Di sinilah mereka. Duduk saling berhadapan di lantai dasar apartemen. Walau Diana ketakutan, wanita itu menutupinya dengan wajah datar. Pikiran Diana masih berputar kejadian tadi sore. Di mana wajah marah Jeremy yang pertama kalinya Diana lihat membuat ia sangat takut hingga Jeremy angkat bicara.
"Kau ingin berbalikan denganku?"
Diana dapat melihat raut wajah Jeremy yang sangat berharap.
Bukannya menjawab, Diana langsung bicara ke inti pertemuan mereka. "A-apa yang kau lakukan dari pagi?"
Jeremy tersenyum, salah pengertian. Ia kira Diana sedang mencoba membuka lembaran baru dengannya. "Aku kerja tepat waktu dan pulang siang menjelang sore. Aku ingin meminta maaf jadi aku langsung menuju apartemen ini. Dan Thomas menyuruhku pulang karena kau tidak ada. Itu yang ia bilang." Jeremy memasang raut sedih sebentar. "Aku menelponmu tetapi tidak kau angkat. Sekali lagi menelpon, kau mematikan ponselmu. Karena aku sudah mengenalmu luar dalam, aku tahu... Aku tahu di mana kau akan menghabiskan waktumu."
Jeremy terdiam sejenak, menatap Diana tepat di manik wanita itu. "Aku melihatnya... Aku melihat kalian. Aku melihat kau memperlakukan pria itu berbeda pada saat kau memperlakukanku. Kau mengistimewakan dia. Kau-" Jeremy tidak sanggup berbicara lagi. Jeremy masih ingat saat Diana berjalan sambil berpelukan dengan santai ke lantai atas tempat Maria. Yang bisa Jeremy lakukan hanya menunduk menutupi wajahnya yang sangat rapuh.
"Apa kau tidak masuk ke apartemenku? Maksudku, saat tadi siang kau ke sini." Diana mengerutkan dahinya.
Sekarang Jeremy yang kebingungan, ia menggelengkan kepala. "Tidak. Kau saja tidak pernah memberitahuku pssword-mu."
"Kau tidak..." Diana melayang-layangkan tangannya di udara seakan dapat menggambarkan kelanjutan kalimatnya sendiri.
"Tunggu, sebenarnya apa yang ingin kau katakan? Kau mengajakku bertemu hanya untuk membicarakan password apartemenmu?"
"No! I mean, yes!" Diana berdiri, berjalan mondar-mandir. "Apartemenku baru saja dimasuki penyusup dan mengambil semua foto kebersamaan kita!"
Jeremy yang tadinya berfikir bahwa hubungan mereka bisa kembali seperti semula terhempas begitu saja. Ia tertawa pahit hingga terbahak-bahak menghentikan aksi Diana yang mondar-mandir. Diana menatap heran Jeremy.
"Aku kira kau menghubungi menyuruhku ke sini untuk mendengar permohonan maafku dan hubungan kita akan bisa kembali seperti dulu." Jeremy tertawa sedih. Diana dapat merasakan ada nada sakit dalam Jeremy.
"Ternyata hanya untuk mendengarkan jika kau sudah membuang salah satu kenangan kita. Mungkin besok kau menghubungiku lagi untuk memberitahu bahwa kau sudah membuang semua barang yang aku berikan untukmu," lirih Jeremy masih menunduk. Tidak siap menatap Diana.
"Tidak, maksudku-"
"Sudahlah." Jeremy berdiri menatap Diana lekat. Dan Diana bisa melihat jika Jeremy sedang menangis terbukti dari matanya yang merah dan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.
"Aku minta maaf. Aku tahu aku tidak pantas untuk mendapatkan maafmu. Tapi aku benar-benar menyesal telah melakukannya," ujar Jeremy lembut. Dia memegang kedua tangan Diana yang masih diam tidak ingin menatap Jeremy. Jeremy yang menyadarinya hanya tersenyum samar.
"Aku mencintaimu, Diana. Aku ingin kita membuka lembaran baru." Jeremy meletakkan jari telunjuknya di bibir Diana saat wanita itu ingin membuka mulut hendak bicara. "Aku tidak akan memaksamu. Aku tidak ingin membuatmu tertekan. Aku akan menunggu."
Jeremy mengambil kunci mobilnya lalu maju ingin mengecup dahi Diana yang mundur 2 langkah. Kembali Jeremy tersenyum pahit. "Kau tahu, aku ingin memulai kembali hubungan kita. Jika kau..."
Jeremy menunduk sebentar sebelum menatap Diana lekat. "Jika kau menerimaku kembali... Aku tidak akan menyia-nyiakan dirimu lagi, darling."
Setelah itu Jeremy meninggalkan Diana dengan pemikirannya.
"Tidak menemukan siapa penyusup misterius itu melainkan menerima ungkapan cinta... Great."
Bukannya kembali ke apartemen, Diana malah kembali duduk di sofa yang tadi mereka duduki. Diana menengadahkan kepalanya menatap langit-langit lobby apartemen.
Sepertinya perkataan Jeremy benar. Mungkin tanpa sadar Diana memang membuang foto-foto itu saat emosinya sedang labil kemarin. Mana mungkin ada penyusup masuk ke tempat tinggalnya? Jika memang ada, pastilah mereka mencuri beberapa barang untuk dijual. Namun semua barang berharga Diana masih tertata rapi di sana.
Diana memejamkan matanya dan menghela nafas dalam.
***
Hari ini hari sabtu. Harinya Venus...
Thomas telah mendatangkan pekerja dari salah satu perusahaan keamanan dan mengganti kunci serta password sebelum ia pergi.
Dan sekarang, Diana orang yang pertama datang di kafe langganan Venus. Di Venus, memang selalu Diana yang datang lebih awal. Setelah itu Hera dan Inanna. Dan terakhir, yang suka telat yaitu Helena. Walaupun Helena sudah menikah, tetap saja wanita itu sering telat. Malah telatnya lebih parah dari pada biasanya.
Diana duduk seraya menatap Simon yang kesana-kemari mengantar pesanan. Dan tiba saat pesanan Diana dengan segala macam kue yang manis akhirnya datang.
"Pesananmu, Sweety." Simon mengecup pipi Diana.
"Thank you..."
Simon duduk di tempat yang biasa di duduki Helena, si wanita telat. Ia melambaikan tangannya kepadaseorangw anita yang duduk di kursi bar. "Kau selalu saja datang lebih awal dari janji."
"Aku hanya ingin menikmati waktuku dengan makananku. Kau tahu bukan, Venus tidak suka jika aku mengabaikan mereka. Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Charlotte?"
Simon memiliki kekasih baru-baru ini. Dan Charlotte selalu datang kemari hanya ingin mengunjungi kekasihnya. Mereka terlihat bahagia.
Simon terkekeh. Memang benar itu. Jika Diana sudah dihadapakan makanan manis, wanita itu akan lupa dengan sekelilingnya. Mungkin jika sedang terjadi tsunami atau teror bom, Simon memasang taruhan paling tinggi, Diana tidak akan tahu.
Hera pernah mencoret wajah Diana dengan lipstick merah Helena yang susah hilang saat wanita itu dengan terang-terangan mengabaikan Hera yang tengah serius bercerita. Dan setelah makanan Diana habis, ia mengambil kaca kecil di dalam tasnya untuk memeriksa gigi-gigi kecilnya. Ia tak sengaja menatap pipi kanan yang dicoret langsung berteriak seperti orang kesurupan. Kemudian menangis mendramatisir.
"Kami terlihat hebat. Dia sangat cantik daripada Hera, benar 'kan?"
Simon menatap Diana yang mulai masuk ke dunianya Diana. Terlihat jelas jika wanita itu tidak mendengar ucapannya. Ia mencomot sedikit kue Diana dengan jarinya lalu memasukkan ke mulutnya. Setelah itu ia meninggalkan Diana sendiri, dari pada berbicara dengan tembok seperti orang gila?
***
Setelah menjalani hari Venus yang sangat melelahkan, Diana akhirnya langsung pulang dengan 4 kantong belanjaan. Fisik dan emosinya sangat letih. Ia kira setelah bercengkerama di kafe, mereka akan langsung pulang. Rupanya, Helena mengumumkan bahwa Adam sedang berbaik hati memberi kartu kredit untuk mereka belanja.
Diana berpikir jika Inanna mempunyai pemikiran yang sama dengannya, menolak. Tapi Inanna malah orang pertama yang setuju dengan alasan 'gratis berbelanja' artinya gajinya bulan ini bisa di tabung untuk keperluan mendatang. Diana meletakkan semua belanjaannya -yang hampir semua pilihan Helena- di atas ranjang sebelum memasuki kamar mandi. Dia langsung berendam air hangat untuk meregangkan ototnya.
Diana keluar dari kamar mandi dengan memakai baju tidur pink bermotif bentuk hati yang banyak di setiap semua sisi. Hendak melangkah ke ranjang langsung terhenti. Dahinya mengerut saat melihat ranjang pinknya yang sedikit berbeda dari saat tadi pagi ia tinggali.
2 bantal dan 1 guling dengan motif hello kitty masih rapi seperti saat siang tadi. Dan juga tas dan 4 kantong belanjaan yang tadi ia bawa masih setia di sana. Namun jika di perhatikan kembali, Lily, boneka kesayangannya dari kecil yang sudah jelek, tidak ada.
Tidak ada!
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEETY VENUS [#2 VENUS SERIES]
RomanceThe second book of Venus Series [21+] Diana datang ke bar setelah memutuskan pacarnya yang telah berselingkuh darinya. Ia ingin melepaskan semua beban pikirannya, melupakan pria berengsek yang telah mengecewakannya. Menari, mabuk dan bahkan jika ia...