Pudar, luka kau toreh tak sadar, tinggal aku rapuh oleh pendar. Diam-diam ada bimbang dalam hambar, kau sebut itu hindar.
Bunga mekar di sebatas mata kaki. Kembali lagi meski hilangnya tak ada yang perduli. Kepada angin, kelopaknya jatuh diminta. Barulah diam karna murkanya di ambang muka. Dikunyahnya dahan-dahan, tak hirauk jawaban orang-orang.
Malam bersahabat pada siapa yang jatuh cinta, bergulir dalam angka yang mati oleh daya, menyibak kelopak mata tak sampai temunya.
Ada yang bilang, rindu bukan perkara siapa yang membilang, bukan tentang bulan yang hadirnya digemari bintang, tidak juga sajak yang berhenti waktu petang.
Tanyanya, cinta milik siapa yang bersahabat dengan malam. Kelopak mata siapa yang terjaga sepanjang remang, juga rindu milik siapa yang datang lalu lenyap dalam pandang.
Kau lupa?
Aku tidak tau hujan seperti apa yang kau sebut sebagai penyejuk hari-harimu. Aku tidak pernah berani bertanya, kabut seperti apa yang kau sebut pernah menyentuh sewaktu aku tidak ada disisimu.
Seringkali aku tak dapat apa-apa saat menanyai diriku sendiri. Yang aku tau hanyalah satu, orang macam apakah yang sedang ku puja saat ini?
Medan, 15 Februari 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja (Diangkat Dari Kisah Nyata)
Teen FictionTepatnya 1 tahun 8 bulan sudah akan tiba. Dimana masa-masa yang sangat sulit, hari demi hari beriringan dengan sunggingan senyum manis dihampiri dengan perasaan yang masih membekas_memar. Aku perlu tau, seakan menjadi topik pembicaraan kita tempo ha...