Rania merebahkan tubuhnya diatas kasurnya yang empuk. Sungguh sebuah kenikmatan baginya berada diatas kasur itu setelah seharian berada di sekolah.
Pintu kamarnya terbuka, menampilkan Ratna berdiri di sana sambil memegang gagang pintu.
"Bunda ngapain?" tanya Rania.
Ratna menghampiri putrinya itu dan duduk di pinggiran kasur.
"Cha...," panggil Ratna.
"Ada apa?"
"Tadi bunda ketemu sama tante Dita di supermarket" ucap Ratna pelan.
Tante Dita? Bukankan itu Mama dari sahabat kecilnya?
"Mamanya Apin?"
Ratna mengangguk.
"Terus?" tanya Rania, dia harap-harap cemas, pasalnya dia sudah tak bertemu sahabat kecilnya itu kurang lebih delapan tahun.
"Tante Dita ngundang kita buat makan malam samaan di rumahnya."
Rania membulatkan matanya. Sungguh, dia sangat merindukan sahabat kecilnya itu. Tetapi dia belum siap untuk bertemu. Apakah Apin masih mengingatnya? Atau malah melupakannya? Apakah Apin memikirkannya seperti dia yang selalu memikirkan sahabat kecilnya itu? Atau Apin sama sekali tak pernah memikirkannya, lupa sama sekali dengannya? Dia tak tahu bagaimana Apin sekarang. Bagaimana wajahnya, siapa sahabatnya, atau apa yang sering dikerjakan olehnya sekarang. Rania ingin bertemu Apin, sangat ingin. Dia ingin menanyakan pertanyaan yang belum sempat dia tanyakan. Apa kesalahannya sampai Apin tega meninggalkannya tanpa memberitahunya terlebih dahulu? Apakah Rania mempunyai kesalahan yang tidak bisa dimaafkan?
Rania tak tahu sama sekali kenapa Apin meninggalkannya tanpa memberitahunya. Apa yang diketahui anak kecil berusia 7 tahun saat itu?
"Kita semua, Bun?"
Ratna mengangguk seraya tersenyum.
"Kapan?" tanya Rania, seharusnya dia antusias. Tapi, dia belum siap.
"Malam minggu."
Rania tersenyum "semoga Acha bisa ikut ya bun."
Ratna mengelus rambut putrinya lembut. "Iya sayang." Ratna bangkit dari posisinya. "Bunda tau kamu rindu sama Apin."
Rania tersenyum masam. Memang benar, sangat merindukan malah.
"Yaudah, bunda keluar dulu."
Rania mengangguk seraya tersenyum.
Ratna keluar dari kamar putrinya dan menutup pintu kamar itu.
Rania menghembuskan napasnya. Akankah dia ikut ke acara makan malam itu? Dia belum siap bertemu Apin.
Rania turun dari kasurnya. Dia berjalan menuju meja belajarnya dan mengambil kotak berukuran sedang.
Dia membuka kotak itu dan mengambil foto yang sudah dibingkai. Fotonya bersama sahabat kecilnya sedang bermain ayunan. Dia rindu masa-masa itu. Bisakah dia memutar waktu? Dia sangat ingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barrania (Completed)
Teen FictionAda kalanya orang yang lama berpisah di pertemukan kembali dengan caranya masing-masing.