Chapter 43
Tolong baca note ya... Sayang2nya Chanyeol :)
○ ○ ○
Chanyeol's Pov
Tepat pukul 9 malam aku tiba di dorm setelah makan malam singkat. Tepatnya aku yang mempersingkatnya.
Yong Soo keukeuh mengantarkanku hingga depan pintu dorm saat aku hanya ingin berpisah di lobby.
Daripada debat tidak berujung karena aku ingin wajahnya segera menghilang dari pandangan, aku mengiyakan saja.
"Sekali lagi aku berterimakasih karena sudah bersedia menemani berkunjung ke rumah abu Appa dan makan malam denganku." Lagi-lagi ia menunjukkan senyumannya.
Aku hanya mengangguk kecil sambil memasukkan tanganku ke dalam saku Hoodie.
"Aku janji ini yang terakhir aku bertemu denganmu. Sepertinya memang tidak ada lagi kesempatan untuk kita kembali seperti dulu lagi kan?" Matanya berkaca-kaca dan suaranya mulai tercekat.
Kumohon jangan menangis. Aku sangat tidak menyukai wanita menangis apalagi itu karena aku.
"Kau sangat mencintai Yoo Mi, ya? Kalau begitu ... Semoga kalian bahagia." Senyumnya–yang kuyakin dipaksakan– diiringi air mata yang turun menulusuri pipi tirusnya.
Ia mengusap air matanya sendiri dan menampilkan senyum tabah.
"Dulu Oppa yang mengusap air mata ini," Ia tersenyum getir mengingat-ingat masa lalu.
Aku hanya diam menatapnya tanpa minat. Mungkin terdengar kejam, tapi aku tidak punya waktu untuk mengingat-ingat masa lalu.
"Doakan aku menemukan kebahagiaanku sendiri, okay?" Lanjutnya.
"Everyone deserves happiness. Kau pasti akan menemukan orang yang lebih baik dari aku. Orang yang benar-benar mencintaimu apa adanya dan selalu ada untukmu." Kataku akhirnya dengan sedikit senyuman.
Kejadiannya sangat cepat. Yong Soo tiba-tiba mendekat ke arahku, dia membuka masker dan syal yang menutupi separuh wajahku lalu secara tiba-tiba Yong Sok mengecup bibirku kira-kira selama 5 detik.
5 detik adalah waktu yang singkat namun rasanya bercampur aduk dan siapa tahu dapat membuat hidupku rumit besoknya.
Kepalaku bertambah pening saat ia mengatakan,"Saranghae, Chanyeol-ah,"
Lalu ia pergi berlari meninggalkanku yang masih berusaha mengumpulkan kepingan kesadaran terhadap apa yang barusan terjadi.
Aku harusnya marah! Tapi nyatanya aku hanya diam membeku seperti orang bodoh.
"Arrrghh!" Aku menggeram dan mengacak-acak rambutku.
Semoga saja tidak ada orang atau paparazi yang melihatnya.
Setelah semua kesadaranku kembali, aku berbalik menghadap pintu dorm dan memencet tombol-tombol angka yang merupakan password.
Setelah berbunyi 'cklek' pintu terbuka dan aku pun masuk. Melepaskan sepatu sembarangan dan langsung membuka Hoodie tebal yang menutupi tubuhku sambil berjalan masuk melewati ruang tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky Fans
FanfictionSemua terasa seperti mimpi. Aku sempat berifikir seseorang tolong bangunkan aku dari mimpi yang indah ini, aku takut terlena. Tapi aku sadar kalau ini bukan mimpi. Aku tidak tau harus bersyukur atau malah sebaliknya. Tapi ini hal yang kuinginkan da...