Sesampainya diruang rawat Anna dan dokter sudah selesai memasang segala bentuk alat bantu ditubuh Anna, Maxi dan keluarga juga sahabatnya masuk untuk melihat kondisi Anna.
Fitri dan Amora mencium kening Anna lalu membisikkan kata-kata dan doa supaya Anna bangun dari masa kritisnya. Bella, Sofi, Emma, Rixi, Nathan dan Rainald menggenggam tangan Anna bergantian lalu mencium kening Anna sayang.
Maxi berdiri bersandar didinding menatap Anna nanar dengan air mata yang terus menerus mengalir dipipinya. Kakinya lemas dan jantungnya serasa tak berdetak melihat wajah Anna yang pucat dan mata yang terpejam sempurna diatas ranjang rumah sakit itu.
Semua mata menatap kearah Maxi yang menangis sambil menatap Anna dengan tatapan kosong. Mereka tahu Maxi terpukul dan terguncang setelah mendengar kepergian calon bayinya. Mereka tahu Maxi sedang ketakutan dan berusaha menguatkan keyakinannya bahwa Anna tidak akan pergi meninggalkannya.
Maxi berjalan gontai kearah ranjang Anna dengan air mata terus jatuh menetes dipipinya. Ia menguatkan kakinya untuk melangkah agar bisa mencapai sisi ranjang Anna. Maxi duduk dipinggir ranjang Anna sambil menatap wajah pucat Anna. Ia melirik kearah alat pemindai detak jantung Anna lalu kembali menatap Anna intens.
Maxi menangkup pipi pucat Anna. Anna mengenakan selang oksigen yang masuk dari mulutnya dan alat pendeteksi jantung didadanya. Maxi merasa jantungnya dirampas keluar dari dadanya melihat kondisi Anna dan merasakan dinginnya kulit Anna ditelapak tangannya.
"Anna..." Panggil Maxi dengan lirih dan suara parau.
Maxi mencium lembut kening Anna membuat setetes air matanya jatuh kekelopak mata Anna. Tak ada yang menyadari kalau jari telunjuk Anna bergerak sekali saat air mata Maxi menetes dikelopak matanya yang tertutup rapat.
"Sayang..." Panggil Maxi lagi.
Suara mesin menggema mengisi keheningan ruangan rawat Anna. Fitri duduk disofa kamar ruangan Anna dengan tangis yang tak bisa dibendungnya lagi. Amora menangis dipelukan Adrian begitu juga dengan pasangan sahabat Anna.
Maxi memasukkan satu tangannya ke punggung Anna lalu ikut merebahkan dirinya disamping Anna. Ia lalu memeluk Anna tak erat. Ia menyerukkan kepalanya dileher Anna lalu mengecupi pipi dan leher Anna berharap agar Anna bangun dan balas memeluknya
"Anna, bangun, Sayang. Sekarang sudah masuk jam makan malam lo. Kamu nggak mau masakin buat aku? Kamu...kamu selalu marah sama aku kalau aku nggak mandi jam segini, sekarang aku belum mandi, Sayang. Kamu bangun dong, omelin aku, wifey." Ucap Maxi dengan suara bergetar.
Tiit pssst tiit pssst
Hanya itu sahutan dari ucapan Maxi. Alat pemompa oksigen dan alat pemindai jantung Anna yang menjawab ucapan Maxi. Maxi menciumi wajah Anna mencoba membangunkan kekasihnya. Ia selalu melakukan itu kalau Anna sedang malas untuk disuruh bangun.
"Hei...aku sudah ciumin kamu, masa nggak mau bangun juga? Ayo dong, wifey, aku lapaaar. Kamu bilang aku nggak boleh telat makan. Kamu bilang mau jadi istri yang baik. Sekarang aku mau mandi lo. Kan biasanya kamu yang siapin baju ganti aku. Ayo bangun, Yaaank. Siapin aku makan sama baju gantinyaaa." Ucap Maxi lagi sambil merengek dan menggoyangkan pelan tubuh Anna yang ada dipelukannya.
Semua keluarga dan sahabat mereka merasa terenyuh melihat Anna dan Maxi. Maxi terlihat seperti orang gila yang berbicara sendiri dan Anna terlihat seperti putri tidur yang tak mau bangun dari ranjang empuknya.
"Maxi...Sayang..hiks..kamu istirahat dulu, Nak. Mungkin sebentar lagi Anna sadar." Pinta Amora lembut berusaha menenangkan anaknya.
"Nggak Ma. Aku nggak dibolehin Anna istirahat kalau aku belum mandi jam segini. Ini sudah jam 7 malam dan biasanya dia ngomelin aku kalau aku belum mandi jam segini." Sahut Maxi tanpa menatap Mama-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pervert POSSESIVE Sexy ICE KING
RomanceDia Sexy dimata semua wanita... Dia tampan walau tanpa senyuman.. Dia selalu kejam tapi menggairahkan.. Tapi...apa dia normal?? Dia yang selalu tampak dingin sekarang berubah lembut dan hangat padaku. Dia yang ditakuti banyak orang sekarang selalu m...