Anna, Maxi, Ara dan Zac makan siang disebuah cafe yang tak jauh dari kantor Maxi. Mereka makan dengan canggung karena Maxi dan Anna tak ada yang berbicara sama sekali.
Anna melirik kepiring Maxi yang tersaji vegetable fried rice didepannya. Ia melirik Maxi yang dengan kesal sedang mengesampingkan sayuran dimakanannya kesisi samping piringnya. Anna tersenyum tipis. Ia tahu Maxi membenci sayur.
"Ehkem...kenapa sayurnya tidak dimakan Tuan?" Tanya Anna menyentak Maxi. Ara mengernyit baru menyadari makanan kakaknya.
"Sejak kapan kakak mau makan sayur? Bukannya paling anti ya kak?" Tanya Ara heran.
"Iya juga ya. Kukira ketiga Hernandez bersaudara sangat membenci sayur." Sambung Zac yang juga heran.
Anna yang tahu Maxi tidak suka makan sayur sebisa mungkin selalu menyajikan makanan yang berisi sayuran untuk Maxi. Biasanya Maxi hanya mau memakan sayuran itu kalau Anna yang menyuapinya makan.
"Hah? Aku makan kok. Baru mulai belajar makan sayurnya." Jawab Maxi gelagapan menjawab pertanyaan Ara dan Anna.
Anna menatapi Maxi yang ada didepannya. Dari isyarat mata Anna, ia seakan mengatakan 'makan sayurnya atau nggak ada jatah malam ini!' Sayur yang ada dinasinya adalah sayur hijau dan brokoli, sayur yang paling ia tidak suka karena menurutnya rasanya pahit.
Maxi mengangkat sendoknya dan memasukkan nasi goreng berisi sayur brokoli itu dengan ragu kemulutnya. Ia mengunyahnya sambil meringis lalu memaksa untuk menelannya bulat-bulat. Setelah nasinya tertelan, ia semakin mendorongnya dengan segelas air putih.
"Wow...sejak kecil Mama selalu memaksa kakak untuk makan sayur dan kakak nggak pernah mau. Dan lihat sekarang. Hebat sekali orang yang bisa membuat kakak berubah menjadi penyuka makanan hijau itu." Ujar Ara menggoda Maxi.
"Terpaksa! Kalau nggak demi cinta!" Gerutu Maxi kesal tanpa sadar keceplosan. Ia lalu tersentak saat mengingat apa yang dikatakannya tadi.
Anna seketika merona dipipinya mendengar jawaban Maxi. Ia menendang kaki Maxi yang ada dibawah meja. Maxi tak meringis atau kesakitan, tapi ia tetap mendongak menatap Anna yang menunduk pura-pura menikmati makanannya.
Ara dan Zac yang sadar kalau Maxi keceplosan terkekeh sambil melirik Anna. Ara kembali menggoda Maxi dan Anna.
"Cinta? Pada siapa? Woow...beruntung sekali wanita itu bisa membuat kakakku jatuh cinta padanya." Goda Ara semakin menggelapkan rona dipipi Anna.
"Maksudnya pada hidup sehat." Ucap Maxi dengan nada datar.
Ara gemas karena Maxi masih saja bisa mengelak. Ia lalu menyeringai sambil menatap Zac yang menatapnya bingung.
"Kak, kakak tahu kalau kakak akan dijodohkan oleh Mama?" Tanya Ara membuat Maxi dan Anna seketika tersedak bersamaan.
Uhuk uhuk..uhukk
"Astaga! Kamu jangan bercanda deh. Nggak mungkin Mama kaya gitu! Anna, kamu nggak apa-apa? Minum dulu." Ucap Maxi mengomeli Ara.
Maxi menyerahkan air yang tadi sudah diteguknya lebih dulu kepada Anna. Mereka tanpa sadar sudah berbagi gelas didepan Ara. Ara yang melihat itu tersenyum jahil kepada Zac.
"Aku serius. Kemarin Mom yang cerita. Kakak ingat kan Rita Wijaya? Anak dari pengusaha Wijaya group? Nah, dia katanya bakal jadi calon kakak." Terang Ara lagi. Padahal ia bohong.
Anna duduk dengan gelisah ditempatnya. Ia hanya menunduk tak berani menatap Maxi yang ia tahu sedang menatapnya.
"Hentikan Ara. Jangan bahas masalah itu disini." Ucap Maxi dingin pada Ara yang tak membuat Ara takut dan mundur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pervert POSSESIVE Sexy ICE KING
RomanceDia Sexy dimata semua wanita... Dia tampan walau tanpa senyuman.. Dia selalu kejam tapi menggairahkan.. Tapi...apa dia normal?? Dia yang selalu tampak dingin sekarang berubah lembut dan hangat padaku. Dia yang ditakuti banyak orang sekarang selalu m...