"(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada siapa pun, sedang Rasul (Muhammad) yang berada di antara (kawan-kawan)mu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan kepadamu kesedihan demi kesedihan, agar kamu tidak bersedih hati (lagi) terhadap apa yang luput dari kamu dan terhadap apa yang menimpamu. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 153)Janganlah engkau mencintai sesuatu melebihi cintamu pada Allah. Terkadang, cinta itu akan memupuk harapan hingga sampai ke akar-akarnya. Cintailah Allah, namun jangan terlalu mencintai makhluknya. Karena sesungguhnya, cinta kepada makhluk itu akan membawa kesedihan, kekecewaan, dan ketidakpastian.
Terkadang manusia seringkali lupa akan keAgungan Tuhannya. Mereka seakan-akan menjadi sombong dan kufur. Allah tidak akan segan untuk mengazab hamba-Nya yang seringkali durhaka, namun Allah akan memaafkan segala dosa hamba-Nya jika ia mau bertaubat. Tak pernah manusia berpikir bahwa Allah itu sangatlah menyayangi hambaNya melebihi apapun. Manusia itu terlalu sibuk, dan lupa.
Namun, jika Allah memberikan ujian, berbahagialah. Saat itu Allah sedang memberikan kesempatan pada hambaNya untuk senantiasa bersujud dan meminta-minta padaNya. Sungguh, Allah tidak akan memberikan ujian yang di luar batas kemampuan hambaNya. Semakin ujian datang menghampiri manusia, maka Allah sangat senang menguji bagaimanakah kadar keimanannya.
Bersabarlah, karena tiada daya upaya dan kekuatan kecuali dari Allah SWT. Yakinlah bahwa Allah itu akan menolong hambaNya, karena Allah itu sangat Pengasih lagi Maha Penyayang.
Berulang kali Nazmal mengetuk pintu Asfa. Mungkin sudah ribuan kali ia mengetuknya. Sejak malam itu, Asfa terus menangis sendirian di kamar. Hingga sore hari pun, Asfa masih menangis. Tidak ada cara Nazmal bisa membuka pintu itu. Semua kunci kamar yang ia punya ada di kamarnya.
Nazmal sangat khawatir. Ia bingung harus berbuat apa. Asfa tak kunjung makan, dan pintu pun terkunci rapat. Tangisan itu begitu perih untuk didengar. Bahkan tangisan itu sangat terasa perih untuk dirinya saat menyadari lelaki yang dipikirkan Asfa itu lelaki lain. Faris, adiknya ini telah menyakiti hati wanita yang disayanginya.
Namun, entah kenapa hati Nazmal merasa tenang saat Faris telah menikah. Iya bingung mau tenang atau marah. Tetapi yang sangat penting itu Faris telah mengecewakannya. Adiknya yang selama ini selalu ia jaga, ia didik, dan ia sayangi benar-benar telah mengecewakannya. Apa yang Nazmal harapkan pada Faris tidak sesuai dengan realita yang ada.
Faris menghamili Linda, dan menikahinya 7 bulan yang lalu. Entah itu bagaimana, pernikahan itu dilakukan secara diam-diam namun Umi dan Lisa mengetahui hal itu. Nazmal pun sangat tak percaya saat Faris mencoba mengungkit-ungkit masa lalu.
Faris adalah anak dari istri kedua Abinya yaitu almarhumah Sarah yang berkewarganegaraan Lebanon. Saat itu Firdaus sedang berada di Lebanon selama 4 bulan, namun Allah berkehendak lain. Allah tak hanya memberikan satu jodoh untuk Firdaus, nyatanya Allah telah menyiapkannya dua jodoh. Wanita itu adalah wanita yang memang pantas untuk ditolong Firdaus saat itu. Pada saat Firdaus masih memiliki anak yang berusia 3 tahun, ia telah menikahi wanita yatim piatu yang memang saat itu juga menarik hatinya.
Fitrah manusia memang tidak bisa di ganggu gugat lagi. Firdaus menikahi Sarah dan memiliki anak secara diam-diam. Namun, selang 1 tahun berlalu Sarah pun meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya. Akhirnya Firdaus pun membawa Faris ke Indonesia dan sedikit menyakiti hati Zulaikha, istri pertamanya.
Kejadian memang telah berlalu dan hanya tinggal kenangan. Firdaus sedikit menyesal karena menyembunyikan Sarah. Namun, itu adalah sebuah pelajaran yang memang harus diambil hikmahnya.
Pintu luar pun akhirnya terbuka. Ibu Asfa, Aisyah yang baru saja diminta untuk membujuk Asfa keluar akhirnya datang juga.
"Assalamu'alaikum, nak Nazmal," sahut Aisyah menghampiri Nazmal beserta Hasna.
"Wa'alaikumsallam ibu, alhamdulillah akhirnya ibu datang juga." Nazmal menyalami Aisyah.
"Sebenarnya apa yang terjadi, nak?" Aisyah menatap Nazmal khawatir.
Nazmal mengacak rambutnya. "Ya Allah," ucapnya, "maaf bu, ceritanya panjang. Lebih baik kita bujuk Asfa dulu."
"Apa dia benar-benar belum keluar dari malam hari?" tanya Hasna.
Nazmal mengangguk.
"Astaghfirullahaladziim, Ya Allah." Aisyah langsung menghampiri pintu kamar.
Terdengar di seberang sana Aisyah mendengar tangisan Asfa yang memilukan. Mendengar itu Aisyah rasanya ingin menangis.
"Asfaa," ucap lirih ibunya di dekat pintu.
Sontak tangis Asfa langsung mereda.
"Nak, ini ibu!! Tolong buka Fa pintunya. Kami mencemaskanmu."
Tiba-tiba, Asfa menangis lagi. Suaranya malah semakin membesar.
"Ya Allah, nak." Aisyah menggedor-gedor pintu kamar.Aisyah menoleh pada Nazmal. "Dobrak saja, Mal!!"
"Enggak bisa, Bu. Tadi saya sudah coba dobrak pintu cuman tetep aja enggak bisa."
Aisyah menghela nafasnya. "Astaghfirullahaladziim. Hasna, panggil pak Wisnu!! Suruh dia keluar dari mobil!"
Hasna mengangguk, lalu pergi keluar rumah.
"Nazmal, jika Asfa seperti ini ibu akan bawa Asfa ke rumah. Apa kamu mengizinkan, Asfa?" pinta Aisyah.
Nazmal diam sejenak, setelah itu mengangguk pelan. "Saya izinkan, Bu. Jika itu demi kebaikan Asfa, saya akan melakukan segala hal. Saya hanya ingin Asfa bahagia, Bu."
Aisyah tersenyum pada Nazmal.
"Ada apa, Bu." Akhirnya supir Aisyah pun datang.
"Pak, tolong dobrak pintu ini dengan menantu saya!!"
"Iya, Bu."
Nazmal dan supir itu pun mendobrak pintu kamar Asfa dengan kuat. Sekali dua kali pun masih belum ampuh, namun saat sudah ketiga kalinya, pintu kamar Nazmal ambruk hingga terjatuh ke lantai.
Akhirnya, Nazmal pun bisa melihat Asfa. Hati Nazmal begitu perih melihat keadaan Asfa yang begitu menyedihkan. Bantal berserakan di mana-mana, gelas pecah dengan air yang ikut terjatuh, dan Nazmal melihat kamarnya layaknya kapal pecah.
Aisyah menatap Asfa. Hingga tak tersadar air mata jatuh dipelupuk matanya. Ia menghampiri Asfa, dan langsung memeluknya. "Ya Allah."
Asfa menangis di pelukan ibunya. Sungguh, ibunyalah yang sangat Asfa butuhkan kali ini. Ia menangis sejadi-jadinya.
Aisyah membelai rambut Asfa. "Ayo kita pulang, nak."
Bersambung....
Maaf ya kalau dikit mulu, doakan selalu agar author moodnya ada untuk nulis cerita ini. Aamiin..
Bogor, 19 Dzulhijjah 1438
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Memilikimu
EspiritualYaa ukhti, aku akan mencintaimu sebagaimana engkau mencintai Allah, dan aku tidak akan mencintaimu jika tak ada sedikit pun rasa yang ada padamu untuk mencintai Allah. =============================== Nazmal, ia adalah lelaki yang sudah menyukai Asfa...