Dress untuk Lexie pesta di mulmed yoo😍😍
+
Aku mendengus beberapa kali dan kepalaku pusing, sekarang sudah pukul delapan malam dan aku masih belum tahu pakaian apa yang aku kenakan, aku tak mau terlihat jelek—aku tak mau memepermalukan Harry, meski malam ini ia tak ikut denganku, tapi aku tahu teman-teman Harry sudah tahu bahwa aku mengencaninya.
Aku bangkit dari kebingunganku dan kembali melangkah ke-arah Closet dan akhirnya aku memutuskan untuk menggunakan sebuah dress hijau army dengan belahan hingga mencapai paha-ku, persetan dengan pestanya--bahkan aku tak tahu jenis pesta apa yang digelar oleh Greg.
Tak ingin mempersulit, pun. Aku dengan segera mendandani wajahku dan tempat pukul delapan lebih tiga puluh, aku meninggalkan apartement dan pergi menggunakan sebuah taxi, sial aku harus segera membeli mobil.
Empat puluh menit berlalu dan akhirnya aku tiba juga di club yang Niall katakan, aku mengeluarkan sebuah kartu yang Niall berikan dan memberikan pada penjaga berwajah seram yang berdiri dengan tegak menjaga pintu masuk, mereka mengambil kartu yang aku sodorkan dan menatap wajahku dengan sangar “kau sudah 19 tahun?” mataku terbelak dan aku ingin tertawa.
“aku sudah 21 tahun, kau ingin KTP-ku?” aku bergurau dan mereka menggeleng tegas dan memberikanku kembali kartu yang diberikan Niall.
Aku masuk kedalam club, dan mataku bersiaga menatap satu persatu orang yang berada dihadapanku. Aku harus mencari seseorang yang aku kenal.
“hai Lex” aku membalikkan tubuhku dan saat itu juga aku mendengar dentuman musik yang dimainkan DJ memelan dan perlahan menghilang. “hai Greg” aku memberikan pelukkan singkat dan dia mengamati penampilanku.
“Harry tak salah memilih, senang bisa melihatmu disini—aku harus segera naik kepanggung acaraku sudah dimulai” ia pamit dan aku memusatkan pandanganku ke-arah panggung.
Greg sudah berada diatas panggung dan aku mendengar kata demi kata yang ia ucapkan, ternyata ia membuat pesta ini untuk merayakan toko baru yang ia buka, Greg sudah turun dan DJ kembali memainkan musiknya.
Semakin malam semakin menggila, para stripper keluar dari persembunyiannya dan memanaskan lantai dansa, aku berada di bar stools dan meminum beberapa Liquor yang membakar tenggorokkanku, malam ini aku berniat untuk mabuk—entahlah, aku hanya ingin.
Aku terus minum dan minum, dan aku menyadari Niall menghampiriku “kau sendiri?” tanya Niall dan aku hanya tersenyum.
“kau sudah mabuk Lex” kata Niall, dan mataku menyipit.
“dari mana kau tahu?” aku tertawa dan Niall mengangguk.
“ayo aku akan antarkan kau pulang” kata Niall meraih tanganku namun aku langsung menepisnya “Harry akan memarahiku jika ia melihatmu seperti ini”
“Harry tidak ada disini” kataku dengan suara yang mirip dengan gumaman.
“ayo pulang Lex, kumohon” pinta Niall, aku mengangguk kemudian turun dari kursi—tapi aku bukan menyetujui permintaannya melainkan aku berjalan dengan sempoyongan ke-arah dance floor.
Aku bergabung dengan yang lain kemudian mulai menggerak-gerakkan tubuhku, aku memegangi tubuhku dan menggoyangkan pinggul serta rambutku secara sensual, tak ada seorangpun yang memperhatikanku dan aku tak peduli.
Aku terus menari dan berteriak tak jelas hingga akhirnya aku merasakan perutku ingin mengeluarkan sesuatu, aku diam—kemudian mengamati sekitar, sialan kepalaku berputar aku tak bisa berjalan.
“Lexie, astaga berapa gelas yang sudah kau minum” aku masih bingung dan diam saja tak kala seseorang meraih tanganku untuk membawa tubuhku menjauhi dance floor.
“apa yang kau inginkan?” katanya didepan wajahku namun pandanganku kabur sehingga aku tak bisa melihat dengan jelas.
“aku ingin ke kamar mandi” kataku.
“baiklah” ia kembali meraih tanganku dan mengantarkanku.
Aku sudah selesai mengurusi urusanku dikamar mandi dan sekarang aku berada didalam mobil, dan sedari tadi pula aku tak bisa diam, aku terus menyentuh apapun yang berada didepanku dan kadang pula aku tertawa tak jelas, sialan sialan efek dari minuman tadi sungguh membuatku bertingkah seperti anak tolol.
Seseorang yang sedari tadi, membantuku turun dari mobil kemudian membukakanku pintu “dimana ini?” tanyaku sambil dipapah ketika berjalan masuk kedalam rumah bercat putih, ah apakah sekarang aku gila. Kenapa rumah ini seperti rumah Harry.
“ini rumahku” katanya disampingku.
Aku mengangguk dan menoleh ke-arahnya, ke-arah wajahnya “kau tampan yah, apakah kau memiliki kekasih” dan lagi aku kembali tertawa, oh sialan sekarang pasti ia akan menyangka bahwa aku orang gila.
“sayangnya aku sudah” jawabnya kemudian mendudukkanku disebuah kasur.
“lalu kalau kau sudah punya pacar kenapa kau membawaku ke-kamarmu, ini kamarmu ‘kan?” aku duduk dikasur besar yang pria tadi tuntun tubuhku.
“karena kau adalah pacarku” katanya masih terdengar tak percaya ditelingaku, benar—apakah dia kekasihku.
“ah..apakah kau Harry Styles, Harry yang sangat tampan dan panas namun tak memiliki hati” aku membaringkan tubuhku, ah nyamannya.
Harry mendengus kemudian melepaskan high heels yang menempel dikedua kaki-ku “aku memiliki hati Lex, dan itu untukmu” katanya. Aku kembali mendudukkan tubuhku dan mengamati lelaki yang menganggap dirinya Harry—ia sudah melepaskan kedua heels-ku.
“ah, kau tak punya—buktinya kau selalu menyakitiku” aku bersuara dengan sedih, Harry tersenyum kemudian berlalu ke-arah kamar mandi, aku diam dan Harry sudah kembali dengan sebuah remover make up dan kapas. Ia menarik kursi kemudian duduk dihadapanku.
Aku terus mengamatinya dan mengigiti bibirku—karena aku tak tahu harus berbuat apa, Harry menumpahkan remover ke-atas kapas kemudian dengan perlahan mengusapkan itu kewajahku. “tutup matamu aku akan membersihkan sisa eyes shadow-mu” dan aku dengan otomatis langung memejamkan mataku.
Tanganku bertumpu menjadi satu diatas pahaku, dan wajahku menjadi dingin ketika Harry secara perlahan-lahan menghapus make up ku “kenapa kau menggunakan ini” ia mencabut bulu mata palsu-ku dan sial itu tadi menyakitkan.
“aw...” aku berteriak dan Harry terkekeh, Harry kembali melakukan hal yang sama pada mata-ku yang lain namun kali ini lebih pelan, ia sudah selesai dengan wajahku dan untuk terakhirnya ia mengelap bibirku dari noda lipstik “sudah sekarang kau berdiri, aku akan mengganti baju-mu” aku mematuhi apa yang Harry katakan dan diam saja ketika tangan-tangan besarnya berada ditubuhku.
Jarinya berada dibelakang tubuhku sementara tubuhnya berada didepan tubuhku, perlahan namun pasti jari-nya menurunkan resleting gaun-ku dan membantuku untuk keluar dari gaun-ku. Sekarang tubuhku hanya dibalut underwear, mengingat aku tak menggunakan bra.
Harry menyeringai dan aku masih sadar untuk tidak melihat itu, dan entah apa yang ada dipikiranku, tiba-tiba saja tanganku meraih lehernya dan aku menciumi bibirnya dengan rakus, tangan Harry berada dipunggungku, menggelitiku dengan sensual.
Aku mengerang, namun ciuman kami semakin bergairah, ia melumat bibirku dan memasukkan lidah-nya kedalam mulutku, sehingga lidah kami membelit satu sama lain, tak hanya itu—kami satu sama lain saling mengecap rasa bibir kami masing-masing.
Harry menjatuhkan tubuhku dan aku langsung memainkan tanganku dirambutnya, tangan Harry beralih dari belakang tubuhku ke-arah depan, ke-arah payudaraku. Ia menggenggam-nya dan meremasnya kasar, ciuman kami menjadi terengah-engah dan Harry sekarang sudah memelintir puting kiriku, aku mendesah dan mendorong pelan kepala Harry.
Harry menurunkan ciumannya dari bibirku dan menghisap serta menciumi leherku, kepalaku mendongak kebelakang memberikan akses yang mudah untuk Harry menyenangkanku, kedua tangannya masih berada dipayudaraku meremasnya dengan gemas dan menarik-narik putingku dengan keras. Mulutku tak bisa diam, aku terus mendesah dan mendesah dan terkadang meneriakkan nama Harry tak kala ia sedang menghisap kuat leherku, aku yakin ini akan menginggalkan bekas.
Ciumannya semakin turun dan aku merasakan Harry yang memajukan pinggulnya sehingga kemaluanku yang sudah basah dan bergetar bisa merasakan keras-nya milik Harry yang menekan-nekan, aku mengamatinya dan memainakn rambutnya tak kala Harry memasukkan payudara kiriku kedalam mulutnya sementara tangannya memilin keras puting kanan-ku yang sudah lama aku piercing.
Ia terus menghisap payudaraku, mengigiti-nya dan menciuminya secara bersamaan, aku terengah-enah dan vaginaku semakin berdenyut sementara perutku dipenuhi seseuatu yang menggelitik, “Harry..ahhh” ia menurnkan tangannya dan masuk kedalam panties-ku
“Harry aku butuh tempat sampah” aku hampir berteriak, Harry yang berada diatasku nampak panik kemudian bangkit begitu saja diatas tubuhku sambil lari mencari tempat sampah.
“ini” ia menyodorkanku dan terakhir yang aku ingat, belum juga aku meraih tempat sampah aku sudah muntah dan pandanganku menggelap.
Besoknya...
Aku menggeliat dan mengerjapkan mataku beberapa kali, aku membuka mataku dan mengamati sekitar—sial kenapa aku tidur diatas tubuh Harry, aku mengamati tubuhku dan tak menggunakan apapun keculai panties-ku.
Aku bangkit dari tubuh Harry kemudian duduk dengan tegak, apakah aku dan Harry semalaman tidur disofa? Aku ingin menurunkan kaki-ku kelantai namun Harry langsung mencegahnya dan menahan pinggulku.
“kembalilah tidur” perintahnya kemudian menarik tubuhku untuk kembali tidur diatas tubuhnya. Sehingga dada-ku yang tidak tertutupi apapun terbentur dengan dada, yang sialnya Harry tak menggunakan apapun juga, sehingga kulit kami saling menyentuh satu sama lain.
“Ha..rry aku tak menggunakan pakianku” ucapku pelan.
Dada-nya bergetar dan aku tahu ia pasti sedang tertawa “aku sudah melihatnya, dan bahkan semalam aku menyicipinya sekaligus membersihkannya dari muntahan” katanya sambil tetap memejamkan kedua mata indahnya, ah padahal aku ingin melihat bola mata hijau emerald-nya.
“apakah aku memuntahimu?” aku bertanya dengan takut.
“kau, tidak” ia menggeleng, dan aku mengelus dada-ku “tapi kau memuntahi tubuhmu sendiri dan ranjangku, hingga akhirnya kita harus tidur disofa” Harry membuka matanya dan secara otomatis pandangan kami bertemu.
“kenapa kau tidak membawa kita tidur dikamar lain?”
“aku ingin—tapi rumahku sedang ramai?”
“ramai? Ramai kenapa?” tanyaku penasaran.
“keluargaku berada disini” rahangku jatuh kelantai, dan mulutku terbuka dengan lebar—sialan, jangan-jangan mereka melihatku yang sedang mabuk. Duh—bodoh, bodoh aku menundukkan kepalaku kemudian membenturkannya kedada milik Harry.
“tenang saja, ketika aku membawamu kemari mereka sudah tidur” ah syukurlah, aku menghela nafas lega. “dan sekarang bolehkah aku meminta morning kiss-ku” ucapnya dengan genit.
“tapi aku belum membersihkan mulutku, kau kan tahu terlalu banyak minuman beralkohol dimulutku dan semalam kan kau tau aku muntah” kataku bukan bermaksud menghindar.
“baiklah” kata Harry kemudian mendudukkan tubuhnya dan otomatis tubuhku pun bangkit.
“ayo kita bersihkan tubuh kita” ucapnya kemudian mengedipkan matanya.
Aku memukul bahu-nya kemudan memeluk lehernya. “gendong” kataku dengan manja.
“ah kau ini” kata Harry pura-pura sebal namun tetap meraih bokongku untuk menggendongku menuju kamar mandi, dan dia dengan jailnya masih saja meremas-remas bokongku.
“kau mencari kesempatan dalam kesempitan , tampan” kataku dikupingnya.
“tak apa, ketika aku melakukannya bersama kekasihku” balasnya dan aku hanya tertawa.
+
Acara mandi selesai dan sekarang aku sedang menyiapkan sarapan pagi dirumah Harry dan manisnya kekasihku itu ia membantuku memasak, tak ada yang berlebihan memang aku hanya memasak. Pancake, waffle, bacon dan telur. Sementara Harry, ia yang menyiapkan minumannya, ia membuat jus jeruk dan juga menuangkan susu putih.
“sudah?” tanyanya ketika aku melepaskan apron-ku.
“yah” aku tersenyum kemudian membawa satu persatu masakanku ke meja makan.
“well well well baunya enak sekali” aku melihat mom Anne dan Robin masuk kedapur kemudian Harry langsung menyuruh mereka untuk duduk.
“ini buatan Lexie mom” kata Harry menjelaskan.
“aku melihatnya” kata mom Anne kemudian mengedipkan sebelah matanya.
Aku duduk dibantu dengan Harry yang menarik kursi dibawah meja “terimakasih tampan” ucapku dan dia hanya membalas dengan mencium pipi-ku, sialan pasti sekarang wajahku memerah.
“ah kalian ini, mengingatkan waktu kami masih muda” kata Robin dan entah kenapa Harry malah terbahak, aku mengamatinya dan memberi pandangan padanya untuk diam. Dan akhirnya Harry diam juga.
“benar dad, kalian pasti sangat lucu” kata Harry masih disisa tawa-nya.
“Lex kau sudah rapih sekali, kau akan pergi?” tanya mom Anne sambil memakan makanannya.
“ya aku harus pergi ke studio, aku sedang mengerjakan projek baruku” balasku sambil memakan makananku juga.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Me Like You Never [Harry Styles] ✔
FanfictionCOMPLETED✔✔✔ [17+] Tak ada yang lebih baik dari sebuah hubungan selain saling mengakui satu sama lain, melemparkan tatapan kasih sayang dan sebuah pelukkan hangat ketika hujan turun. Namun sudah hampir delapan bulan seorang Superstar seperti Harry S...