14. Dia Acha

7.3K 419 14
                                    

Akhir-akhir ini, Barra selalu memikirkan Acha. Sudah beberapa hari ini dia mencari keberadaan Acha, sahabat kecilnya tetapi tak kunjung juga dia temukan. Dia sangat penasaran siapa sebenarnya sahabat kecilnya itu.

Dia sudah mencari adik kelas yang bernama panggilan 'Acha' tetapi tak ada satupun yang memiliki karakteristik seperti sahabat kecilnya itu.

Barra semakin pusing. Apakah Rania?

Barra menggeleng. Dia tak tahu lagi. Dia ingin membuktikan apakah Rania itu Acha tetapi bagaimana caranya?

Barra mengacak rambutnya.

Apa dia harus menanyakan langsung 'nama kecil lo Acha ya?' Kan itu gila. Langsung bertanya seperti itu.

Atau dia bisa bertanya 'lo punya sahabat kecil nggak?' Apakah itu pertanyaan Bagus? Ya, bisa saja dia menanyakan itu kepada Rania. Tapi, apakah Rania mau terbuka? Dia tak yakin dengan itu.

Barra menghela napasnya, tak tahu dengan apa yang akan dia lakukan selanjutnya.
Suara ketukan ruang osis menyadarkan Barra dari lamunan. Dilihatnya ke arah pintu, Rania sudah berdiri disana.


"Jadi kan kak?" tanya Rania.

Barra mengangguk, dia menggeser duduknya menyisakan tempat untuk Rania.

"Lo nggak dimarah kan pulang telat?" tanya Barra.

Rania menggeleng, "nggak kok, gue udah telfon bunda tadi," jelasnya.

Bunda? Itukan panggilan Acha kepada ibunya juga. Tapi, banyak juga kan orang yang memanggil bunda?

Rania membuka tasnya dan mengeluarkan laptopnya dari dalam tas dan meletakkannya di atas meja.

Barra memperhatikan Rania dari tempatnya duduk. Kini, Rania sedang mengambil sesuatu dari saku roknya. Ponsel. Sepertinya, ada yang menelponnya.

Rania mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Hallo."

"..."

"Gue masih ada kerjaan."

"..."

Rania berdecak, "yaudah deh nanti gue pake ojek atau apapun yang lewat depan sekolah gue"

"..."

"Ya mau gimana lagi? Lagian lo ada acara apaansih?"

"..."

"Serah lo deh, gue bisa pulang sendiri. Gue masih ada tugas disini"

"..."

"Serah"

"..."

"Yaudah deh, wa'alaikumsalam"

Dari perbincangan Rania dengan si penelpon. Sepertinya, Rania tak bisa dijemput.

Rania meletakkan ponselnya diatas meja. Ponselnya masih menyala sehingga masih memperlihatkan lockscreen-nya.

Barrania (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang