Semua terasa hampa setelah kepergian Ayah, tidak ada lagi tempat untukku bermanja-manja. Oh Ayah betapa besar pengaruhmu dalam kehidupanku.
Semenjak kepergian Ayah pula aku selalu berada dirumah, malas untuk keluar, bahkan Kak Alvin lah yang pergi belanja karena aku tidak mau.
Tiba-tiba aku dihubungi oleh pengacara Ayah katanya Ayah membuat surat wasiat untukku, dan aku disuruh menemui nya esok dikediaman Ayah.
Sejujurnya, kak Alvin pun menjadi berubah sikapnya, terasa lebih manis mungkin.
"Sayang, kakak kerja dulu ya, kamu baik-baik dirumah." Kak Alvin mengecup keningku.
"Kak, biar aku buat kan nasi goreng dulu ya." Aku panik seketika.
"Gak usah sayang, kamu istirahat aja ya."
"Gak, aku buatin kamu sandwich aja." Segera aku turun dari ranjang dan menuju dapur untuk membuat kan sandwich.
Setelah itu akupun berkata bahwa esok hari aku dan kak Alvin disuruh kerumah Alm.Ayah, disuruh oleh pengacara beliau.
***
Keesokan harinya, aku dan kak Alvin menemui pengacara.
"Selamat sore, dengan Ibu Alyssa?"
"Iya Pak, saya Alyssa."
"Begini Bu, Alm telah membuat surat wasiatnya, Rumah ini diserahkan kepada Ibu, dan perusahaan Alm telah diganti atas nama Bapak Alvin."
"Oiya, Pak."
"Ini ada surat dari Alm, silahkan dibaca dengan baik Bu."
Aku menoleh sekilas ke arah kak Alvin, dengan wajah yang meyakinkan, kak Alvin berkata "Buka."
"Assalamualaikum anak manja kesayangan Ayah, bagaimana kabar kamu nak? Semoga kamu selalu berada dalam lindungan Allah Swt.
Ketika kamu membaca surat ini, berarti Ayah sudah tiada. Dan kuharap kamu dapat berlapang dada ya nak, agar Ayah tenang di alam sana. Nak jadilah Istri yang patuh terhadap Suami serta jadilah Ibu yang baik bagi anak-anakmu ya. Maafkan Ayah nak, peninggalan Ayah hanya berupa rumah dan perusahaan saja. Kamu pasti herankan? Baiklah Ayah akan memberitahumu sekarang. Ify anakku, Ayah mengidap penyakit yang cukup parah, Ayah juga tidak tau kapan Ayah mengidapnya, namun ketika jantung Ayah terasa sakit disitulah Ayah memeriksakannya. Maaf kan Ayah yang tidak pernah jujur kepadamu. Uang habis untuk pengobatan ,lalu bisnis Ayah yang lainnya juga bangkrut Nak, karena ada masalah, ini saja maaf kan Ayah yang tidak bisa menjadi Ayah yang baik untukmu.
Salam, Ayahmu."Disitulah aku langsung menangis sejadi-jadinya aku sangat sedih sekali, aku merasa menjadi anak yang tidak berguna. Di saat Ayah sakit, aku tidak ada disisinya. Hingga Ayah tiada.
Bahkan aku belum sempat merawat Ayah selama dalam kondisinya yang sakit.
Aku menyayangimu Ayah.
Kak Alvin langsung merengkuh tubuh ku, aku menangis dipelukannya.
***
Hanya kak Alvin yang aku miliki di dunia ini, Suamiku. Ayah yang selama ini menemaniku dan menjagaku sudah tiada.
"Kak jangan tinggalkan aku kak." Isakku tidak kuasa kutahan. Saat ini, kak Alvin sudah pergi bekerja aku hanya menangis seorang diri didalam kamar.
"Hanya kamulah penopang hidupku sekarang kak."
"Aku takut sendirian, aku takut kak Alvin juga pergì."
Aku teringat kepada yang maha bijaksana, yang maha melihat, aku langsung mengambil air whudu. Lalu berdoa setelahnya.
Aku sholat duha dan berdoa agar keluarga ini diberikan kemudahan dalam mencari rejeki. Aku terdiam, daripada bosan seperti ini, lebih baik aku pergi kerumah Via.
Namun sebelum pergi, aku meminta izin terlebih dahulu pada kak Alvin sebab jika belum dapat izin darinya tidak mungkin aku pergi, karena Rhido Allah terletak pada Rhido Suami terhadap Istrinya.
Setelah kak Alvin mengizinkan barulah aku bersiap-siap untuk pergi kerumah Via.Aku pun mengendarai mobil seorang diri, karena menurutku lebih baik sendiri.
Aku sadar daripada aku terus mengurung diri dirumah, yang ada aku ini malah semakin stres menghadapi masalah yang terjadi.
Akhirnya aku sampai didepan rumah Via, pasti dia lagi mengurus sikembar, ah aku sudah sangat rindu pada sikembar.
Setelah mengucapkan salam akhirnya pintu utama terbuka dan memperlihatkan Via yang sedang menggunakan daster.
"Eh Mahmud pake daster, makin kece aja." Ucapku, sambil menjawil hidung Aqilla dengan gemas.
"Bisa aja kamu Fy." Sivia terkekeh mendengar ucapanku, lalu ia menyuruh ku untuk masuk karena Asyifa sendiri dikamar.
Ya ampun, ceroboh sekali Via ini masa bayinya ditinggal dikamar kan takut ada hal yang tidak diinginkan terjadi pada Asyifa.
Lalu kami pun berjalan keatas, menuju kamar utama Via. Ku yakin kak Iel sedang bekerja.
Sesampai dikamar kulihat Asyifa tengah tertidur dengan pulas.
"Tumbenan kesini?" Tanya Via sambil menidurkan Aqilla disamping Asyifa, sedangkan posisiku duduk ditepian ranjang.
"Bosen didalam rumah mulu Vi, masa mesti kayak gitu terus kan gak mungkin."
"Benar sekali, akhirnya sahabatku ini sadar juga, toh musibah itu pasti ada Fy cuman kitanya aja yang kurang sabar ngadepinnya."
"Iya, aku sempet putus asa Vi karena kan kamu tau sendiri, gimana deketnya aku sama Ayah, sampe sampe dulu aku gak bolehin Ayah pergi ke luar negeri padahal itu ada urusan kerja." Kataku sambil menerawang kejadian tersebut.
"Iya inget, waktu itu kejadiaannya pas lagi ujian kan, kamu ampe pura-pura sakit segala biar Om gak jadi pergi."
"Betul, Kamu inget aja sih Vi?" Ah kurasa Via selalu mengingat hal seperti itu. Ingatannya bagus juga.
"Iyalah, gak bisa lupa juga sih. Tapi, wajar lah Fy kan waktu itu kamu juga masih labil, maklumlah anak berseragam putih abu-abu."
"Ah bisa aja nih Mahmud, kalo inget kejadian dulu mah ya, bikin greget yahuy gitu wkwkw."
"Iya ya kapan-kapan kumpul lagi yuk nanti sama Agni kita bahas masa-masa putih abu-abu."
"Buat apa di bahas sih Fy." Tanya Via padaku.
"Yakan kalo ngebahas zaman-zaman dulu mah berasa sesuatu banget." Ucapku, rasanya sudah tidak sabar untuk membahas hal seperti itu.
"Yaudah kapan-kapan kita ajak Agni."
Tbc
***
Cuma kamu sahabat yang ngertiin aku, kamu adalah sahabat yang selalu ada buat aku.
Disaat yang lain sibuk mencerca aku dari belakang, kamu beda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamulah TakdirKu
De Todo[CERITA LENGKAP] [Jangan lupa follow me] Hubungan yang bertahan lama itu bukan menjadi jaminan kebahagiaan. Begitupun dengan hubungan Alyssa dan Rio. Mereka berpacaran cukup lama namun perlahan sikap Rio berubah. Alyssa merindukan Rio yang dul...