“Dave, apapun yang ingin kau pikirkan, katakan saja” aku tahu keraguan yang ingin Dave sampaikan.
“katakan sejak kapan kau menggunakan narkoba?” aku menyadari bahwa aku menahan nafas ketika Dave terlalu jujur dengan pikirannya, sialan. Dave benar-benar seorang peramal. “jangan samakan aku dengan peramal, Lex. I just emm have some...another talent” Dave jelas tahu ekspresi terkejutku.
“emmm...” aku malu mengatakan ini, tapi Dave adalah lelaki yang bisa membantuku.
“kita harus saling jujur, aku akan membantumu” Dave menatap mataku—mungkin sekarang dia sedang membaca pikiranku kembali.
“aku baru saja menggunakan satu minggu, dari sebelum aku kecelakaan” aku jujur akhirnya.
“kau pemula? Dari mana kau mendapatkan itu?”
“pilahan langkahmu sangat cepat yah” aku berusaha jujur, dan aku merasa aku sedikit tak nyaman dengan ini.
“ini yang harus aku segera selesaikan, Lexie.” Dave pindah duduk menjadi disampingku. “aku ingin menolongmu, keluar dari zona itu” aku tak bisa memalingkah wajahku, dan akhirnya aku mengangguk sambil tertunduk.
“ini akan lebih mudah” kata Dave lalu tersenyum, ia mengangkat wajahku untuk menghadapnya lalu menatap mataku dalam.
“terimakasih Dave” kataku pelan.
“no thanks” ia tersenyum dan kerutan diwajahnya bermunculan, itu semua terlihat indah.
Dave membuka tas yang ia bawa, ia mengeluarkan dua botol obat cair, entahlah itu apa. Dia juga membawa beberapa suntikan.
“aku sedikit trauma melihat itu” aku bersuara.
Dave kembali menyimpan peralatannya, lalu kembali menatapku “kau belum menjawab pertanyaanku”
“pertanyaan yang mana?”
“pertanyaan, dari mana kau mendapatkan morphine?” ia menaikkan satu alisnya.
“aku mendapatkannya dari salah satu bar yang aku kunjungi”
“apakah kau masih mengingat berapa banyak yang kau gunakan?” Dave mengeluarkan beberapa perlengkapan seperti stetoschop, senter dan alat-alat medis yang lainnya.
“aku menggunakan 600mL dari seseorang yang memberikanku ketika di club, dan 200mL ketika di Nashville” aku menjulurkan tanganku agar Dave lebih mudah memeriksa tekanan darahku.
“itu takaran yang salah Lexie, kau seharusnya tahu. Penggunaan morphine untuk bersenang-senang hanya 100mL. Kau beruntung, kau tak kehilangan nafas atau tidak tertidur selama 1 bulan” Dave sudah memeriksa tekanan darahku, dan aku cukup kaget dengan apa yang Dave katakan.
Aku menempatkan diriku dalam ambang kematian.
“aku sudah berbicara dengan dr. Welch, kau mengenalnya kan?” dan aku hanya mengangguk, dr. Welch adalah dokter yang menanganiku selama koma.
“apa yang kalian bicarakan?” aku bertanya.
“tidurmu yang selama 7 hari”
“maksudmu, koma ku?” Dave meletakkan stetoschop didadaku dan aku menelan ludah beberapa kali, mengingat betapa canggungnya ini.
“efek samping dari morphine bisa saja kembali muncul, apalagi kau disuntikan kembali morphine ketika kau melakukan operasi. Koma-mu masih kami teliti, apakah efek dari morphine, atau memang kau hilang kesadaraan”
“tapi ini berbeda” aku berusaha mengingat-ingat. “ketika aku menyuntikan morphine ketubuhku. Aku benar-benar kehilangan kesadaran, tapi ketika kemarin-kemarin. Aku mendengar apapun yang dikatakan orang-orang yang berada disekitarku” Dave menyinari mataku dengan sebuah senter yang dia bawa.Dan itu cukup menyilaukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Me Like You Never [Harry Styles] ✔
FanficCOMPLETED✔✔✔ [17+] Tak ada yang lebih baik dari sebuah hubungan selain saling mengakui satu sama lain, melemparkan tatapan kasih sayang dan sebuah pelukkan hangat ketika hujan turun. Namun sudah hampir delapan bulan seorang Superstar seperti Harry S...