"Tuh kan, apa gue bilang. Lo sih pake nggak percaya sama gue."
"Lo bisa turunin volume suara lo nggak?" Ucap Barra jengah.
Prisil hanya mengedikkan bahunya. "Siapa suruh nggak percaya sama gue," ucap Prisil menyombongkan diri.
Sekarang, mereka berada di taman belakang sekolah. Barra menceritakan tentang Rania yang ternyata adalah Acha, sahabat kecilnya.
"Terus apa yang mau lo lakuin selanjutnya?" Tanya Prisil.
"Gue suka sama dia Sil, kayaknya gitu sih."
"Kesimpulan darimana lo, apa secepat itu?"
"Gue selalu mikirin dia setelah kita pisah. Dan saat tau dia juga pindah kesini, gue penasaran banget dan saat gue udah tau dia, gue pengen terus sama dia. Gue nggak mau kehilangan dia lagi."
Prisil menghembuskan napasnya. "Tapi dia kayak deket sama Arga," ucapnya tak bersemangat.
Barra menaikkan sebelah alisnya. "Lo cemburu?" tanyanya menggoda.
"Lo tau kan kalo gue suka sama Arga."
Barra tahu jika Arga hanyalah sepupu Rania, dan Barra ingin sekali mengerjai sahabatnya ini agar dia bisa lebih menunjukkan perasaannya.
"Iya Sil, mereka deket banget tau, apalagi pas lo nggak masuk." Prisil memajukan mulutnya mendengarkan penuturan Barra. "Terus ya Sil, kemarin waktu gue ngambil flashdisk ke rumahnya Rania, Arga ada disana," tambah Barra memanas-manasi Prisil.
Prisil membulatkan matanya. "Seriusan? Ngapain dia main kesana?" tanya Prisil heboh.
Barra mengedikkan bahunya. "Nggak tau sih, katanya cuma main."
"Lo nggak cemburu gitu?" tanya Prisil.
Dan Barra diam, tak bisa menjawab. Waktu itu sebenarnya dia cemburu, tetapi saat Rania mengatakan yang sebenarnya dia jadi bisa mengerti.
Barra menggeleng. "Gue nggak cemburu, karena gue tau Rania nggak suka sama Arga."
Prisil memukul lengan Barra. "Terus maksud lo, Arga suka gitu sama Rania?"
"Bisa jadi." Jawab Barra singkat.
"Terus nasib gue gimana?"
"Lo sih, tunjukin kek sekali-kali kalo lo suka sama Arga. Kasi dia perhatian atau apa kek gitu."
"Ahh... nyebelin."
Barra hanya terkekeh melihat sahabatnya itu kesal.
﹏﹏
Barra menghampiri kelas Prisil. Sahabatnya itu meminta untuk menghampirinya di kelas.
Prisil keluar dari kelasnya membawa kantong plastik berisi entahlah.
"Itu apa?" Tanya Barra, matanya menyorot kepada kantong plastik yang berada di genggaman Prisil
Prisil mengikuti arah pandang Barra dan menaikkan kantong plastik itu. "Oleh-oleh.
Kita ke kelas Rania ya. Gue mau ngasi oleh-oleh buat dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Barrania (Completed)
Teen FictionAda kalanya orang yang lama berpisah di pertemukan kembali dengan caranya masing-masing.