[1]

14.9K 491 14
                                    

LEAVE YOUR VOTE AND COMMENT----

Hari ini aku sudah pulang dari tempat dimana aku bekerja, selain seorang pianist yang mengiringi band atau penyanyi tampil, aku juga bekerja disalah satu sekolah musik. Pekerjaanku adalah pekerjaan yang menyenangkan, banyak sekali hal baru yang aku temukan disana. Suasana baru, teman baru, pengalaman baru dan teman kencan yang sudah delapan bulan ini aku jalani.

Awalnya aku pikir hubunganku dengan Harry tak akan bertahan lama mengingat kami bertemu dikencan buta yang teman-nya rencanakan. hingga aku menyadari, setiap waktu yang aku habiskan bersamanya sungguh membuatku bahagia dan tak ingin terpisahkan, dan akupun berharap ia juga memiliki perasaan yang sama sepertiku.

Aku duduk dikursi kayu dengan ditemani dua buah donat dan juga secangkir kopi, London malam ini nampak jauh lebih dingin ditambah gerimis yang sedari tadi turun, aku memainkan ponselku dan sesekali menoleh kearah pintu masuk kedai. Malam ini pengunjung kedai nampak ramai diisi beberapa orang yang sedang mencoba menghangatkan tubuhnya.

Aku hampir saja mati kebosanan ketika seseorang datang, ia Jeff—manager Harry. Ia menggerakkan jari telunjuk serta jari tengahnya padaku---mengintruksikan untuk aku mengikutinya, aku berdiri dari kursi dimana tadi aku menunggu dan mengeluarkan beberapa lembaran uang poundsterling untuk membayar makanan yang belum aku sentuh, aku berjalan menjauh dari kursiku dan berlalu keluar dari kedai.

“ayo” Jeff membuka-kanku pintu dan aku bergumam mengucapkan terimakasih.

Didalam mobil tak ada seorangpun selain tentunya aku dan Jeff, “bagaimana untuk hari ini?” aku bersuara tak kala Jeff sudah melajukan mobilnya menjauhi kedai.

“seperti biasa tetap ramai jika Harry yang mengisi, kekasihmu itu kan punya daya tarik yang kuat” Jeff tertawa dan aku bingung harus menjawab apa, sejujurnya aku bisa saja meluangkan waktu kerjaku dan datang ketempat show Harry namun Harry selalu menolaknya dan menyuruhku untuk menontonnya lewat televisi.

“baguslah” jawabku pelan sambil mengalihkan pandanganku dari wajah Jeff ke jalanan kota London.

Jeff memarkirkan mobilnya tepat didepan rumah besar Harry yang bercat putih dan itu memudahkanku untuk turun dan terhidar dari rintikkan hujan.

Aku masuk kedalam dan membuka jaketku dan menggantungkannya pada hanger disisi tembok, aku berjalan masuk dan mataku melihat Harry yang baru saja keluar dari kamarnya, ia tersenyum dan dua kubangan kecil dikedua pipinya bermunculan “kau sudah datang?”

“seperti yang kau lihat” ia meraih tubuhku dan aku membalas pelukkannya, menghirup aroma tubuhnya---aku akan selalu menyukai wangi tubuhnya.

“sudah makan?” tanya Harry dan aku menggeleng.

“ayo makan, ibuku memasak sesuatu” ia meraih tanganku dan akupun tak bisa berpaling dari genggaman tangan kami yang menyatu---sungguh pas, dan nyaman. Aku bisa seharian ingin digenggam seperti ini.

“mom” Harry bersuara, pun. Mom Anne yang sudah aku kenal menoleh dan menghampiriku.

“kau sudah datang, aku menunggumu--ayo duduk” ia meraih bahuku dan menyuruhku duduk disamping Harry.

Aku terdiam dan mengamati mom Anne yang sedang tertawa bersama Robin---suaminya, sementara Harry sedang bercanda melemparkan lelucon bersama kakak perempuannya---Gemma.

(Emmmm)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Emmmm)

“Lex, tolong kuncirkan rambutku” kata Harry dengan manja sambil memberikanku sebuah ikat rambut berwarna hitam, aku ingat ini adalah ikat rambut milikku yang sudah lama Harry pinta ketika aku menginap disini---dulu ketika Harry berambut panjang rambutnya mudah untuk diikat, tapi karena sekarang rambut Harry jauh lebih pendek ini cukup sulit untuk diikat, sehingga aku hanya mengikat rambutnya bagian depannya saja.

“sudah” kataku. “terimakasih lovely” ia memajukan tubuhnya dan mencium pipiku cepat, Mom Anne menahan tawa dan matanya menatapku geli.

Acara makan malam selesai dan sekarang giliran aku dan Gemma yang membersihkan semua piring-piring kotor “kau akan datang ke show Harry?” Gemma bersuara ketika aku tetap diam sambil membilas satu persatu piring.

The Garage?” Gemma hanya mengangguk “aku tak tahu jika Harry mengizinkanya, aku akan datang”

“aku aneh dengannya kenapa kalian menutup ini rapat-rapat, kalian sudah delapan bulan bersama” aku menaruh piring cucian yang terakhir pada tempatnya kemudian melepaskan sarung tangan.

“tak apa, aku menghargai privasi Harry”

“bukan begitu, aku saja yang bukan artis suka sebal pada pacarku kalau dia tak memperkenalkanku pada teman-temannya dan kau, kau sungguh sabar ya” Gemma tersenyum dan aku hanya terdiam menanggapinya.

Bukannya aku tak mau untuk menunjukkan diriku dihadapan orang-orang banyak, namun ini akan menjadi boomerang untuk diriku sendiri ketika aku mengumbarkan seluruh kisahku bersama Harry, aku tak ingin orang-orang terlau fokus nantinya pada kisah asmara Harry dibandingkan dengan musiknya.

Aku berjalan meninggalkan dapur dan berlalu masuk kedalam kamar Harry, dan aku bisa melihat dirinya yang sedang duduk didepan balkon sambil memangku bukunya.

“kau sedang membaca sesuatu?” aku menghampirinya.

Ia menoleh dan melemparkan senyumannya---kunciran yang berada dikepalanya masih ada dan aku tersenyum melihat itu.

“sebuah novel” jawabnya.

Aku mengangguk kemudian duduk dihadapannya “besok Show-mu?” aku membuka obrolan, dan sejujurnya aku hanya ingin tahu apakah Harry mengizinkanku datang atau tidak.

“iyah, kau akan datang?” apakah aku sedang dalam mimpi---Harry menawariku untuk datang?

“kau mengizinkanku?” tanyaku tak pecaya.

“memangnya kenapa, kau bisa datang dengan temanmu aku akan memberikanku dua tiket”

“apa yang harus aku katakan pada temanku ketika datang kesana, kau kan tahu tidak ada seorangpun yang tahu hubungan kita selain keluargamu dan team-mu”

“katakan saja, kau membeli tiketnya dan tertarik pada album-ku” ia kembali tertawa dan aku ingin memutar mataku.

“aku akan mencari alasan lain”

“kenapa, kau tak menyukai albumku. Padahal aku sudah menjadi pacar yang romantis lho membuatkanmu lagu” aku tertawa dan Harry malah cemberut.

“aku menyukai kau membuat lagu untukku” ia bangkit dari duduknya kemudian menyimpan buku yang sedari tadi ia baca. Ia berjalan menghampiriku dan duduk diatas pangkuanku.

“apa yang sedang kau lakukan?” seperti inilah gaya pacaran kami, terkadang aku lebih banyak bersikap layaknya seorang pria dan Harry yang manja seperti seorang gadis.

“kau tahu betapa aku mencintaimu?” tanyanya menatap mata biruku.

“aku tahu itu, tapi kumohon bangkitlah, kau berat” Harry tertawa kemudian menggesekkan hidungnya pada hidung milikku.

“Lexie Lexie Lexie..” entah apa yang lucu Harry tetap tertawa.

----

Heyyyyyyy I'm back and hope u like this
All the love Wx❤

Touch Me Like You Never [Harry Styles] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang