29. Ternyata...

5.6K 304 9
                                    

"Jadi lo ketemu sama sahabat kecil lo?"

Rania menggeleng lemah.

Anita mendengus. "Gue lama-lama greget deh sama kisah persahabatan lo sama si sahabat kecil lo itu. Kalian kapan ketemunya?" ucap Anita berapi-api.

Rania baru saja menceritakan kepada Anita bahwa kemarin dia ke rumah sahabat kecilnya untuk mengantarkan kue. Anita merasa Rania terlalu berlebihan karena belum siap bertemu sahabat kecilnya. Untuk apa coba belum siap? Kalo ingin ketemu ya ketemu saja, susah sekali.

"Lo pengen nggak ketemu sama dia?" tanya Anita.

Rania mengangguk semangat, "Pengen banget malah."

"Lo belum sama sekali ngeliat mukanya selama beberapa tahun terakhir?"

Rania mengangguk.

"Lo pengen ngeliat mukanya?"

Rania mengangguk lagi.

"Nanti kalo misalnya lo ngeliat muka sahabat kecil lo, terus dia lebih ganteng dari Kak Barra, gimana?"

"Kok jadi ke Kak Barra sih?" Rania mencibir.

"Lo kan suka sama kak Barra," ucap Anita santai.

Rania membesarkan bola matanya. "Siapa yang bilang?"
"Keliatan."

Rania mendengus. Apa sekentara itu di mata Anita?

"Kalo misalnya si Apin itu lebih ganteng dari Kak Barra gimana?" tanya Anita.

Rania mendengus. "Kalo Apin masih inget gue. Kalo enggak?"

Anita menghela napas, "Susah juga ya."

"Eee tapi bentar," Anita menghadap ke Rania, "lo tau kan alamatnya sahabat kecil lo itu?"

Rania mengangguk.

"Gimana kalo kita ke sana?" usul Anita.

Rania menghadap Anita. "Gila lo ah, ntar Apin tau lagi."

Anita mendecak. "Lo pengen kan ngeliat muka sahabat lo?"
"Iya lah," jawab Rania singkat.
"Ya makanya cuma dengan cara itu."

Rania berdecak. "Gue belum siep ketemu dia," tolak Rania.

"Kita sembunyi, Ran. Kan lo pengen banget tuh ngeliat mukanya, tapi lo belum siep. Yaudah, kita ngeliat dari jarak jauh aja. Susah banget lo."

Rania menggerakkan,telunjuknya ke udara. "Gue setuju, tapi lo mau kan temenin gue?" Rania mengarahkan telunjuknya ke depan wajah Anita.

"Iya, tenang aja," ucap Anita santai.

Rania tersenyum girang. "Kapan?"

"Ntar pulang sekolah gimana? Siapa tau kan dia pulang sekolah juga waktu itu," usul Anita.

"Tapi nanti kalo dia pulangnya lebih cepet dari kita gimana?"

"Tunggu dia keluar rumah, gue punya trik."

Rania tersenyum. "Oke."

﹏﹏

Tak sabarnya Rania melihat wajah sahabat kecilnya. Rasanya, ia ingin bel pulang cepat berbunyi.

"Rania!" Seseorang memanggil namanya dari arah belakang.

Rania menoleh ke belakang. Orang itu kini sudah mendekat ke arahnya, Rania membalikkan badan.

"Ada apa kak?" tanya Rania setelah orang itu berada tepat di hadapan Rania.

"Pulang sekolah nanti lo pulang sama gue, disuruh bunda lo."

Barrania (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang