3. Para Hamba-Nya Allah

57.4K 3.3K 12
                                    

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)."
[QS. An Nuur (24):26].


Nazmal memberhentikan bacaan Qur'annya pada ayat yang membuat hatinya cukup tertohok. Ia merenungi dirinya. Apakah ia sudah menjadi yang terbaik di hadapan Allah? Ataukah bahkan Nazmal itu manusia seburuk-buruknya yang ada di muka bumi?

Terkadang Nazmal sering merasa sombong, ia seakan-akan merasa dirinya baik dan bahkan ia sampai mencela seseorang yang terlihat kurang akhlaknya dibanding dia. Apakah ia akan dimaafkan oleh Allah? Apakah Allah akan memaafkan dosanya yang mungkin bisa memenuhi dunia dan seisinya?

Ia menitikkan matanya, menyesali perbuatan-perbuatan keji yang pernah ia lakukan, menyesali perbuatan menggunjing yang bahkan bisa mengambil semua pahalanya menjadi kosong tak terisi, seakan-akan ia hanya melakukan dosa dalam seumur hidupnya.

Sungguh, sebenarnya Allah itu maha Pemaaf lagi maha Penyayang. Allah akan memaafkan pada hamba yang memohon pada-Nya, dan meminta perlindungan pada-Nya. Allah sebaik-baiknya tempat untuk memohon, Allah itu maha Baik maka dari itu berbanyaklah beribadah pada-Nya dengan rasa ikhlas.

Nazmal menyeka air matanya, lalu ia berdiri dan menyimpan Al Qur'an yang baru saja ia baca. Sudah kebiasaan Nazmal jika saat istirahat kerja Nazmal sering menyempatkan untuk membaca Al-Qur'an, karena dengan itulah dirinya bisa lebih dekat dengan Sang Pencipta.

Nazmal memakai sepatu saat sudah di luar mushalla perusahaan tempat bekerjanya. Ia saat ini sedang tidak dengan Irfan, itu karena Irfan sedang sibuk mengurus calon pekerja baru yang siap menjadi sekertarisnya. Mushalla saat ini cukup ramai, banyak sekali orang yang tak Nazmal kenal berlalu lalang di sekitar Mushalla.

"Mas Nazmal!!" Tiba-tiba suara perempuan memanggilnya dari samping. Nazmal sontak menoleh dan melihat wanita yang sudah lama ia kenal.

"Eh, Farida yah?" tebak Nazmal menerka-nerka.

"Assalamu'alaikum, mas Nazmal, iya ini aku, Farida." Wanita itu tersenyum sambil memberikan salam dengan menempelkan kedua telapak tangannya.

"Wa'alaikumsallam, sudah lama yah tidak bertemu, bagaimana kabarmu, Rida?" Nazmal mencoba untuk sedikit berbasa-basi pada adik kelas saat masa SMA-nya.

Wanita itu tersenyum manis seperti saat dahulu di masa SMA-nya. "Alhamdulillah, mas, aku sehat wal'afiyat. Mas Nazmal sendiri bagaimana kabarnya? Aku kira mas Nazmal sudah tidak di Jakarta lagi."

"Alhamdulillah Rida, aku pun sehat, iya nih hehehe mas sudah jarang main sama anak DKM, jadi jarang keliatan lagi," seru Nazmal menggaruk tengkuknya.

"Nanti kapan-kapan Rida aja deh kalau ada reunian DKM, mas kalau ngeliat mereka nanti pada pangling deh," kekeh Farida.

"Iya nanti In Syaa Allah mas ikut deh."

"Janji ya mas, Rida tunggu loh."

Nazmal tersenyum tipis, "ya udah, mas kerja dulu ya, Rida," ucapnya langsung melenggang pergi meninggalkan Farida.

Nazmal melangkahi kakinya dengan sedikit lebih cepat. Sejak tadi hatinya sedikit merasa berbeda, entah kenapa ia sedikit merasa bersalah. Farida itu sebenarnya adik kelasnya sejak di SMA. Farida itu bisa disebut mantan penakluk hati Nazmal. Saat di SMA Nazmal ini pernah menyukai Rida, dan ternyata Rida pun menyukai dia juga, namun karena mereka mempunyai akhlak yang cukup kuat, akhirnya Nazmal malah memendam perasaan itu dalam-dalam hingga rasa itu pun punah karena digantikan oleh Asfa.

Izinkan Aku MemilikimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang