Dear dirimu...
Ku pikir, aku tak akan menulis cerita ini. Namun, aku terlanjur putus asa karna cinta yang tak pernah ku mulai tapi ingin ku akhiri.
Tentang dirimu yang sederhana dan aku yang terlalu takut untuk menyayangimu.
Aku masih berdiri di tempat yang sama tanpa berpindah seinci pun. Aku menunggu suatu hari kamu benar-benar bisa melihatku.
Ada ratusan bahkan ribuan buku yang pernah ku baca. Tapi kamu adalah buku yang selamanya tak pernah terbaca olehku. Klise memang, cerita seorang gadis yang mencintai dalam diam (itulah aku).
Tapi, aku tak mempunyainya jika dirimu selalu datang seperti angin lembut di musim dingin_mengusik hatiku yang gundah, lalu menari bersama rintik hujan.
Aku suka warna putih, merah muda lagi biru langit. Aku suka hari yang cerah dengan awan putih di angkasa agar dirimu bisa melihatku.
Aku tak ingin menghilang seperti buih. Jika Tuhan mengijinkan, aku ingin mengukir jejakku di hatimu yang tak akan pernah terhapus layaknya kupu-kupu yang pergi setelah mendapat madu.
Aku ingin habiskan waktu bersamamu, sebelum aku menghilang seperti seberkas cahaya.
Aku adalah bunga cantik yang tumbuh diantara padang ilalang dan dirimu adalah kumbang pengecut yang bisa melihatku tanpa pernah berada di kelopakku.
Ketika senja datang, aku selalu ketakutan. Takut kalau-kalau detik memisahkanku dari dirimu dan menit membuatmu tidak terlihat dalam pekat malam.
Tapi, kau masih bisa menghirup aroma semerbakku yang menyeruak oleh hembusan angin di musim kemarau.
Ada banyak kata yang ku rangkai indah. Tapi, tak pernah sampai kepada dirimu. Bahkan bisikan rayuan dari deburan ombak pantaipun tak akan bisa mengubah perasaanmu padaku. Atau, haruskah aku menghilang saja dari bayangan semumu?
Aku terlalu takut menyayangimu. Tapi, ingin menggambar takdir agar kita bersama. Hari dimana, nasib drama cintaku akan berakhir pada dirimu. Atau, aku harus mundur dan menyerah?
Rasanya dirimu sangat jauh, hingga rasanya mustahil untuk ku gapai. Aku hanya bisa mendamba dalam doa.
Aku ingin bertemu denganmu dihari cerah dengan secangkir allure ditanganku dan espresso pesanmu diatas meja.
Kita mengobrol disebuah kedai di pinggir jalan dekat pemandangan desa.
Aku ingin bertemu dengan dirimu secepatnya dan mengatakan hal yang ingin ku katakan tanpa ada bisik kebohongan.
Tentang dirimu yang sederhana dan aku yang takut untuk menemui dirimu. Aku berharap kita bisa bertemu dihari yang tepat, yang telah Tuhan rencanakan.
Dirimu tau, aku mencintaimu sampai si bisu berbicara kepada si tuli bahwa si buta dapat melihat!
Dan lamunanku seketika buyar. Penaku yang asyik menari diatas kertas penuh dengan ceritra kita mulai menghentikan tulisan ini. (Ku teguk secangkir teh yang kau pesan sedari tadi dan sudah menjadi dingin).
Medan, 22 Januari 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja (Diangkat Dari Kisah Nyata)
Teen FictionTepatnya 1 tahun 8 bulan sudah akan tiba. Dimana masa-masa yang sangat sulit, hari demi hari beriringan dengan sunggingan senyum manis dihampiri dengan perasaan yang masih membekas_memar. Aku perlu tau, seakan menjadi topik pembicaraan kita tempo ha...