33. Makan Malam

5.5K 291 0
                                    

Aku tak ingin kehilanganmu seperti beberapa tahun lalu, aku ingin tetap menjagamu, selalu ada di sampingmu, sampai kapanpun.

🌼🌼🌼

Belakangan ini, kepala Rania di penuhi oleh Barra, Barra, dan Barra. Barra bukanlah sahabat kecil yang lama diimpikannya. Ekspektasi Rania ketika dia mengetahui sahabat kecilnya, dia dan Apin akan kembali seperti beberapa tahun lalu, selalu ada satu sama lain. Tetapi, kenapa jadi seperti ini? Kenapa Barra? Dan kenapa dia merasa tak nyaman mengetahui ini semua? Apakah karena dia menyukai Barra?

Ini sungguh sulit. Sangat sulit untuk membangun lagi persahabatannya yang lama terputus dengan Apin. Terlebih lagi, Rania memiliki perasaan lebih kepada sahabat kecilnya itu.

Satu hal lagi yang terpikir di kepalanya sejak kejadian di kantin beberapa waktu lalu. Siapa sebenarnya Diana? Apakah dia sudah lama mengenal Barra? Atau apakah mereka pernah terikat cinta di masa lalu? Memikirkannya, membuatnya semakin pusing.
Suara ketukan pintu kamarnya, membuat Rania segera beranjak dari kasurnya. Dia segera membuka pintu kamarnya untuk melihat orang yang mengetuk pintu kamarnya.

"Ada apa Bun? Biasanya teriak-teriak? Tumben banget ngetuk pintu secara halus," ucap Rania setelah melihat si pengetuk pintu ternyata adalah Ratna, bundanya.

"Malu lah ada tamu teriak-teriak," ujar Ratna memberi alasan.

"Siapa emang tamunya?" tanya Rania penasaran.

"Malem ini kan ada makan malem di sini sama Tante Dita dan keluarga. Tante Sarah juga ada di bawah sama Arga," beritahu Ratna.

Rania langsung membulatkan matanya mendengar penuturan bundanya. "Bunda kok nggak bilang sama aku sih? Ihhhh...," ucap Rania dengan wajah cemberut.

"Sengaja bunda nggak kasi tau, biar surprise," ucap Ratna enteng.

Bisa-bisanya Ratna berkata enteng seperti itu, Rania sangat belum siap. Jantung Rania mendadak berdegup. Apakah Barra ikut?

"Ada Apin juga di bawah," beritahu Ratna yang membuat Rania menelan ludahnya.

Dengan lemas, ia kembali ke kasurnya, rasanya ia tak sanggup untuk turun ke bawah dan bergabung dengan mereka.

"Bunda kenapa sih nggak bilang dulu? Ngapain juga ngundang-ngundang orang buat makan malem di sini," protes Rania. Dia benar-benar lemas. Kenyataan apalagi yang dia hadapi sekarang?

Ratna masuk ke dalam kamar Rania dan ikut duduk di bibir kasur. "Kok kamu ngomong gitu sih? Bunda sengaja. Nanti kamu kabur dari rumah kalo kamu tau. Bunda ngundang mereka karena sekarang hari jadi pernikahan bunda sama ayah kamu. Kamu turun ya," mohon Ratna kepada Rania.

Rania mendengus. Dia sebenarnya belum siap, tapi mengingat sekarang adalah hari jadi pernikahan ayah dengan bundanya jadi Rania harus menyenangkan kedua orangtuanya. Dia harus memberanikan diri.

"Aku ganti baju dulu," ujar Rania lemah.

Ratna tersenyum. "Yaudah, bunda tunggu di bawah."

Ratna keluar dari kamar Rania lantas menutup pintu kamar.

Rania masih diam duduk di kasurnya. Dia dengan lemas berjalan ke arah lemari dan mencari baju yang sekiranya sopan. Dia mengambil asal baju dan celana lengan panjangnya. Hanya makan malam, tak perlu berlebihan.

Dia dengan segera mengganti bajunya. Setelah itu, dia lantas keluar kamar dan turun ke lantai bawah. Dia dengan ragu melangkahkan kakinya menuju ruang tamu, sepertinya mereka di sana.

Rania jelas mendengar suara tawa dari arah ruang tamu. Mereka mungkin sedang berbincang-bincang.

Rania mengintip dari balik tembok. Rania menelan ludahnya melihat pemandangan di depan matanya. Barra benar-benar  ada di sana, bayangkan! Rania memejamkan matanya. Antara siap dan tidak siap. Tidak terlalu banyak orang disana. Hanya ada kedua orangtua Barra dan Barra sendiri, ada juga Tante Sarah dengan Arga. Hanya itu. Mungkin Ratna dan Haris tak ingin mengundang terlalu banyak orang karena hanya kedua keluarga itu yang paling dekat dengan keluarganya. Tidak mungkin kan orangtua Rania mengundang Kakek dan neneknya yang berada di luar daerah.

Barrania (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang