laki itu. Akan kupatahkan lehernya.' Batin Maxi.

Maxi duduk disofa ruangan Ara. Ara menyusulnya dan menyerahkan amplop yang berisikan foto-foto model yang dikirimnya keperusahaan Blitza. Mata Maxi seketika terbelalak dan wajahnya menjadi tegang melihat beberapa foto dari wanita yang sangat dikenalnya.

"Ini...Anna kan?" Tanya Maxi ragu pada Ara.

"Hm. Dia mau menjadi model itu." Jawab Ara singkat tanpa melihat perubahan ekspresi kakaknya karena ia sibuk dengan email dari rekan bisnisnya.

Jawaban Ara membuat Maxi salah paham. Ia mengira kalau Anna tidak seperti yang ia fikirkan.

'Ternyata dia sama saja seperti wanita murahan diluar sana. Cih! Aku salah tentangnya.' Batin Maxi geram.

Pervert POSSESIVE Sexy ICE KINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang