"Orang itu dekat banget sama gue saat ini. Jaraknya cuma beberapa centi dari gue."
Dengan perkataannya itu, Prisil secara tak langsung mengungkapkan perasaannya kepada Arga.
Arga yang mendengar Prisil berkata demikian membisu, tak dapat menjawab apa-apa lagi. Apa yang dimaksud Prisil itu dirinya?
Prisil sangat malu dengan apa yang dikatakannya, dia ingin segera pergi dari tempat itu. Dia sungguh tak sadar sudah mengungkapkan perasaannya kepada Arga. Dia sangat malu, sungguh sungguh sangat malu.
Prisil bangkit dari duduknya, ingin segera pergi dari tempat itu. Dia tak mungkin bisa berlama-lama dengan Arga dalam kondisi seperti ini.
Saat dia ingin meninggalkan tempat itu. Arga menahan pergelangan tanganya. Prisil tak berani menatap wajah Arga.
"Apa maksud perkataan lo tadi? Apa yang lo maksud itu... gue?" tanyanya ragu.
Prisil menatap Arga sekilas, ada ekspresi ingin tahu dari wajahnya.
"Eemmm...." Prisil gugup bukan main.
"Jawab gue Sil," desak Arga.
"Asal lo tahu Sil, gue suka sama lo."
Prisil menatap Arga. Wajahnya tampak serius. Prisil tak bisa berkata-kata lagi. Apa yang Arga katakan tadi? Apa benar? Dia tak salah dengar?"L-lo?"
"Iya, jujur. Lo pacaran sama Barra buat gue sakit. Tolong Sil, jawab jujur. Lo suka juga sama gue, kan?" tanyanya dengan wajah berharap kepada Prisil.
Prisil ingin menjawab bahwa dia juga menyukai Arga, sangat ingin menjawab seperti itu. Tetapi, bibirnya kelu.
"Atau lo masih suka sama Barra?" lirih Arga.
Arga menghembuskan napasnya. "Gue nggak tau kenapa gue berani terus terang sama lo sekarang, seharusnya dari dulu aja gue ngungkapin ke lo. Tapi asal lo tau, itu susah banget. Apalagi setelah tau kalo lo sama Barra pacaran, gue nggak mau ganggu kalian."
"Gue sama Barra nggak pacaran." Prisil membantah ucapan Arga.
Arga mengernyit. "Nggak mungkin lah, itu udah jelas banget Sil."
Prisil menghembuskan napasnya, dia kembali duduk di samping Arga.
"Jujur, gue sama Barra nggak pernah pacaran."
"Terus apa namanya selama ini? Lo keliatan deket banget sama dia."
"I... itu, apasih. Gue sama Barra cuma...." Prisil menjeda ucapannya, "gue sama dia cuma pura-pura pacaran," ucapnya pelan.
Arga mengernyit. "Pura-pura?"
Prisil menganggukkan kepalanya lemas.
"Alasannya apa?"
Prisil menghembuskan napasnya. "Gue... gue mau liat, lo cemburu atau nggak. Emang, nggak masuk akal banget, gue mikir pendek waktu itu."
Arga menghela napasnya. "Harus ya buat gue sakit dengan begitu? Lo tau, gue berusaha sekuat tenaga buat biasa aja di depan kalian, yang katanya cuma PURA-PURA pacaran." Arga sengaja menekankan kata pura-pura pada Prisil.
"Maaf Ga, gue benar-benar nggak tau mau nunjukin perasaan gue dengan gimana lagi," ucap Prisil sambil menundukkan kepalanya. Dia sekarang sudah bisa mengakui perasaannya secara langsung kepada Arga, begitupun Arga. Tapi, apakah Arga akan membencinya setelah dia mengatakan yang sejujurnya kepada Arga?
"Gue sebenernya kecewa sama lo, tapi gue nggak tau setiap ngeliat muka lo kekecewaan gue sirna. Gue kangen sama lo Sil, selama ini lo selalu sama Barra, gue takut dia juga punya perasaan ke lo," ucap Arga, dia menunjukkan kegelisahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barrania (Completed)
Teen FictionAda kalanya orang yang lama berpisah di pertemukan kembali dengan caranya masing-masing.