14. Menyempurnakan Setengah Agama (Repost)

42.6K 2.4K 11
                                    

Maaf sebelumnya, saya repost cerita ini soalnya baru sadar kalau ceritanya kepotong di akhir dikit. Waktu di publish juga gak sempet ngecek ceritanya..
Afwan...

"Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah)."
(QS. Az-Zariyat 51: Ayat 49)

Pernikahan adalah janji sakral yang terjadi pada kedua belah pihak yang saling mencintai karena Allah. Janji di mana seorang lelaki mampu untuk menjaga, bertanggung jawab, menafkahi, menyayangi, melindungi seorang wanita yang sebelumnya di jaga oleh ayahnya.

Hari itu juga dengan ikhlas sang ayah memberikan wanita yang ia cintai sejak bayi, ia lindungi sejak bayi, ia kasihi sejak bayi, dan dengan ikhlasnya ia memberi wanita itu pada lelaki yang bahkan belum ia kenal sepenuhnya.

Janji itu sangat berat. Lelaki itu harus mampu menanggung dosa-dosa apa yang wanita itu lakukan, dan dirinya pun harus mendidik wanita itu agar bisa menjadi wanita penduduk surga.

Namun, Allah sangat merahmati sepasang manusia yang menikah karena-Nya. Allah telah menyempurnakan setengah agama sepasang manusia itu dalam bentuk pernikahan dan setengahnya lagi dalam bentuk ketakwaan.

Cintailah dia yang membuatmu dekat dengan surga. Berubahlah dengan niat karena Allah. Karena sungguh, pertolongan-Nya itu begitu dekat. Jika Allah telah datangkan lelaki shaleh yang menghadap pada ayahmu, maka terima lah. Jika tidak, maka kamu termasuk orang-orang yang merugi.

Irfan menatap wajah abi Rumi. "Bismiillahi Rahmaanir Rahiim," ucapnya pelan. Lalu, Irfan menarik ujung nafasnya, dan berakad dengan begitu lantang.

"Qobiltu Nikahahaa wa Tazwijahaa alal Mahrii Madzkuur wa Radhiitu bihii wallahu waliyut Taufik."

Akhirnya, sebuah kalimat yang pendek dengan makna yang begitu dalam cukup membuat Irfan dan Rumi sah sebagai suami istri. Semuanya serentak mengucapkan Alhamdulillah. Nazmal yang sebagai saksi pun terharu melihat ijab qabul itu. Ia tersenyum sambil mengingat 3  bulan lalu ia melakukan hal yang sama seperti apa yang Irfan lakukan sekarang.

Nazmal menoleh pada Asfa yang sedang duduk di sebelah ibunya Rumi. Sedangkan Rumi, ia berada di ruangan yang akhirnya Irfan pun menjemputnya.

Nazmal menatap Asfa yang akhir-akhir ini sibuk dengan ponselnya. Akhirnya, ia pun meraih ponsel di kantongnya dan mengetik sebuah pesan. Walaupun jarak duduk Asfa dan Nazmal tidak terlalu jauh, namun jika ia memanggil Asfa pasti semua mata mengarah pada mereka. Jadi, inilah solusi terpintar Nazmal.

Nazmal Risyadi: Assalamu'alaikum dek, Asfa.

Asfa mengerutkan keningnya melihat pesan Nazmal. Sontak ia langsung menatap Nazmal yang tersenyum padanya dengan lebar.

Asfa Asfia: Dasar gabut.

Nazmal terkekeh melihat balasan Asfa.

Nazmal Risyadi: Kita duduk di depan penghulu lagi, yuk!! Ngomong-ngomong aku pengin ijab kabul lagi nih, Fa. Mumpung ayah kamu dan penghulu lagi hadir.

Asfa semakin mengerutkan keningnya.

Asfa Asfia: Gabut bener -_- udah sana liat mas Irfan!! Jangan sms mulu.

Hingga Irfan pun datang menggandeng Rumi. Semua mata mengarah pada mereka termasuk Asfa dan Nazmal. Beberapa orang kaget karena melihat sang istri Irfan itu bercadar, karena yang mereka tahu jika Irfan itu tidak terlihat shaleh hingga mau menikahi wanita bercadar. Dalam hati Asfa begitu kagum dengan keanggunan Rumi, walaupun Asfa kurang suka dengan wanita berhijab panjang. Namun, entah kenapa saat ia melihat wanita bercadar hatinya merasa tenang, dan ia merasa ini terasa aneh.

"Ruminya cantik ya bu," puji Asfa pada ibu Rumi yang di sebelahnya.

"Alhamdulillah, ibu sangat senang anak ibu akhirnya bisa nikah juga." Ibu Rumi tak henti-hentinya tersenyum sambil memandang anaknya.

Akhirnya, setelah sesi foto buku nikah dan tukar cincin, mereka mempersilahkan para tamu agar memberikan selamat pada sang mempelai.

Pernikahan Rumi dan Irfan memakai pernikahan dengan syari'at agama, jadi bisa dibilang bahwa tamu perempun dan lelaki itu terpisah. Sebelum Nazmal memberi selamat pada Irfan, ia menghampiri Asfa terlebih dahulu.

"Fa!!" panggil Nazmal.

"Apa, mas?" sahut Asfa mulai menggandeng tas kecilnya.

"Kamu mau ngasih selamet ke Rumi, ya?" tanya Nazmal.

"Iya," ujar Asfa mulai malas dengan pertanyaan tidak jelas Nazmal.

"Yaaaahhh," ucap Nazmal memelas.
"Kalau dipikir-pikir aku kayaknya nyesel deh datang ke pernikahan si Irfan."

"Lahh? Maksudnya?" tanya Asfa mulai bingung.

"Iya, kalau aku sadar pernikahan si Irfan menurut syari'at gini mah aku jadi enggak bisa puas liatin wajah kamu, Fa." Nazmal menekukan bibirnya seperti anak balita.

"Enggak jelas," seru Asfa walaupun pipinya bersemu merah.

"Hehehe, udah ahh Fa aku stop liat kamunya sekarang, takut nanti malahan aku enggak bisa lepasin kamu." Nazmal terkekeh dan melambaikan tangannya pada Asfa sambil berjalan menuju Irfan.

Sejenak, Asfa langsung membalikkan badannya, lalu senyuman kecil pun hinggap di bibirnya menjadi pertanda bahwa kata-kata Nazmal tadi cukup menyentuhnya.

Asfa menghampiri Rumi. Mereka berpelukkan dengan Rumi yang menangis bahagia karena akhirnya telah ditemukan dengan sosok imam yang akan memimpinnya di dunia dan di akhirat.

"Ya Allah, Fa. Gua seneng banget," ucap Rumi sedikit histeris namun ia pelankan suaranya.

"Gua doain semoga bahagia, gua tau kayaknya kalian saling mencintai, Mi. Enggak kaya gua sama mas-mas itu," seru Asfa menyinggung nasibnya.

Rumi menghela nafas. "Istighfar, Fa. Walaupun saat ini cinta belum hadir di hati lu, namun cobalah cintai dia karena Allah. Allah telah mendatangkan lelaki shaleh yang sebenarnya itu adalah rezeki yang begitu harus disyukuri. Cobalah untuk cintai dia karena Allah, namun cintai Allah dulu, maka cinta pun akan datang buat lu dalam bentuk apapun. Percaya sama gua, Fa."

"Iya-iya, Mi," ucap Asfa masuk kuping kanan, keluar kuping kiri.

"Lu jangan iya-iya aja, Fa. Serius nih, selama gua mencoba untuk riset pernikahan lu, kayaknya lu kurang seneng sama dia."

"Ya lu udah tau itu, udah ahh nih foto dulu yukk!!" Asfa langsung meraih ponselnya.

Rumi menghela nafasnya. "Ahh lu mahh, Fa."

Asfa hanya tidak ingin orang lain mencampuri urusan pernikahannya. Asfa takut Rumi bisa mengetahui hubungannya dengan Faris, karena Rumi itu tipe orang yang bisa mengenal gerak-gerik seseorang. Jika Asfa salah gerak sedikitpun lama-lama Rumi bisa mengetahui semuanya.

Asfa pun tak tahu kapan permainan yang dimainkannya dengan Faris akan selesai. Apakah Asfa akan meminta Nazmal menceraikannya? Apakah Nazmal mau menceraikannya? Ia rasa Nazmal tidak mau, kecuali jika Asfa melakukan sesuatu yang dikiranya keluar batas dari apa yang Nazmal kira.

Asfa bingung, sebenarnya di satu sisi ia tidak mau bercerai dengan Nazmal. Ia tak mengerti perasaannya seperti apa, dan apa yang harus ia lakukan saat ini? Kenapa ia tak mau bercerai dengan Nazmal?

Apa sebenarnya isi hatinya?

Bersambung...

Bogor, 21 Dzulkadal 1438

Izinkan Aku MemilikimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang