Aku dan Harry memang tidak terlibat dalam sebuah obrolan yang hangat walaupun bisa dibilang Harry tinggal dirumahku, tidur sekasur denganku dan makan dari apa yang aku masakkan, dan juga ia mengantarku untuk berangkat kerja serta menjemputku, tapi kenyataannya adalah aku masih tetap mendiaminya, entah sampai kapan.
Setelah pulang dari studio Harry tak beranjak didepan laptopnya sambil menyeruput kopi yang aku buatkan, ia masih saja fokus pada apa yang dia kerjakan.
“kau jadi pergi dengan Lou (hairstylist/stylist)” aku meluruhkan seluruh ego-ku untuk dapat bertanya duluan pada Harry, dan aku tahu ia pasti merasa senang.
“aku juga ingin kau ikut denganku” pinta Harry, ia mematikan laptopnya kemudian menatapku yang sedang memangku Haxie.
“untuk apa aku ikut, kalau Lou ada disana” Haxie mengeong—sepertinya ia tak suka jika aku menolak permintaan dad-nya. Sialan apa yang baru saja aku katakan, aku menyebut Harry dengan sebutan ‘dad’
Harry tersenyum, sungguh lembut dan mampu melelehkan hatiku namun tidak dengan wajahku yang terus menatapnya dengan datar—dingin, because I’m trying to stay cool.
“kita shopping bersama, dan aku juga ingin kau memilih beberapa gaun untuk menemaniku diprimer Dunkirk nanti”
“aku banyak memiliki gaun Harry”
“tapi aku ingin membelikannya satu untukmu” paksa Harry, aku tak menjawab dan bangkit dari lantai dan membersihkan sisa makanan Haxie.
“beri aku waktu untuk bersiap” ucapku kemudian berlalu masuk kedalam kamar. Dan aku tahu Harry menyembunyikan senyuman kemenangannya.
Harry dan aku sudah siap, ia hanya menggunakan T-shirt hitam dibalut hoodie kuning, skinny jeans hitam dan sebuah kaca mata. Sedangkan aku, aku hanya menggunakan green metal dress serta sepasang high heels dan purse.
Selagi Harry mencoba satu persatu jas pilihanku, Lou dan dirinya sendiri. Pun aku dan Lou menunggunya dikursi yang disediakan distore dengan senyaman mungkin, “dia melakukan perubahan besar dalam kisah asmaranya” Lou membuka suaranya—kami baru saja berkenalan hari ini, tapi ia memiliki sifat yang mudah disukai dan dia juga nampak baik padaku.
“maksudmu...Harry?” aku menoleh dengan cepat.
“Ya, kekasihmu. Siapa lagi kalau bukan dia” Lou menatapku sebentar sebelum akhirnya kembali menatap Harry yang meminta pendapat, sejauh kami berbelanja, ini adalah toko ketiga setelah pertama kali menginjakkan kaki di Burberry store, Saint Laurent store dan berakhir disini, di Gucci store.
“memangnya apa yang berbeda, kau bisa berbagi itu. Jika kau tak keberatan” aku menarik nafas pelan dan menoleh ke-arah Harry sebentar, ia melemparkan senyuman padaku kemudian memainkan kaca mata yang sedang ia coba dengan menaik-turunkannya padaku.
“dia tidak pernah mau melakukan go public lagi, terakhir adalah Swift”
“kau salah, terakhir adalah Kendall” sela-ku.
“apakah aku percaya dengan drama yang televisi ceritakan?” dan aku menyeringit aneh sambil menggeleng.
“itu terlihat seperti kenyataan” balasku sekenanya.
“tapi kenyataannya adalah tidak benar, mereka tidak pernah berpacaran. Harry dibayar dan kedua pihak mendapatkan keuntungan (I’m sorry Hendall shiper)”
Aku mengangkat kedua tanganku tak percaya dan membuka mulutku “Harry orang kaya”
“kita adalah manusia biasa Lex, jika disodorkan uang dengan jumlah yang banyak kita pasti akan tunduk” Harry menghampiriku kemudian memberikan tiga potong jas padaku, aku hanya tersenyum kemudian ia kembali pergi untuk mencari sepatu—aku dibuat lelah menunggu olehnya, bagaimana tidak Harry sudah berlanja selama empat jam penuh dari tiga store dan sekarang belanjaan dia juga sudah memenuhi 20 paper bag.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Me Like You Never [Harry Styles] ✔
FanfictionCOMPLETED✔✔✔ [17+] Tak ada yang lebih baik dari sebuah hubungan selain saling mengakui satu sama lain, melemparkan tatapan kasih sayang dan sebuah pelukkan hangat ketika hujan turun. Namun sudah hampir delapan bulan seorang Superstar seperti Harry S...