Chapter 34
○ ○ ○
Chanyeol's Pov
Seperti yang aku katakan sebelumnya, bahwa tanpa disuruh pun aku akan terus menempel pada Yoo Mi.
Begitu turun dari mobil–dengan aku yang memaksa untuk diperbolehkan menyetir, mau dikata apa aku membiarkan cewek yang menyetir selama ada cowoknya kecuali urgent dan Yoo Mi yang duduk disampingku berperan menjadi GPS– membukakakan pintu untuknya dan langsung menggandeng tangannya erat.
Aku tau Yoo Mi sedari tadi menatapku aneh atau heran. Entahlah.
"Harus banget ya, kita gandengan terus?" Yoo Mi mengangkat tautan tangan kami ke udara bertanya. Aku mengangguk dan tersenyum, "Tentu. Aku rindu menggenggam tangan mungil ini hehehe..." Yoo Mi berdecak lalu memalingkan wajahnya untuk menutupi rona wajahnya. Tapi aku dapat melihatnya lewat dinding lift yang memang seperti cermin.
Aku terkekeh pelan. Aku mencolek pundaknya yang masih betah memalingkan wajahnya.
"Yoo Mi!" Ia menoleh. "Eoh?"
"Aku belum bilang, ya?" Kata-kataku penuh teka-teki. Ia menaikkan alisnya heran. "Bilang apa?"
"Bilang kalau kau cantik dan manis hari ini." Lagi-lagi aku berhasil membuat pipinya merona. Ia malah mencubit perutku salah tingkah. Membuatku mengaduh namun tak urung tertawa juga.
Aku tidak bohong, dia memang cantik, manis, dan berpenampilan sedikit terbuka hari ini.
Ia mengenakan hotpans berbahan jeans, crop tee warna hitam dengan bordiran mawar kecil di dada sebelah kirinya, rambut panjangnya dikepang ala Elsa tokoh di film frozen, dan make up natural seperti biasa. Jujur, baru kali ini aku melihatnya memakai pendek-pendek, mungkin karena cuaca Jakarta panas dan Seoul yang selalu terasa dingin.
Kuharap Seoul selalu panas. Kenapa aku jadi byuntae (mesum) begini ya (:
Lift berhenti menghentikan segala lamunanku.
Bau obat-obatan khas rumah sakit langsung merasuk hidung begitu keluar dari lift yang membawa aku dan Yoo Mi dari basement tempat kami parkir mobil menuju ke lantai 4 dimana kamar Ayah Yoo Mi di rawat berada.
Baru berjalan beberapa langkah–sekitar lima– Yoo Mi berhenti di depan sebuah pintu kaca besar yang berfungsi sebagai pembatas antara tempat/ruangan yang berada dibaliknya dan tempat yang kami pijaki. Karena Yoo Mi berhenti, aku juga ikut berhenti lalu Yoo Mi berjalan ke arah samping pintu kaca itu dan aku tetap diam disini, membuat tautan tangan kami terlepas.
Yah ... Kenapa dilepas, sih?
Aku melihat Yoo Mi mengobrak-abrik tasnya dan mengambil sesuatu–name tag warna hijau dengan kalung/tali berwarna sama– lalu ia menempelkan benda itu di mesin detektor yang membuat pintu kaca terbuka.
Oh ... Ternyata harus menggunakan kartu seperti itu.
Yoo Mi kembali berjalan kearahku, meraih tanganku, lalu menggandengnya. Ia tersenyum manis, "Kajja!"
Meskipun aku masih ingin bertanya lebih lanjut tentang fungsi kartu itu, aku membalas senyumnya dalam diam dan tidak bertanya.
Kami berdua berjalan di lorong rumah sakit yang di sisi kanan-kirinya terdapat kamar-kamar dengan nomor-nomor di depannya.
Aku menoleh dan agak menunduk–karena dia yang lebih pendek dariku, padahal dia sudah memakai sandal ber-hak– menatap Yoo Mi dan bertanya, "berapa nomor kamar Appa mu?"
"512"
Setelah mendengar jawabannya, aku mengamati nomor yang tertera di depan setiap kamar.
502 ... 505 ... 510 ... 512!
Yoo Mi membuka pintu kamar bernomor 512 itu dan mengajakku masuk juga. Tapi aku menyuruhnya duluan. Meski kulihat ia mengerutkan dahinya, ia tidak berkata apa-apa lalu masuk duluan meninggalkanku yang memegang gagang pintu.
Perasaanku deg-degan, gugup, takut, dan excited karena ingin bertemu orang tua Yoo Mi. Aku deg-degan dan gugup karena tidak pernah menemui orang tua dari kekasihku sebelumnya, pernah sih waktu aku masih SMP atau SMA, tapi sekarang feel nya beda, Aku takut karena sebelumnya Yoo Mi bilang kalau Ayahnya agak tidak menyukaiku lalu nanti aku dimaki-makinya dan lebih parah lagi kalau langsung disuruh putus dengan Yoo Mi andwae ... Andwae!, Dan aku excited karena bisa bertemu orang tuanya secara langsung agar lebih akrab dan kedepannya aku berharap akan lebih lancar dan mudah, kalian taulah apa yang kumaksud dengan lancar dan mudah.
Tangan kiriku yang masih setia menggenggam gagang pintu berkeringat dingin dan agak gemetar, aku menghembuskan nafas dalam-dalam mengisi paru-paruku dengan oksigen agar perasaanku sedikit lega sekaligus mengurangi rasa gugup.
Aku menggerak-gerakkan mulutku agar tidak kaku, merilekskan leherku, dan merenggangkan kedua tanganku.
Oke, aku siap!Tanganku mulai memutar gagang pintu membuat pintunya terbuka sedikit. Sedetik kemudian aku memberanikan diri membuka pintunya lebih lebar.
Semua orang menatapku saat aku sudah berada di dalam sepenuhnya. Aku berusaha menyunggingkan senyum terbaik meski rasanya otot-otot di bibirku keju(semacam kaku) berharap senyum yang tersungging tidak nampak seperti orang nahan pup.
Aku yakin kalau para member melihatnya pasti aku sudah diejek habis-habisan. Untungnya tidak ada.
"Oppa, Sini!" Yoo Mi melambai-lambaikan tangannya dan tersenyum padaku. Aku pun berjalan menghampirinya.
"Eomma ... Appa... Kenalkan ini Park Chanyeol pacar Yoo Mi," Kata Yoo Mi sambil memegang lenganku.
Aku merasakan keringat mengalir dipelipisku, padahal AC kamar ini sangat dingin. Mungkin karena efek gugup.
Perasaan takut menyergapku. Aku tidak boleh takut karena aku laki-laki. Aku harus menampilkan sosok lelaki gentle dan berperilaku sopan di hadapan mereka bukan cuma mengandalkan pesona wajah dan ketenaranku.
Aku berdiri di hadapan mereka sebagai pacar dan laki-laki biasa dari anak gadis mereka bukan salah satu member EXO yang memikat seluruh gadis diberbagai belahan dunia dengan ketampanan, ketenaran, dan kemerduan suaranya.
"Annyeonghaseyo ... Jeoneun Yoo Mi namchini-eyo nae ireumeun Park Chanyeol imnida. Bangapseumnida..." aku melakukan chol (salam tata cara Korea dengan menundukkan badan sampai 45°) tiga kali pada keduanya. Setelah itu menegakkannya lagi untuk melihat bagaimana ekspresi keduanya.
Ibu Yoo Mi yang berada di sebelah kiri ranjang Ayah Yoo Mi tersenyum keibuan padaku dan Ayah Yoo Mi menatapku tajam namun tidak sinis.
Apa aku boleh sedikit bernafas lega sekarang?
"Oh, jadi kau yang membuat anakku ketar-ketir karena khawatir tidak diberi kabar? Bahkan dia padaku tidak sekhawatir itu," Kata Ayah Yoo Mi dengan tajam. Aku menelan ludahku susah payah.
"Appa!" Ucap Yoo Mi mengingatkan Ayahnya karena bersikap terlalu kasar.
Sepertinya aku belum bisa bernafas lega...
xoxo
12 May 2017
Cieee mas Cy dagdigdug ketemu camer. Kalo papanya Yoo Mi galak , temuin aja papa aku, dijamin ga galak hehehe :)
Eh btw hari ini ultah gue lhooooo #bodoamat makanya gue apdet hehehe...
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky Fans
FanfictionSemua terasa seperti mimpi. Aku sempat berifikir seseorang tolong bangunkan aku dari mimpi yang indah ini, aku takut terlena. Tapi aku sadar kalau ini bukan mimpi. Aku tidak tau harus bersyukur atau malah sebaliknya. Tapi ini hal yang kuinginkan da...