Albert Nicholas dengan angkuhnya menghisap cerutu nya duduk membelakangi anak buahnya yang tertunduk patuh.
"Bagaimana ada tanggapan dari pihak sana? Apakah mereka setuju?" Tanya Nicholas masih dengan posisi yang sama.
"Sepertinya mereka menolak bos, padahal kita sudah menawarkan harga yang sangat pantas, di tambah lagi dengan pulau pengganti yang sudah kita persiapkan, seharusnya itu lebih dari cukup"
"Apa? Jadi negosiasi yang kalian lakukan gagal? Nicholas memutar kursinya menggebrak meja menandakan bahwa dia sedang dalam amarahnya?
"Kalau dengan cara baik-baik gak bisa terpaksa, dengan cara ini, ucap Nikholas masih di kursinya dengan angkuhnya itu memegang sebuah foto perempuan cantik, dengan senyum liciknya. Nicholas sudah memikirkan hal ini, Ali tidak akan dengan mudah menuruti keinginannya. Dan dia sudah punya cara yang akan Nicholas gunakan agar Ali mau mengikuti kemauannya.
"Kak"
Nicholas mengarahkan pandangannya pada seseorang laki-laki yang baru datang. Wajahnya yang semula dingin dan penuh dengan rasa marah berubah tersenyum hangat, sangat berbeda dengan sebelumnya
"Kalian boleh pergi, nanti saya beri tahu lagi selanjutnya"
Dan mereka semua mengangguk patuh meninggalkan dua orang kakak beradik di Ruangan tersebut.
"Farrel adik kesayangan abang, adik kebanggaan abang, bagaimana hadiah ulang tahun kamu?" Nicholas memeluk adiknya. Wajahnya sangat mirip dengan Nicholas yang membedakan mereka selain umur, juga sifat masing-masin yang sangat jauh berbeda. Nicholas yang cenderung dingin dan arogan serta sikap diktator khas seorang pemimpin. Berbeda jauh dengan Farel. Laki-laki sopan, hamble lebih hangat serta selalu memasang wajah senyum penuh pesona.
"Luar biasa banget, gue gak menyangka Abang bisa kasih hadiah itu sama gue"
"Maafkan abangmu ini tidak ikut kamu untuk mencoba pesawat baru itu, soalnya kerjaan abang banyak disini"
"Iya gak apa-apa lah bang, tapi gak enak sendirian, tapi kenapa lo kasih gue pesawat bang? Gue gak butuh"
Nicholas tertawa adiknya itu memang selalu seperti itu, tak pernah mau bila mendapatkan hadiah darinya.
"Farel lo itu Adik abang satu-satunya jadi sudah sepantasnya kamu mendapatkan sesuatu dari Abang, apalagi sebentar lagi kamu akan jadi pilot"
Farel memang memutuskan untuk masuk Sekolah pilot, dia tidak tertarik untuk berada di jalur bisnis seperti kakaknya. Awalnya Nicholas sempat melarang Farel menjadi pilot tetapi farel berjanji setelah dia menjadi pilot dia akan belajar bisnis dan membantu Nicholas.
Farel tersenyum dia beruntung punya kakak seperti Nicholas "Abang sudah jadi kakak yang luar biasa buat gue bang, jadi gue gak mengharapkan apapun, gak perlu lo Sampai beli pesawat mahal itu buat gue"
Nicholas mengangguk bangga terhadap Adiknya keluarga satu-satunya setelah orang tuanya meninggal dalam kecelakaan saat umur Nicholas 20 tahun. Dan detik itu hanya Farel yang Nicholas punya keluarga satu-satunya.
"Rel, lo kan minta buat sekolah pilot, dan Abang dengar kamu cukup membuat Aban bangga karena prestasi kamu, jadi ulang tahun kamu 23 Abang kasih kamu pesawat"
"Bang gue aja belum resmi jadi pilot, mana boleh gue jadi supir pesawat"
Mereka tertawa bersama-sama selama ini di balik sikap diktator Nicholas hanya dengan adiknya dia bisa menjadi seorang manusia biasa, tertawa, sedih dan juga kesal.
"Kan gak harus lo yang nyetir kamu nikmati aja bisa kan? Gitu jadi susah banget"
"Bang lo masih sibuk gak? Kalau enggak yuk pulang pasti yang di rumah sudah menunggu kita bang" ajak Farel.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Queen Bee
Fiksi Penggemarcerita mainstrem (mungkin) tentang laki-laki tampan dan wanita cantik yang saling jatuh cinta. privat!!!!! silahkan follow dulu sebelum baca! #5 - Aliandosyarief 21/08/2018