16. Sarapan

6.2K 362 5
                                    

Barra menarik lengan Rania hingga memasuki kantin. Rania yang bingung ingin bertanya. Tetapi sebelum itu Barra membuka mulutnya.

"Temenin gue makan," ucap Barra langsung.

Rania yang tak mengerti langsung mengernyitkan dahinya.

"Gue belum sempat sarapan." Barra mengangkat tangannya dan melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, "lagi bentar masuk sih. Tapi lo tenang aja."

Rania hanya mengangguk menurut. Kenapa Barra tak makan sendiri saja? Kenapa malah menyeret-nyeret Rania?

Barra memesan makanan, sementara Rania duduk di salah satu kursi disana. Kantin sudah mulai renggang, karena beberapa menit lagi bel masuk akan berbunyi.

Barra menghampiri Rania dengan sepiring nasi goreng dan sebotol air mineral.

"Lo udah sarapan kan?" tanya Barra.

Rania hanya mengangguk.

Terkadang dia merasa aneh dengan Barra. Saat chating, mereka akrab sekali. Tetapi saat bertemu langsung pasti sedikit canggung. Barra di dunia nyata sangat berbeda dengan Barra di dunia Maya
Akhir-akhir ini memang berbeda, tak tahu kenapa.

Barra mulai melahap nasi gorengnya sementara Rania hanya memandangi Barra dalam diam. Kalau dilihat-lihat, Barra memang ganteng sih.

"Lo ngapain liatin gue kayak gitu?"

Pertanyaan Barra tadi membuat Rania memalingkan pandangannya.

"Gue tau gue ganteng," ucapnya sebelum melahap satu sendok nasi goreng.

Pede banget.

Bel masuk berbunyi, Rania bangkit. Dia takut ketinggalan pelajaran. Tetapi, tangan Barra mencekal pergelangan tangan Rania.

"Temenin gue dulu. Lo tenang aja, entar gue izinin sama guru lo."

Rania hanya diam dan duduk kembali. Dia seperti orang bisu yang tak bisa bicara.

"Lo sariawan?"

Rania menggeleng.

"Kenapa daritadi diem aja?"

"Males ngomong," jawab Rania akhirnya.

Barra mengangguk dan kembali menyuap nasi gorengnya yang sedikit lagi akan habis.

"Kapan sih selesainya?" tanya Rania.

"Bentar lagi."

Akhirnya, Barra memasuki suapan terakhir.

Setelah mengunyah habis nasi gorengnya, Barra membuka air mineralnya dan meneguknya.

Lalu Barra berdiri, diikuti oleh Rania.

Barra lagi-lagi menarik pergelangan tangan Rania.

"Mau ngapain lagi sih kak?" tanya Rania karena terkejut dengan sikap Barra yang tiba-tiba.

"Jangan banyak tanya," jawab Barra seadanya.

Rania lagi-lagi harus mengikuti langkah Barra.

Barrania (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang