Part 10

709 46 6
                                        

Suasana makan pagi begitu canggung, padahal hanya ada aku, kak Alvin dan Mama. Papa sudah pergi bekerja untuk mencari nafkah.

“Kamu mulai pindah kapan Vin?” Mama bertanya kepada Suamiku.

“Em secepatnya Mah, besok juga bisa ,sekarang pun tak masalah.”
Katanya, aku yang tak mengerti pun lantas bertanya.  “Pindah kemana ya Ma?.”

“Kerumah baru kalian dong sayang?.”
Kata Mama dan semakin membuat ku ingin bertanya. “Loh kapan kak Alvin membeli rumah Mah?.”

“Sebelum kalian bertemu, Alvin sudah menyiapkan rumah masa depan nya bersama istri nya kelak. Dan sekarang adalah saat nya rumah tersebut kalian tempati. “ Mama tersenyum kepadaku, dan aku hanya terdiam.  Teringat sesuatu.

“Kenapa sayang,?kamu gak setuju ya?” Mama bertanya padaku.

“Bukan Mah,aku hanya teringat kepada Ayah , dulu sebelum menikah Ayah berkata jangan pernah tinggalkan Ayah, dan disaat itu pula aku menenangkan Ayah dengan berkata bahwa aku tidak akan meninggalkan Ayah walaupun sudah menikah aku akan tetap bersama Ayah.” Aku menunduk sedih. Jujur aku bingung.

“Yasudah kamu bicarakan saja pada Ayah mu sayang, jika beliau tidak ingin kamu pindah  kalian tinggal dirumah Ayah mu saja.” Mama memberikan aku solusi. Aku pun merasa sedikit tenang.

“Oke Mah, kalau hari ini aku kerumah Ayah boleh kan Mah?”

“Tentu lah sayang. Itu adalah hak kamu ”

“Kakak mau nganter aku kan?” Aku mengarah kepada suamiku.

“Tentu sayang.” Kak Alvin mengerlingkan matanya nakal kearah Aku jadi gak enak sama Mama deh.

***

Setelah sarapan, Aku merapihkan tempat tidur yang berantakan dan mengambil sprei lalu membawa nya kekamar mandi,

Kulihat ada bercak berwarna merah, dan aku pun tersenyum.

***

Aku melihat begitu sepi nya rumah Ayah, apakah Ayah tidak ada dirumah?.

Aku dan kak Alvin memasuki rumah dengan santai, ku lihat Ayah sedang menyeruput kopi dengan kepulan asap dari kopi tersebut.

“Ayah apa kabar?” Aku mencium dan memeluk Ayah dari belakang
Dan kak Alvin pun mencium lengan Ayah dengan penuh hormat.

“Ya ampun kok pengantin baru malah kerumah Ayah sih? seharusnya kalian ini bersuka ria dong bahkan honey moon.”  Ayah memandang ke arah ku dan kak Alvin secara bergantian.

“Begini Yah, kak Alvin mengajak ku untuk pindah kerumah baru.” Kataku menunduk.

“Loh memangnya kenapa?malah bagus dong kalo gitu,” Ayah tersenyum.

“Ih Ayah, kan dulu Ify udah janji sama Ayah walau pun Ify sudah menikah Ify gak akan ninggalin Ayah.”Aku kesal masa Ayah lupa sih. Aku jadi malu sama kak Alvin Yang sedari tadi  menatap ku.

“Aduh anaku tercinta masa gak ngerti sama kata-kata Ayah sih, maksud jangan ninggalin Ayah itu jangan sampai kamu ibaratnya pergi benar- benar pergi dari Ayah seperti kamu tidak menganggap Ayah sebagai Ayah kamu.” Ayah menjelas kan berulang- ulang.

“Em berarti aku salah dong Yah, tapi Ayah sendiri an dong?siapa yang akan membuat kan kopi untuk Ayah?membuat sarapan pagi untuk Ayah.”
Nada suaraku terdengar berat Dan parau namun kak Alvin mengelus punggung ku pelan seolah menguatkan aku.

“Kalo masalah itu tenang saja putri Ayah tercinta, kan hari biasa Ayah bekerja nah minggu nya kamu main ke sini.” Ayah memberikan solusi.

“Oke deh Yah, kalo Ayah tidak keberatan terimakasih ya Yah, Ayah adalah Ayah terbaik untukku.” Aku memeluk Ayah sangat erat.

“Nak Alvin, kapan pindah rumah?” Ayah bertanya kepada kak Alvin.

“Besok rencana nya Yah,doa kan saja semoga lancar ya Yah.” Kak Alvin meminta restu dari Ayah.

“Iya Ayah doakan semua urusan nya dilancarkan. Amin” Ayah berdoa, aku dan kak Alvin mengaminkan.

“Cuti berapa hari nak Alvin?” Ayah bertanya.

“Seminggu Yah” Kak Alvin pun menjawab nya dengan sopan.

“Oh seminggu, kurang dong. Gak ada rencana honey moon?” Ayah bertanya lagi.

“Gak ada Yah, soalnya kan aku direktur, pekerjaan takut numpuk juga” Kata kak Alvin sambil terkekeh garing.

“Oke deh, yasudah kalian berdua istirahat sana dikamar.” Kata Ayah sambil jari telunjuknya menunjuk ke kamar ku

***

Kamar yang serba warna biru ini,dan dipenuhi boneka-boneka yang imut dan lucu. Ku lihat mata kak Alvin terus melihat kamar ku menyusuri setiap sudut nya.

“Dikamar aku mah gak ada apa-apa kak, gak ada piala kayak kak Alvin hehe. Maaf ya kak gak bisa buat kakak bangga.” Aku merendah sejujurnya minder juga dibandingkan dengan kamar kak Alvin yang dipenuhi berbagai macam piala.

“Apa sih sayang, aku gak nyari piala
Ternyata kamu ngoleksi berbagai macam boneka ya?” Kak Alvin tersenyum melihat boneka yang berjejer rapih.

“Iya kak, abisnya lucu boneka nya, walau pun umur ku 23 tahun tapi aku masih suka sama boneka kak hehe.”
Aku malu sama kak Alvin masih ngoleksi boneka.

“Santai aja kali, ngoleksi boneka ini kan, bukan bom.“ Kak Alvin tertawa. Aku hanya terdiam apa yang lucu sih kak.

“Kak aku kekamar mandi dulu ya, kebelet nih.”

Aku menyentuh perut karena sakit dan berlari kekamar mandi dengan cepat.

“Hati-hati Fy pelan-pelan.” kak Alvin berteriak.

Setelah ku keluar dari kamar mandi ku lihat kak Alvin sedang menyentuh buku harian ku, astaga ada poto Rio aku lupa membuang nya.

“Fy ini foto siapa?.” Kak Alvin mengangkat poto Rio.

Aku mendekat ke arah kak Alvin lalu duduk di tepi ranjang.

“Itu kak poto mantan pas di Sma, lupa ku buang.” Aku mengambil poto Rio dari genggaman kak Alvin kemudian memandang nya.

“Yaudah lah kakak mau keluar sebentar.” Kak Alvin berlalu meninggalkan aku. Dengan ekspresi wajah yang tak terartikan.

Setelah pamit pulang kepada Ayah kami berdua menaiki mobil.

Didalam mobil arah ke rumah Mama dan Papa.
Jelas sangat lah canggung di antara kami tidak ada komunikasi sedikit pun, kak Alvin kenapa?.

“Kakak”

Aku memanggil kak Alvin namun kak Alvin tidak menjawab.

“Kak Alvin.” Dan masih tidak ada jawaban.

Aku yang paling tidak bisa di diamkan pun menangis, aku menangis tanpa suara,

Ketika sampai dirumah, kak Alvin masih terus saja mendiamkan aku, Mama yang melihat sikap kak Alvin pun bertanya pada ku.

"Ada apa sama Alvin?sayang.”
Tanya Mama padaku sambil menunjuk alvin yang sedang menaiki anak tangga.

“Itu mah, tadi pas di rumah Ayah, kak Alvin melihat buku diary dan poto mantan ku pas Sma. Lalu tiba-tiba kak alvin mendiamkan dan jutek sama aku Ma, aku bingung Ma.”

Aku menceritakan yang terjadi pada Mama sebab aku bingung bagaimana menghadapi sikap Ka Alvin.

“Alvin memang pencemburu, dia memang terlihat dewasa namun sifat cemburu nya mengalahkan kedewasaan yang ia miliki Fy. Ini baru masalah kecil di rumah tangga kalian nanti akan ada masalah yang jauh lebih berat dari ini jadi kamu dan Alvin harus saling mengerti dan memahami.” Mama memeluk ku dan mengelus puncak kepala ku.

Bersambung.

***

Siapa dia? Kenapa kamu masih menyimpan poto dia? Apa dia terlalu berharga? Ah aku tau aku tidak ada apa apa nya dibandingkan dia.

-Alvin.

Jangan marah, Dia hanya sebagian kecil dari sekian banyak masalalu ku. Dan ketahuilah kamulah yang terpenting bagiku. Sekarang dan untuk selama nya.

-Alyssa

***

Kamulah TakdirKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang