39. Wanita yang diuji (2)

34.9K 1.9K 32
                                    

"Mereka menjawab, Kami mendapat nasib yang malang disebabkan oleh kamu dan orang-orang yang bersamamu. Dia (Salih) berkata, Nasibmu ada pada Allah (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu adalah kaum yang sedang diuji."
(QS. An-Naml 27: Ayat 47)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

يسٓ
"Ya Sin."

(QS. Ya-Sin 36: Ayat 1)

وَالْقُرْءَانِ الْحَكِيمِ
"Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah,"
(QS. Ya-Sin 36: Ayat 2)

إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ
"sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul,"
(QS. Ya-Sin 36: Ayat 3)

عَلٰى صِرٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ
"(yang berada) di atas jalan yang lurus,"
(QS. Ya-Sin 36: Ayat 4)

تَنْزِيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ
"(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang,"
(QS. Ya-Sin 36: Ayat 5)

لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ أُنْذِرَ ءَابَآؤُهُمْ فَهُمْ غٰفِلُونَ
"agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai."
(QS. Ya-Sin 36: Ayat 6)

لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلٰىٓ أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
"Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman."
(QS. Ya-Sin 36: Ayat 7)

إِنَّا جَعَلْنَا فِىٓ أَعْنٰقِهِمْ أَغْلٰلًا فَهِىَ إِلَى الْأَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُونَ
"Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah."
(QS. Ya-Sin 36: Ayat 8)

وَجَعَلْنَا مِنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ
"Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat."
(QS. Ya-Sin 36: Ayat 9)

وَسَوَآءٌ عَلَيْهِمْ ءَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
"Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau engkau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman juga."
(QS. Ya-Sin 36: Ayat 10)

 
Suara lantunan surat YaaSiin terdengar di rumah Asfa. Baru saja jenazah Nazmal dibawa ke tanah kuburan. Asfa ikut membaca surat itu dengan tartil. Surat yang melambangkan kematian bagi orang yang mendengarnya.

Sejak mayat Nazmal dibawa kerumah, Asfa tak menangis sedikit pun. Namun, sejak itu Asfa diam dan tak berbicara kepada siapa pun. Rumi memperhatikan Asfa dengan kasihan.

Saat seseorang yang di sayanginya meninggal, ia menangis. Namun, saat seseorang yang sangat berharga meninggalkannya, ia diam seribu bahasa. Bukannya ia tidak peduli dengan kematian orang itu, ia hanya begitu sakit hingga tidak  mampu meneteskan air matanya. Sangat perih, hatinya begitu tak kuasa menerima kematian orang itu.

Semua keluarga Nazmal menangis, kecuali Asfa. Asfa terlihat tegar dan ikhlas, tetapi mereka tidak pernah tau apa yang ada di dalam isi hatinya.

Asfa terus melatunkan surat yasin. Rasanya begitu mimpi saat orang yang berharga baginya meninggalkan dirinya, bahkan mimpi terliarnya pun tak sampai sejauh itu.

Asfa menghela nafasnya berat. Ini masih terlalu perih baginya. Ia diam sejenak, lalu menundukkan kepala sambil memegang dahinya.

Rumi yang sejak tadi menatap Asfa sontak menghampirinya.

"Asfa," lirihnya pelan.

Asfa menghela nafas lagi. "Biarin aku sendiri dulu, Rum."

"Ya udah, Fa. Kita ke kamar aja yuk!" ajak Rumi.

Asfa menggeleng.
"Aku belum nyelesaiin  surat ini, Mi." Asfa menunjukkan surat Yasin pada Rumi.

"Fa, kamu udah baca surat ini puluhan kali. Apa kamu pikir aku enggak merhatiin kamu?"

"Aku mau sendiri dulu, Rum. Jangan ganggu aku dulu," sanggah Asfa.

"Fa, aku mohon. Ada yang mau aku omongin sama kamu, apa kamu mau kita ngobrolnya di sini aja?"

Asfa terdiam, lalu ia melihat arah kiri dan kanannya.

"Asfa?"

Kemudian, Asfa pun mengangguk pelan. Rumi langsung membawa Asfa ke kamarnya. Ia tak bisa lagi mendeskripsikan kondisi Asfa. Saat Asfa tahu suaminya meninggal, ia pingsan. Untung saja saat dokter memeriksa, kandungannya baik-baik saja. Padahal umur janin Asfa masih begitu muda dan Asfa sudah mendengar berita buruk.

Asfa ini wanita yang benar-benar sebatang kara. Rumi tak bisa membayangkan saat keluarganya dan suaminya sudah meninggalkannya. Sudah itu Asfa saat ini mengandung seorang bayi, apa jadinya jika anak itu lahir dan tidak pernah melihat ayah kandungnya itu?

Rumi sangat sedih dengan musibah yang dialami Asfa.

Asfa dan Rumi duduk di pinggir kasur. Rumi menggenggam erat tangan Asfa yang dingin, menatap wajah Asfa yang pucat, dan melihat raut wajah Asfa yang sedih.

Melihat ini Rumi langsung memeluk Asfa. Tangis Rumi langsung membuncah. Ia tak bisa menahan kesedihan yang dialami sahabatnya. Kejadian Asfa sangat perih sekali.

"Asfa...," tangis Rumi.
"Aku tau, Fa. Aku tau kalau kamu itu sakit. Sikap kamu yang kayak gini malah bikin aku perih liat kamu, Fa. Jangan ditahan tangisnya, nangis aja!!!" Rumi menangis perih.

Asfa merasa hatinya semakin sakit.

Asfa melepaskan pelukannya. Ia menggeleng pelan. "Kalau aku nangis, kasian mas Nazmal, Mi. Aku enggak mau ngasih beban sama dia, mas Nazmal harus tenang sama Allah di sana. Sudah banyak dosa yang aku lakukan sama mas Nazmal, Mi. Kalau aku nangis meratapi kematian mas Nazmal, gila, terus aku enggak punya lagi harapan hidup berari aku dosa, Mi.

Aku sakit, aku juga pengen nangis. Tapi, mas Nazmal pernah bilang sebagaimanapun aku diberi cobaan, aku harus menerima dengan ikhlas. Aku masih punya Allah, Mi. Aku enggak mau buat mas Nazmal kecewa."

Kata yang terlihat tegar namun menyakitkan.

Asfa menjatuhkan air mata pertamanya. Lalu, air mata selanjutnya pun jatuh berulang kali. Asfa langsung menghapus air matanya, lalu tersenyum memaksa.

"Aku akan mulai masa iddah, Mi. Jadi, tolong bantu aku ya." Asfa memegang erat tangan Rumi.

Masa iddah yang akan dilalui Asfa adalah sampai ia melahirkan. Karena Asfa ditinggalkan Nazmal saat hamil, berarti masa iddahnya seperti dalan Qur'an surat At-Talaq ayat 4.

Allah SWT berfirman:

وَالَّٰـٓئِى يَئِسْنَ مِنَ الْمَحِيضِ مِنْ نِّسَآئِكُمْ إِنِ ارْتَبْتُمْ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلٰثَةُ أَشْهُرٍ وَالَّٰـٓئِى لَمْ يَحِضْنَ  ۚ  وَأُولٰتُ الْأَحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ  ۚ  وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ ۥ  مِنْ أَمْرِهِۦ يُسْرًا
"Perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (menopause) di antara istri-istrimu jika kamu ragu-ragu (tentang masa idahnya) maka idahnya adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Sedangkan perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya."
(QS. At-Talaq 65: Ayat 4)

Bersambung....

2 part lagi terakhir ya 😢😢
Enggak kerasa dari 22 Mei eh ternyata sekarang udah mau tamat aja.

Bogor, 7 Safar 1439 H

Izinkan Aku MemilikimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang