Seperti biasa, suasana kantin sekolah pada saat jam istirahat sangat padat. Beruntung Rania dan Anita cepat ke kantin dan mendapatkan meja.
Meja dengan empat kursi di pojok ruangan menjadi satu-satunya yang tersisa. Rania meletakkan makanan yang sudah dibelinya diatas meja. Berhubung dia belum sarapan di rumah, jadilah dia membeli bakso.
Sementara menunggu Anita yang sedang membeli minum, Rania membaca novel yang dibawa Anita.
Sebenarnya Rania tidak terlalu suka membaca novel. Tetapi daripada dia bosan menunggu Anita balik, dia jadi terpaksa membaca novel milik Anita.
"Lo Rania kan?"
Suara itu membuat Rania mengalihkan pandangannya dari novel yang dia baca. Dia mendapati Shirly dan Wenda berada di dekat mejanya.
Mereka tetap sama seperti saat pertama kali Rania bertemu di toilet perempuan. Tetapi bedanya, sekarang rambut keduanya di cat pada bagian bawah dengan warna terang, sehingga terlihat sangat mencolok. Mereka juga memakai lipstick berwarna merah sangat tebal, tidak cocok untuk anak seumuran mereka.
Rania mengangguk atas pertanyaan yang dilontarkan salah satu dari mereka. Rania tak tahu pasti siapa yang menanyainya tadi.
"Kemarin lo pulang sama Barra?" tanya Shirly.
Rania ragu untuk menjawab. Apakah Shirly akan melabraknya? Seperti yang diketahui Shirly menyukai Barra. Bukan tidak mungkin dia melabrak Rania, orang-orang model Shirly mungkin akan melakukannya.
Rania diam, tak ingin menjawab. Hingga tak lama, datang Anita membawa dua botol air mineral. Dia memandangi Rania, Shirly, dan Wenda heran. Apa yang terjadi? Shirly memandang Rania dengan pandangan tidak bersahabat.
"Gue nanya lo, lo jawab kek," ucap Shirly lagi, sementara Wenda hanya mengamati sembari melipat kedua tangannya dibawah dada.
"Iya, kenapa emang?" jawab Rania.
"Lo pokoknya nggak boleh lagi deket-deket sama Barra!" tegas Shirly.
"Kenapa nggak boleh? Dia bakal jadi sekretaris gantiin gue seminggu besok," tiba-tiba saja Prisil datang ke meja Rania.
"Eh lo, diam aja. Ini urusan gue sama dia," ucap Shirly kepada Prisil.
"Lo nggak capek apa keluar masuk BK? Lo jangan suka ngelabrak adik kelas. Mereka nggak salah!" tegas Prisil.
"Siapa lo? Sok-sokan nasihatin gue. Lo benerin diri lo dulu sana baru nasihatin orang!"
"Emang kenapa kalo gue pulang sama Kak Barra? Emang kak Barra siapa lo sampe lo ngelarang-larang gue?" lawan Rania.
"Lo baru kelas sepuluh udah berani."
"Emang lo perlu buat gue takutin? Emang lo siapa? Emang lo punya hak apa ngelarang gue pulang sama kak Barra? Kak Barranya aja nggak masalah, kenapa jadi lo yang masalah?" tanya Rania sinis.
"Namanya aja orang sok Ran. Dia aja nggak pernah diliat sama Barra," ucap Prisil nimbrung.
Anita hanya diam, tak ingin ikut-ikutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barrania (Completed)
Teen FictionAda kalanya orang yang lama berpisah di pertemukan kembali dengan caranya masing-masing.