34.

155K 4.5K 76
                                    

MAXI POV

Malam ini adalah malam ke delapan aku menemani Anna dirumah sakit. Anna terlihat jauh lebih baik. Dia bahkan sudah bisa berjalan dengan lancar, tanpa meringis menahan perih dan nyeri diperutnya. Ia bahkan bisa berjalan dengan lincah seperti biasa. Itu membuatku lega. Kondisi fisiknya memang membaik, tapi tidak dengan hati dan fikirannya.

Aku tahu Anna selalu menutupi kesedihannya dengan canda dan tawanya saat didepanku. Tapi saat ia tertidur, ia tak bisa menyembunyikan kesedihan itu. Setiap malam Anna mengigau memanggil-manggil anak kami. Ia menangis dan kadang tersenyum.

Hatiku teriris setiap mendengar igauan Anna dan melihat air matanya jatuh saat ia sedang terlelap. Ingin aku mengganti semua kesedihannya dengan kebahagiaan, tapi aku tak tahu bagaimana caranya.

Kehilangan seorang anak bagaikan kehilangan separuh jiwa bagi seorang ibu. Itu kata Mamaku padaku. Dan kini aku mempercayainya saat aku melihat bagaimana sedih dan hancurnya Anna saat ia kehilangan calon anak kami.

Aku bersumpah akan mengganti setiap air mata kesedihannya dengan air mata kebahagiaan. Dan aku akan mengusahakan segala cara agar Anna kembali menjadi Anna yang jahil dan ceria seperti dulu. Aku tidak akan membiarkan pelitaku meredup terlalu lama. Aku berjanji kepadamu, Anna. Dan aku akan menepatinya, walau dengan nyawaku.

●●●●●●●●●●●

AUTHOR POV

Maxi sedang mengerjakan pekerjaan yang dibawakan Rixi untuknya saat Anna sedang asik dengan game di HP Maxi yang ia download untuk mengusir kebosanannya.

Saat Anna sedang asik dengan game-nya, HP Maxi yang digunakan Anna berdering dan memutus permainannya membuatnya cemberut dan menggerutu.

"Iiihh! Lagi asik juga! Siapa sih nelfon jam segini! Malah nomor nggak dikenal lagi." Gerutu Anna. Maxi terkekeh mendengar gerutuan Anna tapi matanya tetap fokus pada laptopnya.

"Yank, ada yang nelfon nih." Lanjut Anna memberikan HP nya kepada Maxi yang duduk diranjang khusus penunggu pasien.

"Angkat aja, Yank." Jawab Maxi tanpa mengangkat matanya dari berkas dan laptopnya.

Anna mengedikkan bahunya acuh lalu mengangkat telfon dari Maxi. Ia baru akan menyapa, tapi didahului oleh si penelfon.

"Halo, Maxi Sayang. Kami dimana?" Sapa si penelfon yang ternyata seorang perempuan.

Anna tak menjawab, tapi ia menoleh kepada Maxi dan menatapnya tajam. Maxi tak menyadari tatapan tajam dari Anna karena sibuk dengan pekerjaannya.

"Siapa ini?" Tanya Anna dingin kepada si penelfon yang membuat Maxi mendongak.

Maxi menaikkan alisnya saat Anna menatapnya tajam. Ia mengernyit saat Anna mendengus sinis padanya.

"Loh, kok cewek? Ini nomor telfon Maxi Hernandez kan?" Tanya si penelfon.

"Iya. Benar, ini nomor telfon Maxi. Ini siapa ya?" Jawab Anna dengan sopan.

Maxi mengernyit mendengar ucapan Anna. Ia menatap Anna yang sedang menatapnya dengan sinis. Ia mengernyit melihat kesinisan Anna padanya.

"Ini Pamela, kekasihnya. Ini siapa? Kenapa HP Maxi bisa sama kamu?" Tanya wanita itu yang ternyata mantan kekasih Maxi.

Anna semakin menatap tajam Maxi yang sekarang sedang menatap Anna bingung. Maxi menjauhkan laptop yang dipangkunya lalu turun dari ranjang dan mendekat kepada Anna.

"Saya sekertarisnya Tuan Maxi. Tuan Maxi sudah datang. Silahkan bicara dengan beliau." Jawab Anna ketus lalu menyerahkan HP nya kepada Maxi yang terkejut mendengar ucapan Anna.

Pervert POSSESIVE Sexy ICE KINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang