"Dimana lo kampret? Gue ke kosan lo tadi sama Sofi, kata satpam lo pindah. Kenapa lo pindah nggak bilang? Dimana lo?" Cerca Nathan dengan nada marah. Anna menepuk dahinya lalu menatap Maxi yang menatapnya datar.
"I'm in danger right now." Bisik Anna pada Maxi yang dibalas kekehan oleh Maxi.
"Hehehe..maaf Kang Nathan. Aih..jangan marah-marah atuh kang. Gue emang pindah, nggak jauh banget kok dari kosan sebelumnya. Cuma ini apartemen, kang." Jawab Anna ragu dengan cengengesan Ala Anna.
"Haha-hehe lo! Apartemen? Udah kaya lo bisa beli apartemen? Dimana alamat lo? Gue kesana sama Sofi! Gue nggak mau ya nanti gue kena geplak sama Bunda gara-gara nggak bisa jagain lo!" Omel Nathan lagi membuat Anna kalang kabut.
Anna menggigiti kukunya kerena ia bingung dan gelisah. Ia berbisik didepan wajah Maxi yang menatap Anna dengan wajah tenangnya.
"Gimana nih?" Bisik Anna pada Maxi.
"Bilang aja kalau kamu tinggal sama aku sekarang. Susah banget." Balas Maxi berbisik.
"Kamu gila? Bisa dibunuh aku sama Nathan dan Sofi!" Balas Anna.
Maxi mengambil HP Anna lalu mematikan speaker nya. Ia menempelkan benda pipih itu ke telinganya.
"Halo, Nathan. Ini saya, Maxi. Anna bersama saya. Kalau kamu mau kesini, datang saja. Saya sms alamatnya." Ucap Maxi dingin sebelum mematikan sambungan teleponnya. Ia langsung mengetik alamat apartemennya kepada Nathan.
Nathan yang ada diseberang sana menganga lebar mendengar ucapan Maxi. Ia syok bukan kepalang. Adik sepupunya yang lugu kini sudah berani tinggal berdua dengan lelaki.
Anna pun menganga mendengar kata-kata Maxi yang terdengar dingin dan tanpa beban. Ia menampar pelan pipi Maxi membuat Maxi menatapnya tak percaya.
"Kok ditampar? Untung nggak sakit, Yank." Protes Maxi. Anna cengengesan.
"Hehehe...mastiin ini bukan mimpi." Jawab Anna. Maxi mencibir.
"Harusnya aku yang nampar kamu buat mastiin kamu nggak mimpi." Cibir Maxi.
"Emang tega? Nih, tampar nih." Ucap Anna menantang Maxi dengan menyodorkan pipinya kepada Maxi.
Maxi malah mengigit pelan pipi chubby Anna lalu menciumnya gemas.
"Mana mungkin aku nampar pipi orang tercintaku, hm? Lebih baik dielus, dibelai, dicubit dan dicium kan daripada ditampar." Ucap Maxi membuat Anna balas mencium pipi Maxi sayang.
"Eh, kamu udah smsin Nathan? Gimana kalau dia ngomelin aku? Gimana kalau dia nyubit aku? Gimana kalau Sofi ngamuk sama aku?" Tanya Anna bertubi-tubi dan tiba-tiba gelisah.
Maxi terkekeh melihat ekspresi Anna yang tiba-tiba berubah. Ia memeluk pinggang Anna erat lalu menenggelamkan kepalanya dibelahan dada Anna yang menyembul dari balik kaosnya. Maxi menjilat belahan dada kekasihnya sebelum menghisapnya, membuat kissmark disana.
Anna yang mendapati perlakuan Maxi hanya bisa mendesah lalu menarik kepala Maxi menjauh dari dadanya.
"Nathan mau kesini. Jangan macem-macem." Ucap Anna membuat Maxi merengut.
"Ya udah. Aku telpon aja biar dia nggak kesini." Ujar Maxi yang dihalangi Anna.
"Jangan dong, Yank. Nanti dia curiga lo. Malah dia bakalan lebih cepet nyampe sininya." Jawab Anna. Maxi berdecak kesal lalu menyerukkan kepalanya dileher Anna.
"Tapi nanti sebelum bobo boleh ya?" Tanya Maxi dengan nada manja.
"Emang aku boleh nolak?" Tanya Anna balik membuat Maxi terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pervert POSSESIVE Sexy ICE KING
RomanceDia Sexy dimata semua wanita... Dia tampan walau tanpa senyuman.. Dia selalu kejam tapi menggairahkan.. Tapi...apa dia normal?? Dia yang selalu tampak dingin sekarang berubah lembut dan hangat padaku. Dia yang ditakuti banyak orang sekarang selalu m...