38. Takdir

35K 2K 46
                                    

🎵🎶 Rossa -  Bulan di Kekang Malam

"Katakanlah, Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
(QS. Al-Jumu'ah 62: Ayat 8)

Nazmal tersenyum pada Asfa yang habis menangis tersedu meratapi kematian kedua orangtuanya. Nazmal menatap sendu Asfa, ia membela rambut Asfa dengan kedua tangannya.

"Asfa, kematian itu adalah suatu takdir yang sudah Allah tulis di lauhil Mahfuzh. Mas tau kamu belum sepenuhnya ikhlas, tapi ingatlah sayang, di sana keluargamu sudah tenang dan sedang berada di sisi Allah." Nazmal merapihkan rambut Asfa pada telinganya.

"Kalau kematian bisa merenggut keluargaku, maka apa kematian bisa merenggut dirimu, mas?" Asfa menatap Nazmal sendu.

Nazmal mengangguk. "Tentu, Fa. Tubuh mas ini hanya titipan dari Allah. Kalau Allah hendak mengambil, mas ikhlas."

"Terus, a-aku sendiri, mas? Kalau mas Nazmal enggak ada siapa yang mau nemenin aku?"

Nazmal menggeleng. "Asfa, istriku, kamu enggak sendiri sayang, masih ada Allah."

Asfa tersenyum kecil. Ia menghela nafasnya. "Mas, Asfa mau minta cerita sahabat nabi, boleh?" ucapnya mengganti topik pembicaraan.

"Cerita?"

Asfa mengangguk.

"Ya udah, mas mau nyeritain Abbad bin Bisyr. Ia adalah seorang sahabat yang tidak asing dalam sejarah dakwah Islam. Ia tidak hanya termasuk di antara para ‘abid (ahli ibadah), tapi juga tergolong kalangan para pahlawan yang gagah berani dalam menegakkan kalimah Allah. Tidak hanya itu, ia juga seorang penguasa yang cakap, berbobot dan dipercaya dalam urusan harta kekayaan kaum Muslimin.

Ketika Islam mulai tersiar di Madinah, Abbad bin Bisyr Al-Asyhaly masih muda. Dalam kegiatan sehari-hari dia memperlihatkan tingkah laku yang baik, bersikap seperti orang-orang yang sudah dewasa, kendati usianya belum mencapai dua puluh lima tahun. Dia mendekatkan diri kepada seorang daidari Makkah, yaitu Mush’ab bin Umair. Dalam tempo singkat, hati keduanya terikat dalam ikatan iman yang kokoh. Abbad mulai belajar membaca Al-Qur'an kepada Mush’ab. Suaranya merdu, menyejukkan dan menawan hati. Oleh karena itu, ia terkenal di kalangan para sahabat sebagai imam dan pembaca Al-Qur'an.

Pada suatu malam ketika Rasulullah Saw sedang melaksanakan shalat tahajud di rumah Aisyah yang berdempetan dengan masjid. Terdengar oleh beliau suara Abbad bin Bisyr membaca Al-Qur'an dengan suara yang merdu.

“Ya Aisyah, suara Abbad bin Bisyrkah itu?” tanya Rasulullah.

“Betul, ya Rasulullah!” jawab Aisyah.

Rasulullah berdoa, “Ya Allah, ampunilah dia!”

Abbad bin Bisyr turut berperang bersama Rasulullah Saw dalam tiap peperangan yang beliau pimpin. Dalam peperangan-peperangan itu dia bertugas sebagai pembawa Al-Qur'an. Ketika Rasulullah kembali dari Perang Dzatur Riqa’, beliau beristirahat dengan seluruh pasukan Muslim di lereng sebuah bukit. Setibanya di tempat perhentian di atas bukit Rasulullah bertanya, “Siapa yang bertugas jaga malam ini?”Abbad bin Bisyr dan Ammar bin Yasir berdiri, “Kami, ya Rasulullah!” kata keduanya serentak.

Rasulullah telah menjadikan keduanya bersaudara ketika kaum Muhajirin baru tiba di Madinah.Ketika keduanya keluar ke pos penjagaan, Abbad bertanya kepada Ammar, “Siapa di antara kita yang berjaga terlebih dahulu?”“Aku yang tidur lebih dahulu,” jawab Ammar yang bersiap-siap untuk berbaring tidak jauh dari tempat penjagaan.

Izinkan Aku MemilikimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang