Tinggal beberapa hari lagi Prisil akan kembali ke Indonesia. Itu artinya, sebentar lagi Rania akan melepaskan jabatan sekretaris sementara. Rania sebenarnya merasa tak rela melepaskan itu semua, entah apa yang membuatnya tak rela. Padahal pekerjaannya hanya duduk menatap layar laptop di ruang osis bersama Barra.
Stop! Apa tadi? Bersama siapa? Barra? Ah, sepertinya Barra semakin menarik di mata Rania. Apakah? Ah, sudahlah. Mungkin Rania hanya mengagumi Barra karena dia adalah ketua osis yang tegas dan berwibawa. Tapi yang tidak Rania sukai, dia suka seenaknya. Mungkin hanya dengan Rania dia bersikap seenaknya, entahlah.
Rania menatap serius layar laptopnya. Mungkin ini adalah pekerjaan terakhirnya sebelum Prisil kembali ke Indonesia.
"Butuh bantuan?" tawar Barra yang sedari tadi memang berada di sampingnya.
Rania menggeleng pelan dan tetap serius menatap layar laptopnya.
"Masih banyak?" tanya Barra lagi.
"Nggak kok, dikit lagi juga selesai," jawab Rania.
"Oke, gue keluar bentar ya?"
Rania mengangguk.
Barra keluar dari ruangan
tersebut, meninggalkan Rania yang mengerjakan pekerjaannya dengan khusyuk.Tak lama setelah Barra meninggalkan ruangan osis. Rania menyelesaikan pekerjaannya. Dia membereskan kertas-kertas yang berserakan di atas meja, lalu menutup laptopnya yang sudah dia matikan.
Rania ingin segera ke kantin, menghabiskan waktu makan bersama Anita. Sejak dia menjadi sekretaris pengganti, dia sangat jarang pergi ke kantin.
Tetapi, saat dia ingin keluar ruangan, Arga memasuki ruangan tersebut.
"Eh Rania, lo mau keluar?" tanya Arga yang dijawab anggukan oleh Rania.
"Sama siapa tadi didalem?" tanyanya lagi.
"Tadi sih sama Kak Barra, tapi dia keluar."
Arga mengangguk dan menggumamkan kata "oh" Panjang.
"Nggak ada niat temenin gue didalem?" tanya Arga.
Rania mendengus. "Paling lo mau curhat. Tapi maaf aja, gue lagi tidak membuka sesi curhat-curhatan," jawab Rania santai.
"Songong banget lo bocah."
Rania hanya memeletkan lidahnya.
"Yaudah, gue mau keluar dulu. Laper, pengen ke kantin."
Arga mengangguk.
Rania melambaikan sebelah tangannya. "Bye."
Arga melambaikan tangannya balik.
Rania keluar dari ruangan itu dan berjalan menuju kelasnya.
Kelasnya sepi, pasti penghuni kelas semuanya ke kantin.
Rania meletakkan laptopnya di tas biru dongkernya. Lalu, berjalan keluar kelas menuju kantin.
Saat tiba di kantin, Rania mengedarkan pandangannya ke seluruh bagian kantin, berharap menemukan Anita.
Akhirnya setelah menyapu bersih ruangan kantin itu, dia menemukan Anita sedang duduk sendiri di pojokan kantin. Rania pun menghampiri Anita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barrania (Completed)
Teen FictionAda kalanya orang yang lama berpisah di pertemukan kembali dengan caranya masing-masing.