Tulisan ini kembali terhenti ketika senyummu membelenggu ujung penaku. Puisi-puisi itu akhirnya membisu dan hanya menyisakan barisan kata tanpa makna.
Bisakah sebentar saja kau pergi dari lembar-lembar buku sialan itu? Biarkan aku menyelesaikan kegundahan itu sebentar dalam rindu.
Aku tiba-tiba menjadi pengecut yang tolol, dihadapanmu. Aku bukan tidak bisa mengungkapkannya.
Tapi, bagian yang paling buruk dari semua itu adalah ketika aku terpaksa berpura-pura bodoh hanya untuk melihatmu tertawa.
Celakanya, semua kekonyolan itu malah membuatku tenggelam dalam kegilaan.
Duhai pekat si cangkir biru. Ada sabda yang tak ditemu, ada aroma diam beradu. Adalah titik dalam akhir ceritra. Angin bergeming dalam harap. Tiupkan teduh pada ucap suatu tempat.
Lambat menelan tatap, telambat wajah dalam kepul asap. Kian rupawan, kini aku tak berhak. Pergi dalam niat, ada sajak dalam cangkir yang tak kau sesap.
Medan, 23 Januari 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja (Diangkat Dari Kisah Nyata)
Teen FictionTepatnya 1 tahun 8 bulan sudah akan tiba. Dimana masa-masa yang sangat sulit, hari demi hari beriringan dengan sunggingan senyum manis dihampiri dengan perasaan yang masih membekas_memar. Aku perlu tau, seakan menjadi topik pembicaraan kita tempo ha...