:: Part 27 ::

7.8K 530 1
                                    

Chapter 28

A/n

Kalo misalkan latar waktu part selanjutnya nggak ada kaitannya sama part sebelumnya, itu berarti gue loncat ya waktunya. Bisa berhari-hari, berminggu-minggu, atau bahkan bulan-bulan selanjutnya. Tapi nggak akan jauh jauh banget kok.

Sekian cuap-cuapnya. Happy Reading~~~

"Mengapa, mengapa, mengapa setiap malam aku terus menatap ke langit-langit?
Aku sangat kacau karenamu!" – Day6, I'm Serious, Indonesian Translation.

○ ○ ○

Yoo Mi's Pov

"Nuna! Ponselmu bunyi, tuh!" Teriak Goo Eun dari arah ruang tengah– sepertinya.

"Eoh, jamkkan," Aku melepas sarung tangan  sehabis mencuci peralatan makan karena kami–hanya aku dan Goo Eun karena Paman dan Bibi sedang ada urusan masing-masing– baru saja menyelesaikan makan siang.

Setelah mengelap tangan basahku dengan lap kering aku segera berlari mengambil ponselku yang ada di bufet ruang tengah.

Bunyinya sudah mati, berarti si pemanggil sudah memutuskan panggilannya karena aku yang terlalu lama menjawab.

Awalnya kukira Chanyeol, omong-omong sudah 2 hari berturut-turut dia tidak menghubungiku, tapi ternyata Ibu– tertera di kunci layar ponselku.

Aku pun segera menelpon Ibu balik. Setelah beberapa saat hanya ada bunyi nada dering, akhirnya Ibu mengangkatnya.

"Halo, Eomma kenapa telpon?" Sapaku sambil memainkan kuku-kuku tanganku.

"Yoo Mi, Appa mu sakit," Ucap Ibu dengan nada lirih dari arah sana. Aku langsung berhenti memainkan kukuku dan fokus pada kata-kata Ibu barusan.

"Appa sakit? Parah nggak? Apa asmanya kambuh?" Tanyaku dengan bahasa Indonesia.Aku tidak bisa menahan nada khawatir dalam ucapanku.

Aku, sih, berharap cuma asmanya yang kambuh karena itu menandakan kalau tidak ada penyakit serius lainnya. Ya, semoga saja. 

"Asmanya kambuh, tapi ini lebih parah. Belum lagi lambungnya Appa kamu infeksi gara-gara telat makan terus." Suara Ibu terdengar serak menahan tangis. Aku jadi ingin ikut menangis. Tapi aku menahannya, aku harus kuat di depan Ibu karena aku tidak ingin membuatnya terbebani karena aku. 

Ayah sakit dan aku berada jauh darinya. Perasaan bersalah karena jarang mengubungi Ayah datang memenuhi pikiranku. Jarak yang memisahkan memang kejam.

Aku jadi ingin pulang ke Indonesia dan menebus semua rinduku pada Ayah dan Ibu.

"Aku jadi ingin pulang..." Kataku lirih. Dari ekor mataku, kulihat Goo Eun jalan ke arahku, tatapannya penuh tanya. Antara dia yang tidak tau aku bicara apa karena dalam bahasa Indonesia dengan apa yang terjadi kepadaku karena eskpresi wajahku yang penuh kekhawatiran.

Ia hanya diam di sampingku, tatapannya penasaran dan terlihat seperti berusaha untuk mengerti.

"Kamu emang harus pulang, sayang. Appa terus nyebut-nyebut nama kamu waktu tidur. Kamu bisa nggak kuliahnya cuti dulu 1 atau 2 minggu. Eomma bakalan pesenin kamu tiket kalo kamu mau,"

Lucky FansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang