Barra dan Rania duduk berhadapan di bangku cafe. Barra memanggil pelayan cafe karena ingin memesan makanan dan minuman.
"Mbak..."
"Iya mas? Mau pesan apa?" Mbak pelayan itu datang ke meja tempat Barra dan Rania.
"Lo mau apa Ran?"
"Gue Strawberry milkshake aja deh," jawab Rania.
"Makannya?"
Rania menggeleng. "Gue nggak pesen makan."
"Yaudah deh. Strawberry milkshake satu sama capuccino ice-nya satu."
Pelayan itu menuliskan pesanan Barra dan Rania di note kecil.
"Terimakasih mas, mba, ditunggu."
Pelayan itu langsung pergi dari meja Barra dan Rania.
"Sebenernya ada apa sih kak, kakak ngajak ketemu?" tanya Rania penasaran.
Barra menghembuskan napasnya. "Besok kita udah nggak kerja bareng lagi. Jadi, sebagai ucapan terimakasih dan permintaan maaf gue, gue ngajak lo ketemu."
"Minta maaf?"
"Ya, gue minta maaf kalo selama ini lo nggak nyaman kerja sama gue," ucapnya. "Lo nggak terpaksa kan terima tawaran Prisil waktu itu?"
"Nggak kok kak, gue selama ini enak-enak aja sih kerja sama lo." Rania terdiam sejenak. Pertanyaan kedua dari Barra itu membuat Rania meneguk ludahnya. Apakah dia harus berkata jika itu adalah dare dari Anita? Mungkin jika dia berkata begitu, Barra akan langsung membencinya. "Kalo masalah terpaksa atau nggak, nggak sepenuhnya terpaksa sih. Gue punya alasan." Dan alasannya adalah, karena itu dare dari Anita. Anita tak sepenuhnya salah, karena Rania menikmati tugasnya sebagai sekretaris pengganti.
"Syukur kalo gitu." Barra tersenyum
Rania ikut tersenyum. "Kak Prisil udah nyampe Indonesia?" tanya Rania penasaran.
"Udah kemarin sabtu sore dia nyampe."
Rania mengangguk, sepertinya Barra sangat mengetahui tentang Prisil.
"Kakak tau banget ya tentang kak Prisil?"
Barra terkekeh. "Dia yang ngasi tau gue, gue juga sama dia sahabatan, jadi saling tau satu sama lain."
"Bisa gitu ya kak? Putus jadi sahabat deket lagi? Biasanya kalo mantan itu akan musuhan."
Karena perkataan Rania itu, Barra jadi berkeinginan memberi tahu Rania yang sebenarnya. Hubungannya dengan Prisil selama ini.
"Sebenernya gue sama Prisil nggak pacaran."
Rania membulatkan matanya. Yang benar saja?
"Seriusan? Tapi kata orang-orang kalian pacaran."
"Iya, memang semua tau kita pacaran. Tapi sebenernya, gue sama Prisil cuma pura-pura pacaran."
Rania semakin tak mengerti dengan semua ini. Apa benar? Tapi kenapa?
"Kok gitu? Jadi selama ini... kalian pura-pura? Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Barrania (Completed)
Teen FictionAda kalanya orang yang lama berpisah di pertemukan kembali dengan caranya masing-masing.