Part 11

645 43 3
                                    

Kak Alvin hanya bermain handphone saja, aku berusaha bertanya namun tidak di respon.
Aku pun tidur membelakangi kak Alvin. Sungguh aku tidak kuat di diamkan apa lagi didiamkan oleh suami ku sendiri.

Pukul 21.00.

Aku masih belum bisa tidur, aku terus kepikiran bagaimana caranya agar kak Alvin tidak marah lagi dengan ku, namun tiba-tiba lengan kokoh memeluk ku dari belakang,

“Aku tau kamu belum tidur kan honey.”

Kak Alvin mengusap puncak kepala ku dengan lembut. Aku hanya diam.

“Aku tidak marah sama kamu honey, kamu jangan khawatir. Mana bisa aku marah sama bidadari surgaku kelak.”

Kak Alvin mencium keningku lembut.
Aku langsung membalikan tubuh ku.

“Aku takut kamu membenci ku, maafkan aku masalah foto tadi. Foto itu sudah ku buang ketika ekspresi mu tidak mengenakan.” Aku berkata sejujurnya dan menatap mata indah itu.

“Tidak akan pernah aku membenci mu, kamu Istriku.”

Kak Alvin memelukku semakin erat.

“Sudah lah sudah malam, ayo tidur kan besok kita pindah rumah.”

Kak Alvin berkata dengan sangat lembut membuat aku nyaman dengan nya.

“Iya kak bobo yuk.” Aku mengiyakan.

“Selamat malam Istriku sayang, mimpi indah honey”  Kak Alvin mencium kening ku lama lalu mengecup kedua mata ku.

***
Pukul 07.00

Setelah sarapan pagi kami sekeluarga sibuk mengurus kepindahan ku dan kak Alvin bahkan Ayah menyuruh orang kepercayaan nya untuk menghandle kerjaan kantor hanya untuk membantu atau menghadiri acara pindahan rumah.

--------

Kawasan elit perumahan hijau
Tak disangka kami sekeluarga telah berada di rumah baru yang sangat besar, dengan cat berwarna putih dan halaman yang hijau dan terdapat kolam renang disamping kebun. Pagar nya menjulang tinggi bercorak batu batu kecil yang terlihat rumit.

“Rumah nya besar banget ya?aku iseng kalo di tinggal kerja sama kak Alvin.”

Aku mengatakan itu ketika kami sedang berkumpul diruang tengah kami semua sedang beristirahat karena tadi sudah membereskan barang-barang dan mendekorasi letak letak nya.

“Ya maka dari itu cepat berikan kami cucu ya sayang, Mama yakin kamu tidak akan kesepian lagi.”

Kata Mama dan diikuti sorakan setuju dari Papah dan Ayah. Sedangkan aku hanya diam.

“Kalian kalau ada masalah ,jangan saling egois ya.” Kata Ayah.

Aku dan kakak Alvin hanya tersenyum mengangguk saja.

“Kamu butuh pembantu rumah tangga gak Fy?” Papah bertanya pada ku.

“Enggak butuh Pah, yang aku butuh in temen aja abis aku orang nya isengan” Aku berkata jujur.

“Yasudah Vin, Bi Ijah suruh tinggal di sini saja ya, Biar Mama sama Papa nyari yang baru.
Soalnya Ify sama Bi Ijah udah kenal seenggak nya gak canggung lagi kalo buat teman ngobrol."

Papa memberikan ide dan ku lihat Kak Alvin mengangguk.

“Oke Pah,” Kak Alvin menjawab.

Akhirnya Ayah ,Papah, dan Mama pamit untuk pulang. ini hanya ada aku  dan kak Alvin.

Aku dan kak Alvin pun menaik satu persatu anak tangga karena kamar kami ada di lantai atas, rasa nya sangat canggung sekali karena biasa nya di rumah Ayah ramai ada pembantu rumah tangga yang banyak sehingga aku tidak merasa sepi seperti ini. Aku belum terlalu biasa.

beruntung nya tadi Papah akan menyuruh Bi Ijah tinggal di sini.
Sesampai nya di kamar kak Alvin langsung membuka laptop nya, aku pun mulai membuka handphone .

“Fy,kamu gak tidur?” Kak Alvin memecah keheningan diantara kami.

“Belum mau kak, kakak sendiri kapan tidur?” Aku menjawabnya.

“Lohh, sudah jam setengah sembilan sayang, kalo aku masih lama soalnya kerjaan masih banyak nih.” Kak Alvin menolehkan kepala nya pada ku.

“Iya kak tapi nanti saja, kakak kebiasaan deh ,kerja sih kerja tapi kan kakak juga butuh istirahat. Jadi aku mau nunggu kakak selesai kan kerjaan.” Aku mulai mengeluarkan bentuk perhatian ku.

“Hem iya deh khusus malam ini aja ya Ify ku sayang soalnya kakak kurang tau buat malam selanjutnya.” Kak Alvin terlihat senyum ke arah ku dan mematikan laptop nya tersebut.

***
6 bulan kemudian.

Tidak kusangka akan terasa secepat ini ,rumah tangga ku dengan kak Alvin sudah jalan 6 bulan dan selama itu pula aku sangat bahagia sebab aku sangat merasa nyaman berada dekat dengan kak Alvin.

Aku juga tidak merasa kesepian lagi sebab Bi Ijah sudah tinggal di rumah ku dan kak Alvin pun mempunyai sopir pribadi bernama Pak Parjo dan tukang kebun bernama Riyanto dan tidak hanya Bi Ijah ,Ayah juga mencarikan PRT untuk ku dan kak Alvin yaitu Dini. Dini itu masih muda berumur 19an namun karena tidak ada biaya untuk kuliah ia memutuskan untuk bekerja menjadi pembantu rumah tangga.

Bukan hanya itu yang membuat hatiku senang , ada sesuatu yang membuat ku merasa sempurna yaitu Aku sedang mengandung darah daging ku dengan kak Alvin. Yang baru berumur  4 bulan . aku sangat bahagia. Sangat-sangat bahagia.

Hari ini adalah hari minggu, kak Alvin masih tertidur. Aku pun membangunkan nya.

“Kak, bangun sudah pagi. Kita sarapan yuk.”

“Emmmmm.” Ku lihat kak Alvin membuka sedikit mata nya lalu tidur lagi.

“Em suami ku ini nakal ya.”Aku pun mencubit perut kak Alvin pelan. Ku lihat ia meringis.

“Iya Istri ku, aku bangun.” Kulihat matanya baru terlihat Lima Watt saja.

“Nah begitu dong sayang. Itu baru suami nya Ify" Aku pun mengecup kedua mata Suami ku.

“Emm ternyata Istriku sekarang sudah berani ya.” Matanya memandangku dengan seringai nakal.

Aku yang melihat ekspresi kak Alvin seperti itu pun langsung berjalan hendak keluar.

“Cuci muka dulu sana, habis itu langsung ke ruang makan ya sayang.” Kata ku.

“Ia Nyonya.”

***

Aku sudah duduk di kursi makan, dan kulihat kak Alvin menuruni anak tangga dengan memakai kaos biasa dan terlihat lah otot tangan dan dada yang bidang jadi terpampang jelas. Suami ku yang sexy. Aku tersenyum.

“Kak ayo duduk,” Aku mempersilahkan kak Alvin untuk duduk.

“Iya honey” Kak Alvin tersenyum.
Kami berdua pun sarapan pagi dengan khidmat dan penuh rasa syukur.

Selesai sarapan. Kami berdua berbincang. “Honey kamu harus jaga kesehatan ya. Inget kamu sedang mengandung.” Ka Alvin mengelus perut ku dengan lembut. Aku hanya mengangguk.

“Yasudah kalau begitu aku berenang dulu ya, Hey calon Papahmu ini mau  berenang dulu. Kamu jangan nakal ya kasian Mamah” Kak Alvin mengelus perut ku lalu mencium nya.

“Iya papah aku gak bakal nakal ko. Aku kan sayang Mamah.” Aku menirukan suara anak kecil.
Setelah itu ku lihat kak Alvin berenang dengan linghai nya. Aku hanya tersenyum kecil ketika ia memberikan kiss by di dalam kolam. Ada-ada saja.

***

Aku bersyukur mendapatkan suami yang perhatian dan penyabar sepertimu, kalau saja lelaki lain yang berhadapan dengan ku. Mungkin, mereka akan mundur.

-Alyssa

***

Kamulah TakdirKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang