Sweety Venus - Chapter 12

10.3K 929 135
                                    

"Hiks... Hiks... Huaaaa..."

Diana kira duduk bersila, memakan 1 cake seraya mendengar lagu dari salah satu chanel TV akan mengubah mood-nya. Malah sedihnya semakin jadi saat mendengar lirik dari lagu itu.

"Kau sangat menyebalkan, Sexy! Huaaa hiks..."

Helena tidak terima. Ia menatap Diana dengan polos. "Apa? Aku hanya ingin menambah suasana semakin terbawa."

Inanna mengambil remote yang Helena pegang lalu mengubah saluran lain yang menampilkan sebuah drama menayangkan si wanita yang sedang bersedih dengan diiringi lagu Miley Cyrus yang berjudul Adore You.

When you say you love me

No, I love you more

When you say you need me

No, I need you more

Boy I adore you, I adore you

Lagu yang sangat mengena hatinya. Bagaimana ia memuja Jeremy hingga menutup matanya untuk pria lain. Bahkan Adam saja yang pernah Venus bicarakan hingga basah dibagian bawah diacuhkannya. Dimatanya hanya ada Jeremy. Jeremy. Dan Jeremy...

Lihat bukan? Karena dua lagu tadi Diana malah makin menjadi mengenang masa lalunya dengan Jeremy. Kembali Diana menyuapi mulutnya dengan sendok teh penuh cake dan kembali menangis. Inanna menatapnya bersalah sedangkan Helena mengulum tawa.

Diana merampas remote di tangan Inanna lalu mengganti ke saluran sebelumnya berharap One Republic diganti dengan suara yang bahagia. Tapi harapan Diana sia-sia. Suara Delta Goodrem pelantun Not Me, Not I yang mengisi ruangan itu.

You mixed me up for someone

Who'd fall apart without you

Yeah you broke my heart for the first time

But I'll get over that too

It's hard to find the reasons

Who can see the rhyme?

I guess we were seasons out of time

I guess you didn't know me

"Damn it!" Dan Diana kembali menangis.

Hera yang sejak tadi hanya diam karena masih berfikir akhirnya menengahi. Ia langsung mematikan siaran TV.

Diana cukup menghubungi Hera dan membiarkan Hera mendengar tangisannya diseberang telepon memudahkan Diana mendapati ketiga sahabatnya di apartemennya. Diana menceritakan keluh kesahnya hingga bagaimana dia memutuskan Jeremy. Dan ketiga sahabatnya sama terkejutnya dengannya. Dan saat diakhir cerita, Helena malah menambah suasana sedihnya dengan menyalakan TV.

Entah kenapa hari ini tidak ada hal yang dapat membantunya sama sekali. Mulai dari kesialannya tadi pagi di rumah Ethan, kedatangan Jeremy, hingga salah satu siaran TV juga tidak bisa mengubah suasana hatinya.

"Ini gila..." Hera menggelengkan kepala. "Wow..."

"Aku merasa itu lucu." Helena berjalan menuju lemari es dan mengambil air minum untuk Diana. Dia tahu Diana butuh minum.

Karena ini merupakan apartemen kecil, counter dapur dan ruang tamu dengan TV menjadi satu. Jaraknya hanya 3 meter hingga mendapati meja makan dan dua kursi.

Diana melirik Helena cemberut. "Bagaimana bisa kau menganggap 2 tahun aku berpacaran dengannya itu lucu?!"

"Dia menjadi pacarmu selama 2 tahun. Kalian berciuma dan saling menyentuh —bukan artian di ranjang— Dan dia juga menyukai pria. Apa dia seorang biseksual? Bagaimana bisa Diana bak malaikat ini dikalahkan oleh batang yang disukai batang?" Helena meletakkan botol minuman dan gelas di meja lalu memeluk Diana, menepuk kepalanya dengan sayang. Diana semakin merapatkan tubuhnya.

"Setidaknya kau sudah mengambil pilihan bijak, putus dengan pria itu. Kau bisa melihat ke depan. Mau aku kenal seorang pria? Dia rekan kerjaku bagian marketing." Inanna bertanya.

Diana menggelengkan kepala seraya mengelap ingusnya. "Thanks, Clever."

"Kau harus beristirahat. Kau terlilah pucat, Sweety. Jangan pikirkan pria bajingan itu. Biar aku yang mengurusnya." Hera berucap dengan bengis. Helena dan Inanna mengangguk setuju namun Diana menggeleng.

"Aku tidak ingin berurusan dengannya lagi. Jika aku sudah memutuskan suatu hubungan aku tidak ingin ada balas dendam. Biarkan dia, Beauty."

"Tapi dia sudah menyakitimu. Kau tahu bukan, Venus tidak akan pernah membiarkan seseorang menyakiti kita. Jika dia melakukannya, dia akan mendapatkan hadiah dari Hera." Hera mengingatkan kembali salah satu point Venus.

"Kumohon... Biarkan dia, Beauty."

Mendengar nada memohon Diana mau tak mau membuat Hera menghela nafas kasar.

Tak terasa waktu berjalan dengan cepat. Inanna dan Hera memeluk Diana dan Helena bergantian. Setelah saling menggumamkan take care dan bye, Hera dan Inanna memasuki lift menyisakan Diana dan Helena. Karena hari mulai siang, Inanna harus menjemput anak-anaknya dan Hera harus menghadiri rapat. Sedangkan Helena masih berada di apartemen Diana sampai Adam menjemputnya. Mereka berdua berbaring di kamar Diana dengan Helena membolak-balikan majalah resep Diana dengan fokus.

"Bagaimana dengan percobaanmu? Aku yakin resep itu lebih mudah dari corner." Diana membuka percakapan.

"Hell, yeah. Terakhir kali aku lihat wajahnya, nyawa pria itu seperti di cabut malaikat dengan sangat perlahan."

Diana tertawa menggelengkan kepalanya. Itulah Helena, mau diajar bagaimanapun wanita itu tidak akan pernah bisa memasak padahal Helena dari kecil di Yunani mempunyai 5 guru masak. Bayangkan betapa bebalnya Helena. 5 orang dengan berbagai taste mengajarinya tapi wanita tu tetap tidak bisa memasak. Diana saja sampai berfikir jangan-jangan Helena di kutuk para Dewi Yunani karena kesempurnaannya.

Jika Diana yang berada di posisi Helena, Diana yakin, saat ia sudah dewasa ia pasti menjadi chef terkenal. Tetapi jika dibandingkan dengan Hera, Helena lebih bagus dalam hal mengenal bumbu masakan.

"Setidaknya dapur Adam tidak seberantakan saat aku memasak corner untuknya," lanjut Helena.

"Poor Adam..." menjadi bahan percobaan Helena. Tambahnya dalam hati.

Helena mengerutkan dahinga. "Bukan Adam, Sweety. Tapi Ethan."

"Apa?!" cicit Diana berteriak seraya mendudukan tubuhnya dengan tegak.

Helena yang kagetpun ikut terduduk. "Ya, waktu itu ia bilang sangat lapar, tidak ada makanan di lemari pendinginnya, pembantunya hanya membersihkan rumah tidak ada tugas memasak, sedangkan adiknya yang biasa memasak untuk mereka tidak menginap di sana," jelas Helena panjang lebar.

Sebenarnya Helena kebingungan dengan ucapanya. Untuk apa juga ia menjelaskan se-detail itu pada Diana? Dan kenapa juga Diana terlalu berlebihan. Diana pun ikut kebingungan dengan sikapnya sendiri. Entah kenapa semenjak pulang dari rumah Ethan, ia lebih sensitif jika ada yang menyebut nama pria itu. Padahal mereka baru melakukannya sekali... Apakah benar mereka sudah melakukannya?

"Ehem, o-okay, alright..."

Helena memicingkan matanya menatap Diana yang gelagapan. "Kau ingin cerita?"

DEG!

Diana meneguk salivanya susah payah. Dia masih bimbang dengan pemikirannya. Bagimanapun juga ia harus tahu apakah ia masih perawan atau tidak. Toh, Helena bisa melihat itu. Wanita yang punya insting kuat seperti Helena dapat mengetahui umur seseorang dan apakah orang itu masih perawan atau tidak, bahkan ia juga bisa menebak orang itu hamil atau tidak mengalahkan seorang dokter dan teknologinya.

"... menurutmu aku masih perawan atau tidak?" tanya Diana berbisik.

Helena membulatkan matanya setelah itu ia tertawa terbahak-bahak. Diana yang memandang itu merasa jengkel. Apa-apaan itu? apa yang lucu tentang keperawanan? Baru saja Helena membuka mulut, suara bel pintu membuat ia bangkit berdiri berlari kecil untuk membuka pintu. Meninggalkan Diana.

Jadi? Apa jawabannya? Apa dia masih perawan atau tidak?

SWEETY VENUS [#2 VENUS SERIES]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang