Rania memasukkan bukunya ke dalam tasnya lalu menyampirkannya di pundak.
"Lo nggak di jemput abang lo Ran?" tanya Anita yang sudah siap untuk pulang.Rania menggeleng "kalo gue nggak nelepon dia mana mau jemput gue."
"Yaudah yuk kita pulang, ntar ketinggalan angkot lagi."
Rania mengangguk. Dia dan Anita berjalan bersamaan keluar kelas.
"Rania!"
Suara panggilan seseorang menghentikan langkah kaki Rania dan Anita. Keduanya membalikkan badan untuk bisa melihat siapa yang telah memanggil Rania.
"Kak Prisil?"
Kini Prisil sudah berada di hadapan Anita dan Rania.
"Ada apa kak?" tanya Rania sembari mengernyitkan dahi. Tumben-tumbenan Prisil menghampirinya.
"Ran, tolong lo pikirin lagi keputusan lo. Apa lo yakin nggak mau gantiin gue untuk sementara waktu?" ucap Prisil dengan wajah memohon.
"Maaf kak, tapi gue beneran nggak bisa," tolak Rania halus.
"Bisa lo jelasin apa alasan lo nolak?"
"Kak, gue masih junior dan gue rasa gue nggak pantes buat gantiin lo kak. Masih banyak senior yang berpotensi atau yang lebih bisa dari gue"
"Gue mau tanya sekarang. Jabatan lo pas di SMP apa?"
Rania menghela napasnya. "Gue nggak bisa kasi tau ke lo kak."
"Ran, kasi tau gue." Prisil menggoyang-goyangkan lengan Rania.
"Gue....sekreta—"
"Tuh kan, lo berpotensi Ran. Di SMP lo udah jadi sekretaris dan gue yakin lo pasti bisa sekarang ini. Cuma seminggu dan selesai," ucap Prisil antusias.
"Kak, gue nggak bisa."
Prisil berdecak, "Ran, seminggu doang lo nggak bisa?"
Rania tersenyum seraya menggelengkan kepala. "Lagian kenapa sih harus gue kak?"
"Karena...," Prisil menjeda ucapannya. "gue percaya sama lo."
"Gue gabakal maksa kok Ran, tapi gue mohon pertimbangin lagi. Gue berangkat minggu depan, jadi tolong ya ran. Gue berharap lo mau. Gue takut Barra nggak bisa ngerjain kerjaan gue dan gue nggak yakin sama anggota lain."
Rania mengangguk. "Yaudah, gue bakal pikirin lagi keputusan gue kak."
Prisil tersenyum.
"Makasi Ran, gue duluan ya" Prisil berjalan melewati Rania dan Anita.
"Heran deh gue, kenapa harus lo? Kayak nggak ada anggota lain aja," tanya Anita kepada Rania.
Rania hanya mengedikkan bahunya. Tak mengerti juga kenapa harus dia yang dipilih oleh Prisil.
"Yaudah yuk Ta." Rania menarik tangan Anita menuju gerbang sekolah.
﹏﹏
Barra dan Prisil berada di salah satu cafe sambil berbincang-bincang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barrania (Completed)
Teen FictionAda kalanya orang yang lama berpisah di pertemukan kembali dengan caranya masing-masing.