Acha duduk di kursi meja makan, mengamati bundanya yang sedang membuat kue.
"Bun, Acha bantu ya," tawar Rania.
Ratna menggeleng. "Nggak usah, tugas kamu nanti nganterin kue ini," tolak Ratna.
Rania mendengus. "Nggak asik ah bun, Rania kan pengen buat kue."
"Lain kali aja kamu buatnya, ini kue khusus."
"Untuk siapa sih?" tanya Rania penasaran. Tak biasanya bundanya memiliki pesanan kue.
Ratna memang menerima pesanan kue, tetapi hanya orang-orang dekat saja yang tahu, seperti para tetangga dan keluarganya. Ratna memang tidak memiliki toko kue khusus. Dia masih fokus terhadap pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga dan belum berminat untuk membangun usaha yang lebih besar.
"Untuk Tante Dita. Dia tadi mesen."
Rania mengangguk.
"Nanti kalo kamu nganterin kuenya, bilang aja nggak usah di bayar. Dia juga mesennya nggak terlalu banyak."
Rania mengangguk menurut.
Tapi sebentar. Jika dia mengantarkan kue itu ke rumah Tante Dita, bagaimana jika dia bertemu Apin? Rania mengela napasnya. Semoga saja tidak.
"Aku ke sana sendiri bun?"
"Emang kamu bisa naik motor?" tanya Ratna balik.
Rania menyengir lalu menggeleng.
"Nanti kamu pergi sama abang kamu," ucap Ratna.
Rania menghela napasnya, untung saja dia tak pergi sendiri.
"Ambilin bunda loyang yang ada di meja makan dong, Cha"
Rania mengangguk dan segera menuruti perintah bundanya."Nih." Rania menyerahkan beberapa loyang kepada Ratna.
"Satu aja cukup kali Cha."
"Bunda nggak bilang kalo ambilin cuma satu, ya aku bawa semuanya," Rania membela diri.
"Yaudah deh."
Ratna menuangkan adonan kue ke dalam loyang lalu memasukkan loyang itu ke dalan oven.
"Kamu ke kamar aja dulu, nanti pas kue-nya udah siap di anter, baru bunda panggil."
Rania mengangguk dan segera pergi dari dapur.
Rania segera menuju kamarnya di lantai atas, setelah dia sudah berada di kamarnya, dia merebahkan tubuhnya di kasur.
Dia memikirkan, bagaimana jika nanti dia bertemu dengan Apin?
Rania menghela napas. Dia harus siap jika nanti tiba-tiba bertemu dengan sahabat kecilnya itu. Dia tak tahu apa yang akan terjadi nanti, semuanya sudah ada yang mengatur, dia hanya perlu bersiap jika nanti tiba-tiba takdir mempertemukannya dengan sahabat kecilnya.
Di lain sisi, dia sangat ingin bertemu dengan Apin. Tetapi, di sisi lain juga dia belum siap untuk bertemu Apin. Sejujurnya, dia sangat rindu, sangat sangat rindu. Diam-diam dia berharap dia akan bertemu sahabat kecilnya itu nanti. Tapi dia bingung, dia juga merasa tak ingin bertemu. Dia sangat bimbang.
﹏﹏
"Lo aja bang yang ngasi ini." Rania menyerahkan kotak berisi kue yang harus di antarkan kepada Dita."Yang di suruh sama bunda itu lo, bukan gue."
Rania mendengus. "Sekali aja bang."
"Apa susahnya sih lo tinggal keluar dari mobil, mencet bel terus kasiin dah tu ke Tante Dita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Barrania (Completed)
Teen FictionAda kalanya orang yang lama berpisah di pertemukan kembali dengan caranya masing-masing.