27. Fitrah

43.1K 2.5K 43
                                    

Di multimedia ada video Nazmal lagi ngaji Al-Imran tuhh.. denger ya, merdu banget.

======================

"Dan orang-orang yang berkata, Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."
(QS. Al-Furqan 25: Ayat 74)

Nazmal mengecek email-email dari kliennya. Biasanya saat ia melihat notif email di laptopnya rasanya ia sangat malas saat mengeceknya. Namun, saat ini ia tidak terlalu malas untuk membalas pesan-pesan dari kliennya. Mumpung sebentar lagi Nazmal ganti jabatan menjadi direktur, dan Irfan jadi CEO perusahaan ia akan menyempatkan untuk lebih mengenal lagi para kliennya.

Ditambah seminggu ini mood Nazmal sangat bagus. Ia merasa senang akan perubahan Asfa yang hampir 360 derajat. Saat kemarin, Asfa curhat kepadanya. Nazmal baru tahu, ternyata dulu Asfa ini memang wanita shalehah. Asfa memberitahu kalau dia dulu pernah mengalami kejadian yang memang membuat ia jadi trauma dan berubah. Pantas saja, saat pertama Nazmal melihatnya ia seperti melihat bidadari. Tapi, bukan berarti pertemuan Nazmal yang kedua dengannya ia seperti melihat yang buruk, anggap saja saat itu Asfa sedang tidak baik keadaannya.

Saat ini Nazmal tahu dan mengerti. Nazmal tahu cara Asfa memang salah dengan melampiaskan amarahnya pada hal keburukan. Namun, Asfa belum terlambat untuk berubah. Setidaknya Asfa sudah bisa kembali pada Allah dan tidak akan berbuat hal buruk itu lagi.

Ponsel Nazmal berbunyi. Nazmal mengecek dan terlihat notif pesan di ponselnya.

Irfan Bachari: Mal lu engga ada kerjaan kan? Kalau enggak ada langsung keparkiran ya, gua traktir makan.

Nazmal mengerutkan keningnya. Ia berpikir tumben sekali Irfan mau menraktirnya, karena biasanya dalam hal makanan Irfan terbilang agak pelit.

Muhammad Nazmal R: Iya bentar Fan. Otw.

Irfan Bachari: Sipp.

Nazmal dengan segera log-out dari email-nya. Lalu, ia pun menutup laptopnya asal. Dengen segera ia keluar dari ruangannya dan pergi ke parkiran menghampiri Irfan.

Saat di lift, Nazmal melihat jam tangannya. Sudah pukul 1 siang, dan ini memang jamnya makan siang. Nazmal meraih ponsel disakunya, lalu ia menelpon Asfa.

"Assalamu'alaikum Asfa," ucap Nazmal menekan tombol lantai bawah.

"Wa'alaikumussalaam, mas Nazmal. Kenapa, mas?" tanya Asfa di seberang sana.

"Emang mas enggak boleh nelepon kamu ya, Fa? Kok nanya kenapa sih? Mas cuman mau nanya kamu udah makan atau belum kok," seru Nazmal merengut.

Nazmal mendengar Asfa tertawa kecil. "Mas Nazmal ihh, boleh kok. Lagian tumben aja siang-siang nelepon, kan mas masih kerja."

"Aku lagi istirahat nih, Fa. Kamu udah makan belum?"

"Udah kok mas."

"Sama apa?" ucap Nazmal langsung keluar saat lift terbuka.

"Makan mie ayam, tadi tukang dagangnya lewat depan rumah."

"Ihh kamu mah, bukannya makan nasi. Tadi pagi kan cuman makan roti sama susu."

Asfa tersenyum. "Sama aja mas Nazmal, kan berkarbohidrat juga."

Izinkan Aku MemilikimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang