Suasana caggung menyelimuti ruang osis dimana di sana terdapat Barra dan Rania, hanya berdua. Entah bagaimana Rania bisa terjebak di dalam ruang osis bersama Barra. Yang jelas, tadi ada seseorang yang menginformasikannya bahwa ada rapat dadakan di ruang osis, dan bodohnya, Rania mempercayai itu.
Kini, Rania tak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia benar-benar ingin pergi secepatnya, tetapi tak enak hati dengan Barra.
"Sebenernya, gue yang suruh orang tadi kasi tau ke lo kalo ada rapat dadakan," ucap Barra enteng, tanpa tahu orang di hadapannya mengumpatinya di dalam hati.
"Ada yang gue mau omongin sama lo," lanjut Barra.
Rania berdecak, dia bangkit dari duduknya, hendak pergi dari tempat itu.
"Rania, denger gue dulu."
Rania menoleh ke arah Barra. "Ntar pacar lo salah paham, gue nggak mau di bilang PHO."
Rania ingin segera pergi, tetapi Barra menahan lengannya.
"Lo kok ngomong gitu?" tanya Barra.
"Gue ngomong fakta, kan? Udah deh, sebelum Kak Diana salah paham." Rania berusaha melepaskan cekalan tangan Barra.
"Kayaknya, lo deh yang salah paham?"
Rania berdecak. "Lepasin tangan gue, ntar orang ngira macem-macem lagi." Rania berusaha dengan sekuat tenaga melepas cekalan tangan Barra, tetapi Barra semakin kuat mencekalnya.
"Lo cemburu ya sama Diana?" tanya Barra serius yang membuat pipi Rania memerah menahan malu.
"Ngapain gue cemburu? Hak gue apa? Gue cuma nggak mau ngerusak hubungan kalian." Rania menjauhkan wajahnya dari penglihatan Barra.
"Yakin? Sayangnya gue nggak percaya. Jawab jujur, lo cemburu, kan?"
Rania memejamkan matanya sejenak.
"Ngaco lo," sentak Rania. "Lepasin tangan gue, kita cuma berdua di sini."
"Terus?" tanya Barra tak acuh.
"Lo nggak pernah belajar agama? Kalo cewek sama cowok berduaan di tempat sepi yang ketiganya itu setan!"
"Kayak dulu lo nggak pernah berduaan sama gue disini aja."
"T-tapi kan, it-u konteksnya beda," ucap Rania terbata.
"Sama aja."
"Gue mau ke kelas," rengek Rania.
"Jawab dulu pertanyaan gue."
"Isshh, udah gue bilang gue nggak cemburu.""Terus kenapa lo menjauh?"
Rania berdecak, "udah gue bilang kan, gue nggak mau di bilang PHO."
"Gue nggak percaya. Jujur sama gue."
"Gue udah jujur," ungkap Rania malu-malu.
"Cha,"
"Jangan panggil gue kayak gitu!" tegas Rania.
"Kenapa?"
"Berat."
"Lo nggak kuat dengernya? Tapi biarin gue panggil lo Acha."
"Jangan! Pacar lo marah ntar, gue mau pergi."
"Cha, lo salah paham," ucap Barra halus.
"Lepasin nggak!"
"Dengerin gue dulu Cha!"
"Jangan panggil gue Acha!" sentak Rania.
"Cha, gue nggak pacaran sama Diana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Barrania (Completed)
Teen FictionAda kalanya orang yang lama berpisah di pertemukan kembali dengan caranya masing-masing.