Diana sama sekali tidak menyangka jika mereka, dirinya dan Ethan, mendapati meja kosong. Padahal sebelum ia dirias oleh penata rias, ia yakin mereka tidak akan mendapatkan meja. Tapi saat di perjalanan dengan bangganya Ethan memamerkan kesombongannya yang padahal itu semua atas jerih payah Rachel, adiknya.
Ethan meremas lembut jemari Diana membuat wanita itu tersadar. "Kau melamun."
"Tidak. Aku hanya..." Diana menggantung kalimatnya. Dia menggeleng lalu dengan cepat ia menyuapi makanannya.
"Makan jangan terlalu cepat," tegur Ethan dengan senyum manisnya.
"Kenapa? Apa di sini punya peraturan tata cara makan?" tanya Diana kesal.
Ethan mencondongkan tubuhnya. Menggenggam kedua tangan Diana mesra. Lalu berbisik, "Di sebelah kananmu ada seorang reporter." Refleks Diana menoleh yang dengan cepat Ethan menahan kepala wanita itu supaya tetap menatap Ethan. "Jangan menoleh."
Diana mengangguk sedikit ragu kemudian Ethan kembali menggenggam tangan Diana. "Di belakangmu ada dua reporter dan di belakangku, kau bisa lihat pria yang berbaju biru terang bergaris," otomatis Diana melirik ke belakang Ethan dengan ekor matanya. "Dia pemilik restoran ini. Jadi bisa ditebak kenapa para reporter tahu aku ada di sini."
Diana mengerjapkan matanya sekilas lalu mendengus. "Jadi apa hubungannya dengan cara makanku?"
Ethan menghela nafas. "Diana, sugar, jika kau makan seperti tadi, mereka akan membuat rumor yang buruk tentang kita. Mungkin kalimat 'Ethan sedang bertengkar dengan kekasih barunya' sangat cocok menjadi cover surat kabar."
Diana menunduk. "Maafkan aku."
"Jadi bersikap manislah. Tunjukan jika kita sepasang kekasih baru yang bahagia." Ethan menyuapi mulut Diana dengan pasta di piringnya membuat Diana memerah.
"Apa yang kau lakukan?!" bisik Diana marah dan malu.
"Menyuapimu," jawab Ethan enteng. "Ingin lagi?"
Diana mencubit lengan Ethan lalu mendengus kesal. Lalu mereka tertawa bersama. "Tapi aku masih bingung hingga sekarang. Demi Tuhan, Ethan. Kenapa kau harus berbohong sampai seperti ini? Atau jangan-jangan kau memang sudah memesan tempat ini beberapa minggu yang lalu?"
"Rachel mendapatkannya beberapa jam lalu."
Diana tersedak minumannya. Ia melirik kiri kanan berharap tidak ada yang melihat tingkah bodohnya itu. Sunggu Diana sangat malu jika saja ada yang melihat dirinya tersedak seolah tidak pernah memakan makanan di sana. Tapi dari semua itu, Diana melihat raut wajah Ethan yang khawatir. Pria itu memberikan air putih seraya bertanya apakah Diana baik-baik saja? Apakah perlu mereka pulang? Atau apakah mereka makan di tempat lain saja?
Diana menjawab dengan gelengan kepala.
Mendengar seraya menatap wajah itu membuat Diana memerah. Ia sangat yakin jika dadanya terasa sakit karena jantungnya yang terpompa terlalu berlebihan. Ada apa dengannya? Apa dia mulai menyukai Ethan? Diana menatap Ethan yang tengah mengunyah pasta dengan lekat. Pria itu tersenyum padanya.
Ya...
Diana menyukai pria itu. Diana menyukai pria yang sekarang berada di depannya. Yang dulunya hanya memuja seorang model sekaligus aktor menjadi menyukai, walau status hubungan mereka hanya kebohongan.
Diana kembali tersadar. Lalu mendenguskan tawa. Diana hampir saja lupa status hubungan mereka. Tapi tidak apa bukan untuk Diana menganggap hubungan mereka ini nyata? Walau hanya dirinya sendiri yang menganggap hubungan itu nyata. Bukan kebohongan belakang.
Well, mainkan saja peranmu, Diana... Batin Diana.
"Ethan?"
Ethan menjawab dengan gumaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEETY VENUS [#2 VENUS SERIES]
RomantizmThe second book of Venus Series [21+] Diana datang ke bar setelah memutuskan pacarnya yang telah berselingkuh darinya. Ia ingin melepaskan semua beban pikirannya, melupakan pria berengsek yang telah mengecewakannya. Menari, mabuk dan bahkan jika ia...