:: Part 3 ::

17.9K 1.3K 16
                                    

Chapter 3

"I'll do it all for you in time.
And out of all these things i've done, I think I love you better now" - Ed Sheeran, Lego House.

°°°

Aku merapatkan coat yang kupakai seraya turun dari bus setelah membayarnya dan berjalan masuk ke salah satu Mall besar yang ada di Seoul.

Sekilas aku ingat, aku dan keluargaku pernah kesini saat aku masih kecil, mungkin.

Aku pergi ke Mall bukan tanpa tujuan, aku ingin membeli pakaian, sepatu, dan mungkin barang-barang lain yang kemungkinan akan kubutuhkan karena aku baru saja mendapatkan gaji keduaku hasil dari bekerja part time di caffe.

Gaji pertamaku, aku kirim kepada Ibu dan Ayah. Awalnya, Ayah dan Ibu kurang menyetujuinya karena mereka takut akan menganggu perkuliahankj, tetapi karena jadwal kuliah semester pertama yang tidak terlalu padat aku memilih untuk bekerja saja daripada menganggur tidak jelas, lumayan untuk menambah uang jajan.

Keluargaku  bukan dari keluarga yang tidak mampu, tapi berkecukupan. Ayah bekerja di bidang perminyakan, gajinya lebih dari cukup untuk sekedar menafkahi 3 orang.

Kegiatan kuliahku sudah dimulai dari 3 bulan yang lalu. Kampusnya sangat nyaman–sudah kuduga universitas Korea pasti bagus–, teman-temannya ramah– untungnya aku belum menemukan teman seperti Tiffany. Jadwal kuliahnya pun belum terlalu padat karena mungkin masih semester awal, aku juga kurang tahu.

Kalau dihitung-hitung aku sudah 3 bulan lebih 1 minggu tinggal di Seoul dan selama itu aku belum juga bertemu dengan EXO. Saat konsernya kemarin pun aku tidak bisa menonton karena besoknya ada ujian. However, pendidikan yang utama. Waktu masih terus berjalan kita lihat saja nanti.

Aku berkeliling dari satu butik ke butik lainnya. Kebanyakan baju-baju yang dipajang di manekin adalah koleksi-koleksi pakaian musim dingin. Seoul memang sedang musim dingin, tapi belum terlalu dingin karena masih awal bulan.

Aku masuk ke dalam toko merk luar negeri yang terkenal dan mulai memilih-milih baju yang kira-kira cocok dan membuatku nyaman. Aku mengambil sweatshirt warna pink pastel kesukaanku, lalu coat berwarna coklat berbahan khaki, dan overall warna maroon.

"Permisi!" Aku memangil salah satu pegawai wanira yang terlihat sedang berbicara dengan pelanggan. Tidak enak juga memotong pembicaraan orang, tapi hanya dia yang dekat.

Pegawak wanita itu tersenyum seraya melangkahkan kaki berjalan ke arahku. Ia membungkukkan badannya, "Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya sambil tersenyum.

"Fitting room nya dimana ya?" Tanyaku. Pegawai wanita itu pun menjelaskan arahnya. Setelahnya aku mengucapkan terimakasih dan segera berjalan menuju fitting room.

Sesampainya disana, semua bilik penuh. Aku pun harus menunggu, lima menit kemudian salah satu orang yang ada di dalam bilik akhirnya keluar.

Sekilas aku tersenyum saat berpapasan dan aku mulai masuk ke dalam bilik.

Saat aku ingin mengunci biliknya, terdengar ramai-ramai di luar seperti teriakan segerombolan remaja, entahlah.

Aku tidak jadi mengunci pintu dan melihat sekitar dengan agak panik, siapa tau ada kebakaran atau apa kan?

Kejadiannya sangat cepat, tiba-tiba seorang laki-laki mendorongku masuk ke dalam bilik dan menguncinya. Setelah tersadar dengan apa yang terjadi, aku menatap orang itu dengan marah, sedikit panik juga sebenarnya. Namun aku harus terlihat tangguh.

"Maaf, tapi Anda siapa? Kenapa anda dikejar-kejar seperti itu? Apa anda penjahat? Apa ada gempa atau kebakaran yang terjadi?" Tanyaku bertubi-tubi. Bodohnya aku baru sadar kalau cowok itu mengenakan pakaian yang sangat tertutup. Celana jeans selutut warna hitam, hoodie warna biru dongker gelap, memakai masker hitam yang menutupi setengah wajahnya, ditambah lagi topi yang sengaja diturunkan yang sukses membuat wajahnya tidak terlihat sama sekali.

Ia tidak menjawabku, ia hanya duduk dan bersender pada dinding bilik sambil mengatur nafasnya yang tersengal-sengal, mana bisa ia nafas dengan lega kalau memakai masker serapat itu, gerutuku dalam hati.

Aku menghembuskan nafas frustasi karena cowok itu tidak menanggapi pertanyaanku. Menjengkelkan.

Pada akhirnya, pakaian-pakaian yang ingin kucoba hanya ada di pelukanku. Bagaimana bisa aku mencobanya kalau orang ini masih ada disini?

"Maaf, tapi aku hanya ingin memastikan bahwa aku bersama orang yang aman, Anda bukan penjahat, penipu, pencopet, maling, atau..." Aku berpikir, profesi apa yang cocok kalau dandanannya seperti ini.

Ada satu pikiran yang membuatku kaget dan membuat jantungku berdetak agak cepat dan aku bertanya dengan ragu-ragu, "Omo! Atau jangan-jangan anda seorang idol?" cicitku.

Orang itu mendongak menatapku. Wah, akhirnya dia menanggapi keberadaanku disini. Aku pun membalas tatapannya. Kusipitkan mataku untuk dapat mengenali wajahnya yang sepenuhnya tertutup dengan masker dan topi. Kurasa aku mengenal orang ini. Perawakannya nampak familiar.

"Baiklah. Aku akan membuka maskerku, tapi tolong jangan berteriak dan jangan beritahu siapa-siapa.  Mengerti?" Suara beratnya yang samar-samar karena tertutup masker seperti menghipnotisku untuk mengangguk.

Ia berdiri dan– Wow! Badannya sangat tinggi dan tegap, Aku semakin yakin bahwa laki-laki di depanku ini benar-benar terasa familiar. Sebenarnya ada satu nama di dalam pikiranku, tetapi aku memutuskan untuk mengenyahkan pikiran halu tersebut.

Ia mendekat ke arahku sementara aku hanya berdiri kaku seperti orang bodoh sambil memeluk pakaian yang awalnya ingin kucoba. Kapan dia akan membuka maskernya? Apa dia tidak tau kalau leherku lama-lama sakit karena terus mendongak? Demi apapun yang ada di dunia ini, he's so damn tall for God sake!

Meski begitu aku tetap menunggu. Ia menatapku dengan tajam– sangat mengintimidasi. Rasanya seperti adegan di film-film atau drama yang sering kutonton, ia membuka maskernya dengan gerakan slow motion.

Seketika waktu seperti berhenti berjalan ketika akhirnya masker sialan itu menunjukkan bagaimana wujud asli wajahnya.

"Oh my god!" Mulutku terbuka mengeja tanpa suara. Ya! Siapapun tolong cubit aku! Apa aku sedang bermimpi? DEMI APA DIA CHANYEOL?!?! IYA CHANYEOL YANG ITU! MAIN RAPPER EXO! ASTAGAA...

Aku berusaha mengatur nafasku karena rasanya udara disekitarku menipis dan berusaha menenangkan detak jantungku yang menggila.

Literally, I have nothing to say...

Chanyeol menghela nafasnya saat melihatku yang sudah seperti ikan keluar dari air. Mangap-mangap tidak karuan.

Another fans again! Batin Chanyeol.

xoxo

27 November 2016

A/n

Gue juga mau ketemu cy kali :)))

Lucky FansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang