"Astaga, Ethan. Bukankah aku sudah bilang jika aku tidak memakai pembalut seperti ini?" jerit Diana saat membuka kantong belanjaan Ethan.
Ethan menghela nafas. "Pakai dulu punya Rachel saat aku menukar barang ini." Ethan kembali dengan pasrah ke toko tadi.
"Apa kau menjual pembalut tidak biasa?" tanya Ethan langsung ke intinya.
Semua pengunjung menatapnya tapi ia tidak peduli.
"Pembalut tidak biasa?" ulang si pelayan.
Ethan berfikir sejenak. "Iya."
"Mungkin maksudmu yang untuk malam. Well, itu memang lebih panjang. Tidak biasa, bukan? Tunggu sebentar." Selang beberapa detik si pelayan sudah berada di depan Ethan.
Ethan menimbang-nimbang 1 bungkus besar pembalut di tangannya.
Mungkin ini yang Diana butuhkan. Ukuran yang sangat panjang dan isi banyak. Bukankah itu tidak biasa? Batin Ethan.
"Ya sudah. Aku ambil ini."
Setelah melakukan pembayaran, baru saja Ethan ingin keluar langsung di cegat si pelayan. "Bolehkah?" tanyanya seraya menyodorkan bolpoin.
Ethan mengangkat alisnya. Ia kira si pelayan tidak mengenalnya. Rupanya si pelayan mengenalnya dan berusaha tidak menerkam dirinya membuat Ethan kagum pada pelayan itu. Ethan melepaskan kacamata hitamnya dan menurunkan masker yang hampir membuatnya kehabisan nafas. Dengan ramah Ethan membubuhkan tanda tangannya di kaos si pelayan lalu pergi dari sana dengan satu kantong besar yang isinya satu bungkus besar pembalut.
***
Diana memejamkan matanya menahan emosi yang hampir mencuat. "Ethan... Aku tahu kau tidak bodoh. Tapi kau hari ini sangat bodoh! Aku minta pembalut bersayap tapi dua kali yang kau beli ini semuanya pembalut biasa. Dan ini bukan merek pembalut yang biasa aku beli."
"What the— Hey, kau hanya bilang pembalut biasa tanpa kata sayap dan kenapa tidak kau saja yang pergi beli. Aku ini seorang pria, apa kau pernah melihat aku memakai benda sialan ini?!" ujar Ethan yang mulai naik pitam.
"Kau bisa bertanya pada—"
"Sudah, sugar... Aku bertanya pada pelayan toko yang seorang wanita. Dia juga menyarankan aku yang ini," ujar Ethan dengan sabar seraya menunjuk satu bungkus pembalut diantara mereka.
Diana cemberut. "Jadi bagaimana sekarang? Mana mungkin aku memakai itu. Jujur saja, pembalut Rachel ini sungguh menyiksa. Aku tidak bisa bergerak bebas..."
Ethan terdiam cukup lama. Kenapa tidak membawa Diana keluar sekalian membeli keperluan yang lain. Jadi dia tidak akan serepot ini. Jujur, ia belum membaca habis skripnya.
"Diana?"
Diana menjawab dengan gumaman malas.
"Apa kebutuhan dapur habis?"
Setengah jam kemudian Ethan dan Diana sudah berada di salah satu supermarket. Diana berdiri tepat di bagian pembalut. Dan pembalut yang ia cari berada di depannya, dengan posisi paling atas di rak tersebut. Diana menggeram, kenapa bisa letaknya setinggi itu. Ia susah menggunakan heels namun tetap saja tidak sampai.
Diana melirik Ethan yang tengah menahan tawa sedari tadi. "Hei, kau. Ambilkan!"
Dengan kuat Ethan menggeleng. "Aku tidak ingin ditertawakan ketiga kalinya hanya karena memegang benda sialan itu."
Diana menggeram. Ia melirik Ethan dengan marah lalu bernafas. Dari jauh Diana menatap seorang pramuniaga berjalan ke arahnya. "Permisi, bisa tolong ambilkan yang di sana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEETY VENUS [#2 VENUS SERIES]
RomanceThe second book of Venus Series [21+] Diana datang ke bar setelah memutuskan pacarnya yang telah berselingkuh darinya. Ia ingin melepaskan semua beban pikirannya, melupakan pria berengsek yang telah mengecewakannya. Menari, mabuk dan bahkan jika ia...